Jun 30, 2025

Canary Capital Mengusulkan Sui ETF Pertama Dalam Pengajuan SEC AS

Default Featured Image

Canary Capital telah mengajukan proposal ETF kripto keenamnya kepada regulator Amerika Serikat, kali ini untuk ETF yang melacak harga spot token kripto Sui.

Dalam pengajuan Form S-1 ke Securities and Exchange Commission (SEC) pada 17 Maret, perusahaan investasi kripto ini meminta izin untuk mencatatkan Canary SUI ETF. Namun, dokumen tersebut belum mencantumkan informasi mengenai bursa tempat ETF ini akan diperdagangkan atau simbol ticker yang akan digunakan.

ETF ini akan langsung memiliki Sui (SUI), token asli dari blockchain layer-1 yang berfungsi untuk pembayaran biaya transaksi dan staking. Saat ini, Sui menempati peringkat ke-23 sebagai mata uang kripto terbesar dengan nilai pasar sekitar 7,36 miliar dolar AS, berdasarkan data dari CoinGecko.

Dalam 24 jam terakhir, harga Sui naik 1,3% menjadi 2,31 dolar AS, dengan kenaikan mingguan sebesar 7,3%. Namun, token ini masih mengalami penurunan 56,5% dari harga tertingginya sepanjang masa di 5,35 dolar AS yang tercapai pada 5 Januari.

Selama periode 24 jam terakhir, harga Sui sempat mencapai puncak di 2,38 dolar AS sebelum mengalami sedikit penurunan.

Canary Capital sebelumnya telah mendaftarkan sebuah trust di Delaware pada 6 Maret sebagai bagian dari persiapan peluncuran ETF ini. Selain itu, perusahaan juga perlu mengajukan Form 19b-4 ke SEC sebelum regulator dapat mempertimbangkan apakah ETF tersebut dapat diperdagangkan.

Pengajuan ETF untuk Sui ini menjadi proposal keenam Canary kepada SEC dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, perusahaan ini telah mengajukan ETF untuk melacak harga beberapa aset kripto lainnya, termasuk Solana, Litecoin, XRP, Hedera, dan Axelar.

Langkah ini diambil setelah Sui mengumumkan kemitraannya dengan World Liberty Financial pada 6 Maret, sebuah platform kripto yang didukung oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Sebagai bagian dari kerja sama ini, World Liberty menambahkan token Sui ke dalam cadangan token “Macro Strategy” miliknya serta mengeksplorasi peluang produk lebih lanjut.

Trump telah menyatakan niatnya untuk melonggarkan regulasi terhadap industri kripto, yang mendorong semakin banyaknya pengajuan ETF kripto dengan harapan bahwa SEC di bawah pemerintahannya akan lebih terbuka terhadap persetujuan produk tersebut.

Sementara itu, SEC masih menunda keputusan terkait berbagai pengajuan ETF kripto. Namun, Komisioner SEC Hester Peirce mengungkapkan bulan lalu bahwa lembaga tersebut akan menunggu hingga Senat mengonfirmasi Paul Atkins sebagai ketua SEC sebelum menyusun agenda terkait regulasi kripto.

Sidang konfirmasi Senat untuk Atkins dijadwalkan berlangsung pada 27 Maret setelah sebelumnya tertunda akibat masalah pengungkapan keuangan.

Canary Capital Mengusulkan Sui ETF Pertama Dalam Pengajuan SEC AS
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan