Jun 30, 2025

Dubai Gandeng Crypto.com, Layanan Publik Bisa Dibayar Pakai Kripto Mulai 2026

Default Featured Image

Dubai kembali menancapkan dirinya sebagai pelopor inovasi keuangan global. Dalam gebrakan terbarunya, emirat ini menandatangani kemitraan strategis dengan bursa kripto Crypto.com untuk memungkinkan pembayaran layanan pemerintah menggunakan aset digital.

Langkah ini tidak hanya simbolis ini adalah langkah nyata menuju target ambisius: 90% transaksi finansial di seluruh sektor publik dan swasta akan berbasis non-tunai pada 2026.

Kesepakatan ini diumumkan di sela-sela Dubai Fintech Summit pada 12 Mei lalu, dan langsung menjadi sorotan dunia fintech. Dalam keterangannya, Departemen Keuangan Dubai (DOF) menjelaskan bahwa pembayaran layanan akan dilakukan melalui dompet digital Crypto.com dan dikonversi otomatis ke dirham sebelum masuk ke kas negara.

Stablecoin sebagai Jembatan Inovasi

Meskipun DOF tidak menyebutkan secara spesifik jenis kripto yang akan diterima, mereka mengindikasikan penggunaan “stable cryptocurrencies”, yang merujuk pada stablecoin mata uang kripto yang nilainya dipatok terhadap aset stabil seperti dolar AS atau, dalam konteks ini, dirham UEA.

Langkah ini juga senada dengan rencana Abu Dhabi yang baru-baru ini mengumumkan peluncuran stablecoin yang dipatok terhadap dirham, melalui kerja sama antara beberapa lembaga keuangan besar, termasuk dana kekayaan negara.

Ekosistem digital UEA tampaknya sedang dipersiapkan untuk menjadi ruang bermain besar bagi inovasi keuangan terdesentralisasi yang terkendali.

Dubai Tak Lagi Bermain Kecil

Dubai memang tidak baru dalam urusan ambisi digital. Pada Oktober 2024, pemerintahnya mengumumkan Strategi Cashless Nasional, yang bertujuan untuk mentransformasikan seluruh ekosistem ekonomi menjadi sepenuhnya digital. Faktanya, menurut data DOF, 97% pembayaran pemerintah sudah digital per akhir 2023.

Langkah-langkah terbaru ini diyakini akan menambah 8 miliar dirham (sekitar $2,1 miliar) ke ekonomi lokal, terutama melalui dorongan terhadap sektor fintech dan layanan keuangan digital.

Amna Mohammed Lootah, Direktur Regulasi Sistem Pembayaran Digital di DOF, menyatakan optimisme tinggi:

“Kami yakin langkah ini akan mempercepat kemajuan Strategi Dubai Tanpa Uang Tunai.”

Sementara itu, Ahmad Ali Meftah, Direktur Eksekutif sektor akun pusat DOF, menambahkan bahwa pemerintah sedang menyusun kerangka regulasi yang menjaga keseimbangan antara inovasi dan keamanan.

Blockchain, Properti, dan Tokenisasi Aset

Tak hanya soal pembayaran, Dubai juga sedang merintis inisiatif tokenisasi properti, yang diuji coba sejak Maret 2025. Artinya, aset real estat dapat diubah menjadi token digital berbasis blockchain, membuka peluang kepemilikan fraksional dan akses investasi yang lebih luas.

Ini menjadikan Dubai salah satu dari segelintir yurisdiksi di dunia yang benar-benar mengintegrasikan blockchain ke dalam sektor publik, bersama proyek-proyek besar seperti Token2049 yang baru saja diadakan di kota tersebut.

Apakah Dunia Akan Mengikuti?

Langkah Dubai ini bisa jadi akan memicu tren serupa di kota atau negara lain. Sebagai contoh, seorang legislator di New York telah memperkenalkan rancangan undang-undang yang memungkinkan agen pemerintah negara bagian menerima pembayaran dalam bentuk kripto.

Namun, Dubai tetap selangkah lebih maju bukan hanya mengizinkan, tapi membentuk sistem terpadu di mana kripto menjadi bagian dari sistem pembayaran resmi.

Dubai Sedang Membangun Cetak Biru Ekonomi Digital Dunia

Dengan infrastruktur kuat, regulasi progresif, dan visi jangka panjang, Dubai secara perlahan namun pasti membangun arsitektur ekonomi digital masa depan.
 Bermitra dengan entitas global seperti Crypto.com menunjukkan bahwa Dubai tidak hanya siap menerima era kripto, tetapi juga memimpinnya.

Bagi negara-negara lain yang masih ragu, mungkin ini saatnya untuk bertanya: jika Dubai bisa, mengapa kita tidak?

Dubai Gandeng Crypto.com, Layanan Publik Bisa Dibayar Pakai Kripto Mulai 2026
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan