Jun 30, 2025

Bitcoin Naik Saat Merebut Kembali $87 Ribu Setelah Kemerosotan di Awal April

Default Featured Image

Harga Bitcoin menunjukkan tanda-tanda keluar dari fase konsolidasi yang berkepanjangan setelah menyentuh level tertinggi sejak akhir Maret.

Pada 21 April, harga Bitcoin melonjak melampaui $87.400, menandai titik tertingginya sejak 28 Maret, menurut data dari TradingView. Dalam waktu singkat, harganya meningkat lebih dari $3.000 dari posisi terendah hariannya di atas $84.000 pada 20 April.

Sejak mencetak titik terendah tahunan di bawah $75.000 pada 9 April, nilai Bitcoin telah naik sekitar 16%. Kini, jaraknya terhadap rekor harga tertinggi sepanjang masa menyusut menjadi 20%.

Meskipun kenaikan 2,4% dalam sehari tergolong wajar bagi Bitcoin, lonjakan ini membawa aset tersebut ke batas atas dari saluran konsolidasi yang terbentuk sejak awal Maret.

Analis pasar Scott Melker, yang dikenal sebagai “The Wolf Of All Streets,” mencatat bahwa Bitcoin tengah mengalami kenaikan signifikan, di saat yang sama Nasdaq futures justru melemah sebesar 1%.

Keterkaitan Bitcoin dan Emas Semakin Kuat

Menurut Kobeissi Letter, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, tren antara emas dan Bitcoin terlihat sejalan. Hal ini didukung oleh pencapaian rekor baru oleh emas serta pergerakan naik Bitcoin.

Mereka mencatat bahwa emas telah mencetak rekor tertinggi ke-55 dalam 12 bulan terakhir, dan kini Bitcoin ikut bergabung dalam tren positif tersebut. Disebutkan pula bahwa pergerakan keduanya mencerminkan ketidakpastian ekonomi dan pelemahan Dolar AS.

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, tercatat turun sekitar 10% sejak awal tahun, seiring meningkatnya ketegangan perdagangan global.

Geiger Capital turut mengamati tren ini, mencatat bahwa pelemahan nilai tukar dolar dan penurunan pada saham teknologi terjadi bersamaan dengan penguatan Bitcoin. Mereka menyimpulkan bahwa Bitcoin mulai menunjukkan pergerakan yang tidak lagi bergantung pada aset lain.

Sebelumnya, sejumlah analis sempat memperkirakan penurunan harga Bitcoin hingga $83.000 selama libur Paskah, berdasarkan data dari order book bursa. Namun, prediksi ini tidak terbukti.

Pada 19 April, analis ‘Rekt Capital’ mencatat bahwa Bitcoin telah berhasil menembus tren penurunan dan menguji ulang level tersebut sebagai titik support—pertama kalinya sejak pola penurunan terbentuk.

Bitcoin Naik Saat Merebut Kembali $87 Ribu Setelah Kemerosotan di Awal April
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan