Jul 10, 2024

83% Pemegang Bitcoin Masih Untung Meski Harga Turun di Bawah $60.000

Selama akhir pekan, harga Bitcoin anjlok di bawah $60,000 akibat transaksi penjualan oleh investor besar seperti pemerintah Jerman dan Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan salah satu penurunan terbesar yang pernah terjadi pada aset krypto bitcoin dalam dua tahun terakhir.

Transaksi penjualan tersebut juga mengakibatkan kerugian miliaran dolar di market. Meskipun demikian, para pemegang Bitcoin masih menikmati keuntungan besar, dengan mayoritas investor saat ini masih mendapatkan keuntungan meskipun terjadi crash di market.

Pemegang Bitcoin Masih Menikmati Keuntungan Besar

Menurut data dari on-chain tracker IntoTheBlock, masih ada sekitar 53,57 juta pemegang Bitcoin di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 83% masih mendapatkan keuntungan meskipun harga BTC turun di bawah $60,000, karena saat ini berada sedikit di atas $56,000.

Angka ini menyisakan sekitar 17% dari total pemegang BTC yang tidak mendapatkan keuntungan saat ini. Dari angka tersebut, 13% mengalami kerugian, artinya mereka membeli koin BTC mereka saat harga lebih tinggi dari nilai saat ini, sedangkan 4% pemegang berada pada titik impas. Ini berarti bahwa 4% tersebut membeli koin mereka di sekitar nilai saat ini, sehingga mereka tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian pada harga saat ini.

Dengan persentase tersebut, sekitar 44,61 juta investor Bitcoin masih menikmati keuntungan dalam posisi mereka. 6,8 juta pemegang BTC mengalami kerugian saat ini, dan sekitar 2,16 juta investor berada pada titik impas.

Menariknya, mayoritas dari investor yang mendapatkan keuntungan melakukan transaksi harga masuk di bawah $50,000, artinya bahkan dengan penurunan 10% lagi dari sini, mayoritas investor Bitcoin masih mengalami keuntungan dari pembelian aset kripto tersebut.

Pemegang BTC Jangka Panjang Berisiko Mengalami Kerugian

Meskipun data menunjukkan bahwa mayoritas investor Bitcoin masih mendapatkan keuntungan, ada tren yang berkembang yang khususnya mempengaruhi investor jangka panjang. Menurut laporan Sentiment, rata-rata profit oleh investor jangka panjang Bitcoin berisiko jatuh ke dalam kerugian untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun.

Namun, hal ini tidak selalu buruk untuk harga Bitcoin. Di masa lalu, ketika rata-rata profit oleh investor jangka panjang turun ke wilayah negatif, sering kali menjadi waktu yang baik untuk membeli. Santiment mencatat bahwa ketika “MVRV 30 hari dan 365 hari Bitcoin berada di wilayah negatif,” ini menunjukkan bahwa pembelian dilakukan saat banyak trader lain merugi.

MVRV (Market Value to Realized Value) Bitcoin sendiri mengacu pada perbandingan antara nilai pasar dan nilai realisasi Bitcoin. Ketika nilai MVRV turun di bawah nol atau menjadi negatif, ini menandakan bahwa koin tersebut mungkin memiliki risiko yang lebih rendah untuk dibeli atau ditambah posisinya dalam jangka pendek.

Untuk menggambarkan peluang ini, Santiment mencatat bahwa “Jika seseorang melakukan pembelian terakhir kali pada kedua garis yang berada di wilayah negatif, return yang akan didapatkan orang itu pada BTC akan sebesar +132%.” Secara sederhana, situasi seperti ini sering menjadi indikator baik tentang di mana posisi harga terendah dan kapan waktu yang tepat untuk mulai membeli.

83% Pemegang Bitcoin Masih Untung Meski Harga Turun di Bawah $60.000
by Rian Jakawardana

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan