Jun 30, 2025

Elon Musk Kembali Fokus ke Tesla, Investor Merespons Positif

Default Featured Image

Dalam satu bulan terakhir, saham Tesla Inc. (TSLA) mengalami lonjakan hingga 26%, mematahkan tren lesu yang sempat menghantam sektor teknologi. Apa yang mendorong kebangkitan ini?

Kombinasi dua katalis utama: prospek bisnis robotaxi yang semakin konkret, dan perkembangan positif dalam negosiasi dagang Amerika Serikat dengan mitra internasional, termasuk Tiongkok.

Dikemukakan oleh mantan CEO Ford, Mark Fields, dalam wawancaranya dengan CNBC, narasi Tesla saat ini bukan hanya soal mobil listrik atau energi terbarukan tetapi tentang positioning strategis di persimpangan teknologi otonom dan geopolitik.

Robotaxi: Bisnis Masa Depan yang Semakin Nyata?

Dalam laporan pendapatan kuartal pertama, Tesla kembali menegaskan komitmennya untuk meluncurkan layanan robotaxi pada Juni 2025. Meski belum ada detail teknis penuh, pasar tampaknya merespons pernyataan ini dengan antusias.

Spekulasi bahwa layanan robotaxi bisa membuka pasar baru bernilai miliaran dolar membuat investor berani ambil posisi lebih awal.

“Proyek ini bisa sangat besar bagi Tesla atau tidak sama sekali,” ujar Fields, menunjukkan bahwa pasar saat ini bergerak berdasarkan ekspektasi, bukan kepastian.

Namun dalam dunia saham, harapan bisa lebih berdampak daripada realisasi. Dan dalam kasus Tesla, sentimen itu terbukti kuat.

Angin Segar dari Meja Perundingan Dagang

Lebih dari sekadar teknologi, Tesla juga mendapatkan dorongan dari luar ruang pabrik yaitu penurunan tensi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Fields mengungkapkan bahwa Tesla, yang mengimpor sejumlah komponen penting dari negara-negara lain (termasuk Tiongkok), sangat diuntungkan oleh pengurangan tarif.

Perdagangan global yang lebih cair berarti rantai pasokan yang lebih stabil, margin yang lebih sehat, dan kepercayaan investor yang meningkat. Dalam konteks inilah, kabar baik dari meja negosiasi dagang berperan penting dalam reli harga saham TSLA.

Elon Musk Kembali Fokus ke Tesla

Selain faktor eksternal dan produk, ada pula elemen kepemimpinan yang kembali menarik perhatian pasar: Elon Musk. Fields mencatat bahwa keputusan Musk untuk mengurangi keterlibatannya dalam pemerintahan Trump dan kembali lebih fokus pada Tesla mendorong optimisme di kalangan pemegang saham.

“Keputusan Musk untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengan Tesla telah menyuntikkan energi ke dalam investor,” tegas Fields.

Dengan CEO-nya kembali ke jalur utama, investor menganggap Tesla kini lebih terkonsolidasi baik dari sisi eksekusi bisnis maupun arah strategis.

Konteks Pasar AI Saham vs. Tesla?

Meski TSLA naik 26% dalam sebulan terakhir, ia masih turun 9% dalam tiga bulan terakhir sebuah sinyal bahwa reli ini masih dalam tahap pemulihan. Di sisi lain, analis di sektor keuangan tetap menyatakan bahwa saham-saham berbasis AI lebih menjanjikan untuk potensi return tinggi dalam waktu yang lebih singkat.

Menariknya, laporan tambahan dari sumber yang sama menyebut adanya satu saham AI undervalued yang naik signifikan sejak awal 2025, bahkan ketika saham-saham AI populer lain justru turun 25%.

Tesla Masih Bertenaga Tapi Tantangan Belum Berakhir

Kebangkitan saham Tesla dalam sebulan terakhir adalah kombinasi antara momentum eksternal dan ekspektasi internal. Proyek robotaxi memang menjanjikan, tapi keberhasilannya masih harus dibuktikan secara nyata.

Sementara itu, diplomasi dagang bisa berubah sewaktu-waktu tergantung geopolitik global.

Namun satu hal jelas: Tesla kembali masuk radar investor besar, terutama karena narasi-narasi strategis yang dibangun dalam waktu singkat dan seperti biasa, didorong oleh nama besar Elon Musk.

Elon Musk Kembali Fokus ke Tesla, Investor Merespons Positif
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan