Jun 30, 2025

Bank Italia Waspadai Risiko Sistemik Kripto di Era Trump

Default Featured Image

Bank Sentral Italia mengeluarkan peringatan serius dalam laporan Stabilitas Keuangan terbarunya. 

Dalam dokumen tersebut, otoritas moneter Italia menyoroti potensi kerentanan sistemik akibat meningkatnya keterikatan antara aset kripto dan sistem keuangan tradisional, terlebih di tengah gelombang kebijakan pro-kripto yang kembali menguat di bawah Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa lonjakan harga aset digital pasca pemilu AS, serta makin lunaknya pendekatan regulator terhadap perusahaan kripto, memperbesar risiko terhadap global market

> “Jika instrumen-instrumen ini semakin terkait dengan sistem keuangan tradisional, maka potensi kerentanannya juga akan meningkat,” tulis Bank of Italy.

Efek Trump dan Konsentrasi Kekuasaan Kripto

Bank Italia juga menyoroti lonjakan tajam nilai global cryptocurrency market yang mencapai $2.75 triliun per akhir Maret, dengan Bitcoin menguasai lebih dari 60% pangsa pasar. 

Lonjakan tersebut dinilai sejalan dengan sentimen pro-kripto dari Gedung Putih, termasuk penghentian sejumlah investigasi, serta penyelenggaraan acara kripto di lingkungan Pemerintah.

Namun, sorotan terbesar tertuju pada dominasi perusahaan berbasis AS dalam sektor kripto. Sekitar 75% trading platform dan perusahaan kripto dikendalikan oleh entitas AS, dengan hanya sedikit kehadiran dari kawasan euro. 

Bank Italia menilai ketimpangan ini berisiko menimbulkan konflik kepentingan, serta ketergantungan yang terlalu besar pada perusahaan tanpa regulasi tata kelola khusus.

> “Sebagian besar Bitcoin dimiliki oleh entitas yang beroperasi sepenuhnya di sektor digital, yang tidak tunduk pada aturan tata kelola, dan dapat menimbulkan konflik kepentingan signifikan,” tulis laporan tersebut.

Ancaman dari

 Stablecoin Dolar

Bank Italia juga memperingatkan potensi disrupsi dari stablecoin yang didukung dolar AS, seperti USDT dan USDC. 

Mereka menyebut kemungkinan run on redemption bisa memicu aksi jual besar-besaran terhadap obligasi pemerintah AS, memicu gejolak di global market, dan melemahkan sistem pembayaran serta kedaulatan moneter Uni Eropa.

> “Dominasi stablecoin dolar berisiko mengganggu sistem pembayaran euro dan mengancam kedaulatan moneter kawasan,” tegas laporan itu.

Kontras dengan Arah Industri Domestik

Meski otoritas moneter bersikap waspada, bank-bank besar Italia tampaknya mengambil pendekatan berbeda. Intesa Sanpaolo, bank komersial terbesar di negara itu, diam-diam masuk ke dunia kripto. 

Pada Januari, mereka tercatat membeli 11 BTC senilai hampir $1 juta — pembelian langsung pertama oleh institusi keuangan Italia.

Tak hanya itu, bank tersebut juga telah menerbitkan obligasi berbasis blockchain pertama di Italia pada Juli 2024 dan menambahkan layanan crypto spot trading pada November lalu.

Bahkan parlemen mulai terlibat. Anggota Parlemen Marcello Coppo secara terbuka mendorong lembaga keuangan Italia agar turut berinvestasi di Bitcoin.

Meski penuh kewaspadaan, Bank Sentral Italia tidak sepenuhnya menutup pintu terhadap teknologi blockchain

Tahun lalu, mereka meluncurkan protokol konsensus izin khusus yang kompatibel dengan jaringan Bitcoin, dengan fitur privasi tambahan untuk validator — sebagai bagian dari uji coba sistem ledger digital Bank Sentral.

Bank Italia Waspadai Risiko Sistemik Kripto di Era Trump
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan