Jun 30, 2025

Crypto ATM di North Dakota Dibatasi $2.000/Hari, Keamanan atau Kendala?

Default Featured Image

Industri kripto di Amerika Serikat kembali menghadapi regulasi baru, kali ini datang dari negara bagian North Dakota. Senat negara bagian tersebut baru saja mengesahkan House Bill 1447, yang menetapkan batasan transaksi harian di crypto ATM sebesar $2.000 per pengguna.

Aturan ini diklaim sebagai langkah untuk melindungi masyarakat dari penipuan, tetapi di sisi lain, juga menimbulkan perdebatan: Apakah ini benar-benar solusi untuk keamanan, atau justru menghambat adopsi kripto yang lebih luas?

Detail Regulasi Crypto ATM di North Dakota

* Batas transaksi harian: Pengguna hanya bisa menarik maksimal $2.000 per hari di seluruh jaringan crypto ATM dalam negara bagian. Sebelumnya, batas yang diusulkan adalah $1.000 per hari sebelum kemudian direvisi oleh DPR North Dakota.
* Lisensi operator: Semua operator crypto ATM harus memiliki izin resmi sebagai money transmitter.
* Pemantauan aktivitas blockchain: Operator wajib menggunakan blockchain analytics untuk mendeteksi transaksi mencurigakan dan melaporkannya ke otoritas berwenang.
* Peringatan penipuan: Setiap mesin crypto ATM harus menampilkan peringatan kepada pengguna terkait potensi penipuan.
* Laporan kuartalan: Operator diwajibkan untuk menyerahkan laporan rutin mengenai lokasi, nama, dan data transaksi crypto ATM ke regulator setempat.

Dengan suara 45-1, Senat North Dakota menyetujui RUU ini pada 18 Maret 2024. Namun, sebelum resmi menjadi undang-undang, DPR North Dakota harus memberikan suara pada revisi aturan ini, lalu dikirimkan ke Gubernur Kelly Armstrong untuk ditandatangani atau diveto.

Crypto ATM Inovasi atau Celah bagi Kejahatan?

Keputusan ini tak datang tanpa alasan. Crypto ATM telah menjadi alat yang sering dimanfaatkan oleh penipu dan pelaku kejahatan finansial. Salah satu contoh ekstrem adalah kasus yang dikutip oleh Senator Dick Durbin dari Illinois:

Seorang korban diperdaya oleh scammer yang mengaku sebagai otoritas hukum. Penipu tersebut menyatakan bahwa ada surat perintah penangkapan atas nama korban, tetapi bisa dibatalkan jika mereka segera menyetor $15.000 melalui crypto ATM.

Laporan Federal Trade Commission (FTC) menunjukkan bahwa kerugian akibat penipuan yang melibatkan Bitcoin ATM meningkat hampir 10 kali lipat antara 2020 hingga 2023, dengan total kerugian mencapai $65 juta hanya dalam enam bulan pertama 2024.

Data ini menjadi dasar bagi negara bagian seperti North Dakota dan Nebraska (yang baru-baru ini mengesahkan Controllable Electronic Record Fraud Prevention Act pada 13 Maret 2024) untuk memperketat aturan bagi crypto ATM.

Namun, bagi para pendukung kripto, regulasi ini bisa menghambat pertumbuhan industri dan membatasi akses ke aset digital bagi masyarakat yang tidak memiliki akses ke perbankan tradisional.

AS Masih Kuasai Pasar Crypto ATM Global

Meskipun banyak regulasi muncul, Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin dalam jumlah crypto ATM di dunia. Menurut data Coin ATM Radar:

* AS menguasai 78% pasar global, dengan 29.822 mesin crypto ATM tersebar di seluruh negeri.
* Kanada berada di peringkat kedua, dengan 3.486 crypto ATM atau 9,2% dari total global.
* Australia menyusul di peringkat ketiga, dengan 1.613 crypto ATM atau 4,3% pangsa pasar global.

Meskipun jumlahnya masih dominan, regulasi yang semakin ketat seperti di North Dakota bisa memperlambat ekspansi crypto ATM di AS. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin negara lain bisa mengejar posisi dominan Amerika.

Perlindungan yang Diperlukan atau Langkah Mundur?

North Dakota bukanlah negara bagian pertama yang membatasi transaksi crypto ATM, dan kemungkinan besar bukan yang terakhir. Dengan meningkatnya kasus penipuan dan kejahatan siber, regulasi semacam ini bisa dianggap sebagai langkah yang diperlukan.

Namun, di sisi lain, pembatasan ini juga bisa menjadi preseden yang menghambat inovasi dan mengurangi kebebasan finansial yang menjadi inti dari dunia kripto.

Apakah regulasi ini merupakan solusi tepat, atau justru menghambat adopsi kripto?

Crypto ATM di North Dakota Dibatasi $2.000/Hari, Keamanan atau Kendala?
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan