Jun 30, 2025

Dukung GENIUS Act, Tether Akan Terbitkan Stablecoin AS

Default Featured Image

Raksasa stablecoin Tether mengungkap rencana untuk meluncurkan stablecoin khusus domestik di Amerika Serikat, terpisah dari USDT yang saat ini menjadi stablecoin terbesar secara global. 

Langkah ini diambil meskipun perusahaan menyatakan “semakin nyaman” dengan rancangan regulasi baru di AS, yaitu Guiding and Establishing National Innovation for US Stablecoins Act atau GENIUS Act.

CEO Tether, Paolo Ardoino, dalam wawancara dengan Bloomberg menyatakan bahwa peluncuran stablecoin versi AS akan dilakukan pada “babak kedua pertandingan,” merujuk pada paruh kedua tahun ini. 

Meski demikian, Ardoino menegaskan bahwa market utama USDT tetap berada di negara berkembang. 

> “Itu adalah wilayah yang paling membutuhkan kami,” ujarnya.

USDT Tetap Fokus ke Negara Berkembang

Dengan kapitalisasi pasar lebih dari $110 miliar, USDT telah digunakan luas di market negara berkembang untuk remitansi dan pelindung nilai terhadap depresiasi mata uang lokal. 

Tether mengklaim memiliki lebih dari 420 juta pengguna, dan sekitar 37% di antaranya menggunakan USDT sebagai sarana menabung. 

> Ardoino menambahkan, “Mereka membutuhkan sesuatu yang stabil dalam hidup mereka — yaitu dolar digital, dan itulah USDT.”

Bank Dunia mencatat bahwa 1,4 miliar orang dewasa di dunia masih belum memiliki akses ke sistem keuangan formal, sebagian besar di Afrika Sub-Sahara dan Asia. 

Hal ini menjadi latar belakang mengapa Tether memosisikan USDT sebagai solusi untuk komunitas yang tidak terlayani bank.

Stablecoin Versi AS Akan Punya Fitur Berbeda

Sementara itu, Ardoino menyebut market AS membutuhkan stablecoin dengan tujuan berbeda. Dengan berbagai metode pembayaran yang sudah tersedia di AS, penggunaan stablecoin seperti USDT untuk pembayaran harian dinilai tidak krusial. 

Maka dari itu, Tether sedang menyiapkan stablecoin baru dengan “fitur yang berbeda” agar lebih kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan market domestik.

Tether Dukung Penuh GENIUS Act, Kritik MiCA

Tether juga menyatakan dukungan penuh terhadap GENIUS Act, yang saat ini tengah diproses di Senat AS. 

Ardoino menyebut regulasi ini lebih realistis dibandingkan kerangka MiCA milik Uni Eropa. 

Menurutnya, aturan MiCA yang mengharuskan stablecoin berbasis dolar menyimpan 60% cadangan di bank Eropa adalah “kebijakan buruk.” 

Sebaliknya, GENIUS Act mewajibkan 100% cadangan dalam bentuk setara kas seperti surat utang negara AS—yang disebut Ardoino sebagai “ide bagus.”

Tether juga menilai pentingnya pembeda yang jelas antara penerbit stablecoin asing dan domestik dalam regulasi ini. 

> “Kami ingin regulasi yang jelas bagi stablecoin domestik sebelum melangkah lebih jauh,” tegas Ardoino.

Senat AS sendiri telah memulai proses pengesahan GENIUS Act dengan pemungutan suara tahap awal pada 21 Mei. Voting final dijadwalkan usai reses Memorial Day Kongres AS.

Dukung GENIUS Act, Tether Akan Terbitkan Stablecoin AS
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan