Jun 30, 2025

BNB Chain Bangkit ETF, DeFi, dan Stabilitas Jadi Kunci Performa 2025

Default Featured Image

Setelah mengalami fase stagnasi sepanjang 2023, BNB Chain kini kembali mencuri perhatian. Di tengah kondisi pasar kripto yang tidak menentu, jaringan blockchain besutan Binance ini justru menunjukkan kebangkitan yang mengejutkan bukan hanya dari segi harga token, tetapi juga melalui peningkatan kuat dalam metrik on-chain dan adopsi institusional yang signifikan.

Apakah ini hanya efek sementara? Atau sinyal bahwa BNB Chain siap naik kelas sebagai pemain dominan baru dalam ekosistem smart contract?

BNB Dari Mati Suri Menuju Panggung Utama

Token BNB, yang menjadi native coin untuk jaringan ini, mengalami lonjakan luar biasa di kuartal pertama 2025. Sementara banyak koin utama lain seperti Ethereum dan Solana berjuang melawan tekanan makroekonomi dan regulasi, BNB justru menembus harga tertinggi sepanjang masa.

Menurut Joao Wedson, CEO dari platform analitik Alphractal, performa BNB bukan hanya soal pergerakan harga. “Fundamentalnya sangat kuat. Binance telah membangun ekosistem raksasa di mana BNB menjadi bahan bakarnya,” katanya dalam sebuah unggahan di X pada April lalu.

Angka Tak Pernah Bohong TVL Meningkat, Pasar Menyimak

Data dari DefiLlama menunjukkan bahwa Total Value Locked (TVL) di BNB Chain melonjak dari $3,5 miliar di awal 2024 menjadi lebih dari $6 miliar per Mei 2025. Meski masih jauh dari puncak $20 miliar di tahun 2022, tren pemulihan ini terbilang signifikan.

Saat ini, BNB Chain berada di posisi keempat dalam daftar layer-1 blockchain berdasarkan TVL, hanya kalah dari Ethereum, Tron, dan Solana. Platform DeFi terbesar di jaringan ini, PancakeSwap, menguasai sekitar $1,5 miliar dari TVL tersebut.

Namun, menurut riset Standard Chartered, fokus BNB Chain yang hampir eksklusif pada DEX, protokol pinjaman, dan staking likuid menjadikannya platform “old-school” yang kurang inovatif dibandingkan pesaing.

Tetapi, justru karakter konservatif ini dianggap memberikan stabilitas struktural yang disukai oleh investor institusi.

ETF dan Proyeksi Harga Sinyal Serius dari Lembaga Keuangan

Raksasa manajemen aset seperti VanEck dan Standard Chartered mulai menaruh perhatian serius. VanEck secara resmi mengajukan proposal ETF pertama untuk BNB di AS pada 5 Mei 2025.

Sementara itu, Standard Chartered memproyeksikan harga BNB akan mencapai $2.775 pada akhir 2028 naik lebih dari 360% dari harga saat ini di kisaran $600.

Dengan kapitalisasi pasar hampir menyentuh $85 miliar, BNB kini mendekati klub elite bersama Ethereum dan Bitcoin. Hal ini mempertegas statusnya sebagai aset kripto dengan daya tahan tinggi dan potensi jangka panjang yang menarik.

Peran Binance dan Politik AS Kolaborasi Strategis

BNB Chain bukan hanya jaringan teknis; ia adalah manifestasi dari kekuatan Binance sebagai bursa terbesar dunia. Dengan volume perdagangan mencapai rekor $76 triliun sepanjang 2024 setara dengan 40% volume spot global ekosistem Binance telah menjadi tulang punggung BNB Chain.

Menariknya, keterlibatan politik juga memperkuat posisi jaringan ini. Stablecoin USD1 yang didukung oleh mantan Presiden AS Donald Trump sebagian besar yakni 99% dari pasokannya dikeluarkan di BNB Chain.

Dengan nilai sirkulasi lebih dari $2 miliar, USD1 bukan hanya proyek politik, tetapi juga alat strategis untuk menggerakkan likuiditas di jaringan ini.

BNB Chain, Si “Tua” yang Kembali Muda

Di saat blockchain lain berlomba-lomba menjual inovasi baru, BNB Chain kembali ke dasar: efisiensi, kestabilan, dan integrasi ekosistem. Dengan dukungan Binance yang terus mendominasi, serta minat institusional yang makin kuat, kebangkitan BNB Chain bukan sekadar kebetulan.

Apakah ini pertanda bahwa investor mulai bosan dengan tren “DeFi eksperimental” dan kembali melirik proyek yang sudah terbukti bertahan? Jika iya, maka BNB bukan hanya bangkit ia sedang membangun momentum untuk dominasi tahap berikutnya.

BNB Chain Bangkit ETF, DeFi, dan Stabilitas Jadi Kunci Performa 2025
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan