Jun 30, 2025

Bitcoin Long-Term Holders Panen $26 Miliar, Koreksi Besar Jadi Peluang?

Default Featured Image

Pasar Bitcoin kembali membuktikan ketangguhannya. Setelah sempat terguncang oleh koreksi lebih dari 30% sejak Januari lalu, harga BTC melesat dari $74.450 ke hampir $95.000 hanya dalam tiga minggu terakhir bulan April.

Kabar baiknya? Para pemegang jangka panjang (long-term holders atau LTHs) kini memetik hasil kesabaran mereka dengan tambahan kekayaan sebesar $26 miliar, menurut laporan terbaru CryptoQuant.

Dalam data yang dirilis, kapitalisasi pasar yang direalisasikan LTHs indikator nilai total Bitcoin yang dipegang berdasarkan harga pembelian terakhir melonjak dari $345 miliar menjadi $371 miliar.

Ini menjadi sinyal kuat bahwa, di tengah volatilitas pasar yang kadang brutal, mereka yang memegang Bitcoin lebih dari enam bulan tetap menuai imbal hasil maksimal.

“Ini pola yang kita lihat berulang kali,” ujar analis senior MNCapital, Michael van de Poppe. “Koreksi besar setelah all-time high adalah fenomena biasa, bahkan sehat, sebelum Bitcoin kembali mencetak rekor baru.”

Koreksi: Badai Sebelum Cerah

Dalam sejarah Bitcoin, koreksi 30%–40% bukanlah tanda bahaya, melainkan fase yang sering mendahului ledakan harga lebih tinggi. Di tahun-tahun besar seperti 2013, 2017, dan 2021, skenario serupa terjadi koreksi tajam diikuti reli vertikal.

Selain itu, faktor makroekonomi memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai. Saat pasar saham AS terpukul oleh kekhawatiran perang dagang dan suku bunga tinggi, emas juga meroket hingga menembus $3.500 per ons, memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa.

Bitcoin, di sisi lain, semakin terlihat menarik karena sifatnya yang tidak berkorelasi langsung dengan aset tradisional.

Menurut analis Cointelegraph, situasi ini memperkuat kepercayaan LTH terhadap Bitcoin sebagai “store of value” jangka panjang, setara bahkan mungkin melampaui emas digital.

Sementara Pemegang Jangka Pendek Gigit Jari

Namun, tidak semua investor menikmati pesta ini. Pemegang jangka pendek (short-term holders atau STHs) mengalami tekanan hebat, banyak yang menjual dalam kondisi rugi selama kejatuhan April.

Ini memperkuat pola 2024, di mana STHs cenderung “panic selling”, sementara LTHs sabar mengakumulasi Bitcoin di harga diskon.

Saat ini, 16,7 juta BTC tercatat dalam kondisi untung, melewati ambang optimisme pasar. Ini indikator penting: dalam siklus sebelumnya, fase ini kerap mendahului lonjakan harga spektakuler.

Seperti dilaporkan CryptoQuant, ketika mayoritas pasokan Bitcoin berada di zona profit stabil, reli harga besar hampir selalu terjadi dalam waktu beberapa bulan.

Ke Mana Bitcoin Setelah Ini?

Meski prospeknya cerah, analis memperingatkan bahwa Bitcoin mungkin akan memasuki fase konsolidasi. Saat ini BTC diperdagangkan di kisaran $94.900, dengan zona support kuat di $90.500–$88.750. Jika gagal bertahan di area ini, ada risiko penurunan ke level $84.000–$86.300 sebelum melanjutkan perjalanan naik.

Trader kripto populer, Jelle, menambahkan, “Bitcoin sudah menyentuh resistensi mingguan. Koreksi kecil menuju $91.000 masih sangat mungkin, tapi ini wajar dalam struktur pasar bullish.”

Dalam perspektif yang lebih luas, pembentukan kisaran baru di antara $90K–$95K dapat menjadi panggung persiapan sebelum Bitcoin menantang angka psikologis selanjutnya di $100.000.

Bagi investor jangka panjang, kesabaran sekali lagi terbukti menjadi senjata utama. Dalam dunia kripto yang serba cepat dan penuh gejolak, mereka yang mampu mengabaikan hiruk-pikuk sesaat akhirnya akan memanen hasilnya. Dengan sentimen pasar membaik dan faktor makro menguntungkan, Bitcoin tampaknya sedang membangun fondasi untuk langkah besar berikutnya.

“Dalam investasi, waktu di pasar (time in the market) lebih penting daripada mencoba mengatur waktu pasar (timing the market).”
 — Pepatah lama Wall Street, relevan juga untuk Bitcoin.

Bitcoin Long-Term Holders Panen $26 Miliar, Koreksi Besar Jadi Peluang?
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan