Jun 30, 2025

Elon Musk Kurangi Waktu di DOGE, Tesla Naik 5% Meski Laba Jatuh

Default Featured Image

Di tengah tekanan pendapatan dan gejolak pasar, Tesla Inc. memilih untuk tetap menggenggam erat Bitcoin miliknya. Sementara itu, sang CEO eksentrik Elon Musk mengumumkan akan mengurangi keterlibatannya dalam peran sebagai “czar pemotong anggaran” pemerintahan Trump jabatan yang oleh Gedung Putih disebut sebagai kepala Department of Government Efficiency (DOGE).

Langkah Musk ini bukan hanya berdampak pada Tesla secara internal, tapi juga membentuk persepsi pasar yang lebih luas terhadap arah perusahaan dan fokus kepemimpinan Musk di tahun-tahun mendatang. Dan, tak kalah penting, ia terjadi di tengah momen kritis kinerja keuangan Tesla yang mengecewakan analis.

Tesla Gagal Capai Target, Laba Turun Drastis

Dalam laporan keuangan kuartal pertama 2025 yang dirilis pada 22 April, Tesla mencatat pendapatan sebesar $19,34 miliar, turun 9,2% dibanding tahun sebelumnya dan meleset dari ekspektasi Wall Street sebesar 7,85%.

Laba bersih anjlok lebih tajam: dari $1,39 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi hanya $409 juta, penurunan lebih dari 80% secara kuartalan, dan turun 70,5% dibanding Q1 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perlambatan penjualan kendaraan listrik, meningkatnya kompetisi dari China, serta ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif proteksionis dari pemerintahan Trump.

Namun, justru di tengah kinerja yang suram ini, saham Tesla mencatat kenaikan 5,4% dalam perdagangan after-hours, setelah naik 4,6% di sesi reguler.

Apa pemicunya?

Elon Musk Dari “DOGE” Kembali ke Tesla

Dalam panggilan konferensi dengan investor, Elon Musk menyatakan bahwa mulai Mei 2025, ia akan mengurangi peran aktifnya di Department of Government Efficiency (DOGE), lembaga baru yang dibentuk oleh Presiden Trump untuk memangkas pemborosan anggaran pemerintah.

“Mulai bulan depan, saya akan mengalokasikan jauh lebih banyak waktu untuk Tesla,” ujar Musk. Ia menambahkan bahwa meskipun masih akan terlibat “satu atau dua hari per minggu” untuk DOGE, fokus utamanya kini kembali ke perusahaan mobil listrik tersebut.

Pernyataan ini langsung diterima positif oleh pasar, yang sebelumnya khawatir bahwa keterlibatan politik Musk telah mengalihkan perhatiannya dari pengelolaan Tesla. Ketidakpastian ini sempat mendorong penurunan harga saham Tesla lebih dari 37% sejak awal tahun.

Bitcoin Masih Aman di Neraca Tesla

Meskipun mengalami penurunan nilai akibat koreksi harga BTC sebesar 11,56% di Q1 2025, Tesla tetap mempertahankan portofolio kripto-nya yang terdiri dari 11.509 BTC tanpa perubahan sejak Juni 2022.

Nilai aset digital Tesla sempat turun dari $1,076 miliar menjadi $951 juta selama kuartal tersebut. Namun, berkat pemulihan pasar kripto di minggu terakhir, nilai simpanan Bitcoin Tesla kini telah kembali ke lebih dari $1,07 miliar, menurut data Bitcoin Treasuries.

Penting dicatat bahwa per 2024, Financial Accounting Standards Board (FASB) telah mengizinkan perusahaan publik untuk mencatat nilai pasar riil atas kepemilikan kripto mereka bukan hanya kerugian yang memberi dampak positif terhadap transparansi neraca.

DOGE Dari Meme ke Birokrasi?

Nama lembaga yang dipimpin Musk di bawah Trump, yaitu Department of Government Efficiency (DOGE), tentu saja menarik perhatian karena kesamaan dengan nama meme coin yang dulu sering dipromosikan Musk: Dogecoin.

Namun, dalam konteks ini, DOGE adalah lembaga nyata, bukan token digital. Musk menyebut misinya adalah memastikan “waste and fraud” di birokrasi tidak “kembali mengganas.” Ironisnya, perhatian terhadap DOGE (departemen) justru sempat membuat investor khawatir bahwa Musk lebih fokus ke politik daripada teknologi sinyal yang kini ia coba ubah dengan pernyataan terbarunya.

Fokus Kembali ke Tesla, Bitcoin Tetap Dipeluk

Meskipun laporan keuangan Q1 2025 menunjukkan tekanan signifikan pada kinerja Tesla, pasar tampaknya menyambut baik komitmen Musk untuk kembali mengutamakan perusahaan teknologi andalannya.

Kepemilikan Bitcoin yang tetap utuh juga menunjukkan bahwa Tesla masih melihat potensi jangka panjang pada aset kripto.

Dengan likuiditas pasar yang mulai membaik dan Musk kembali ke kursi kapten, pertanyaannya kini: akankah Tesla kembali ke jalur pertumbuhan? Atau justru, ketergantungan pada figur Musk akan menjadi risiko baru saat dunia makin kompleks?

Elon Musk Kurangi Waktu di DOGE, Tesla Naik 5% Meski Laba Jatuh
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan