Jun 30, 2025

Boeing Menang Kontrak F-47 Senilai $20 Miliar, Kalahkan Lockheed

Default Featured Image

Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Boeing memenangkan kontrak untuk membangun F-47, jet tempur generasi keenam yang akan menggantikan F-22 Raptor. Program ini merupakan bagian dari Next Generation Air Dominance (NGAD) dan dirancang untuk menghadapi ancaman dari China dan Rusia. 

Kontrak ini bernilai lebih dari $20 miliar, dan diperkirakan akan menghasilkan pesanan senilai ratusan miliar dolar selama beberapa dekade ke depan.

Pengumuman ini menjadi pukulan besar bagi Lockheed Martin, yang sebelumnya mendominasi pasar jet tempur dengan F-22 dan F-35. Setelah kalah dalam kompetisi ini, saham Lockheed turun hampir 7%, sementara saham Boeing naik 5%.

Boeing Bangkit di Tengah Krisis

Bagi Boeing, kemenangan ini menjadi momentum penting setelah menghadapi berbagai tantangan dalam bisnis penerbangan komersial dan pertahanan. Perusahaan ini mengalami kerugian $11,8 miliar pada 2024, terutama akibat masalah produksi pada 737 MAX, pembengkakan biaya pada program tanker KC-46, serta kontrak bermasalah untuk meningkatkan Air Force One.

Meskipun menghadapi banyak kendala, Boeing berhasil mengalahkan Lockheed berkat investasi besar dalam pengembangan teknologi tempur terbaru. “Kami memahami pentingnya menghadirkan jet tempur generasi keenam bagi Angkatan Udara AS,” kata Steve Parker, pimpinan divisi pertahanan Boeing.

F-47: Jet Tempur Masa Depan

Meskipun desainnya masih dirahasiakan, F-47 diperkirakan memiliki jangkauan lebih jauh, stealth lebih canggih, serta lebih mudah dalam perawatan dibandingkan F-22. Selain itu, jet ini dirancang untuk bertempur bersama drone, mencerminkan perubahan strategi perang udara modern.

Jenderal David Allvin, Kepala Staf Angkatan Udara AS, menyebut bahwa F-47 akan lebih adaptif terhadap ancaman masa depan dan akan diproduksi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan F-22.

Trump juga mengisyaratkan kemungkinan penjualan F-47 ke negara sekutu, yang menurutnya sudah mulai menunjukkan ketertarikan. Namun, harga dan spesifikasi lengkap pesawat ini masih dirahasiakan.

Kekalahan Lockheed dan Skeptisisme Elon Musk

Bagi Lockheed, kekalahan ini semakin memperburuk situasi setelah sebelumnya juga gagal memenangkan kontrak jet tempur generasi baru untuk Angkatan Laut AS. Selain itu, keterlambatan dalam peningkatan F-35 telah memicu kritik dari Pentagon.

Meskipun Lockheed berpeluang mengajukan protes atas keputusan ini, pengumuman langsung dari Trump dalam konferensi pers besar kemungkinan akan mengurangi potensi perselisihan publik terkait kontrak ini.

Di sisi lain, miliarder Elon Musk tetap skeptis terhadap efektivitas jet tempur berawak. Menurutnya, drone dengan biaya lebih murah bisa menjadi pilihan yang lebih efektif dalam pertempuran udara modern.

Senator Mark Kelly juga memperingatkan bahwa program sebesar ini memerlukan pengawasan ketat agar tidak mengalami keterlambatan atau pembengkakan biaya, seperti yang sering terjadi pada proyek pertahanan lainnya.

Boeing Menang Kontrak F-47 Senilai $20 Miliar, Kalahkan Lockheed
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan