Cryptocurrency atau mata uang kripto adalah aset digital yang menggunakan teknologi kriptografi untuk menjaga keamanan transaksi. Tidak seperti uang tradisional yang dikendalikan oleh bank sentral, transaksi crypto berjalan di atas blockchain—jaringan terdesentralisasi yang memvalidasi transaksi secara kolektif sehingga lebih transparan dan tidak bergantung pada pihak ketiga.
Saat ini, terdapat ribuan aset kripto di pasar. Namun secara umum, crypto dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, fungsi, dan teknologinya. Memahami jenis-jenis cryptocurrency sangat penting sebelum kamu mulai berinvestasi atau menggunakan aset digital ini.
Apa Itu Cryptocurrency?
Cryptocurrency adalah aset digital yang dapat digunakan untuk transaksi atau sebagai instrumen investasi. Crypto berjalan di jaringan blockchain yang memungkinkan transaksi tercatat, diverifikasi, dan diamankan oleh berbagai node (komputer) di seluruh dunia.
Artinya:
✔ Tidak ada lembaga pusat yang mengatur
✔ Semua transaksi transparan
✔ Keamanan dijaga oleh kriptografi
✔ Berlaku secara global
Jenis-Jenis Cryptocurrency
Secara garis besar, cryptocurrency terbagi menjadi dua jenis utama: native coin dan token.
Native Coin
Native coin adalah aset crypto yang berjalan di atas blockchain miliknya sendiri. Coin ini biasanya berfungsi sebagai alat pembayaran utama di ekosistem blockchain tersebut.
Ciri-ciri Native Coin:
-
Memiliki blockchain sendiri
-
Digunakan untuk bayar biaya transaksi
-
Sering dipakai sebagai aset dasar ekosistem
-
Banyak yang diperoleh lewat mining atau staking
Contoh Native Coin:
-
Bitcoin (BTC)
-
Ethereum (ETH)
-
Solana (SOL)
-
Litecoin (LTC)
Kelebihan:
-
Jaringan lebih stabil
-
Digunakan secara luas
-
Biasanya lebih aman
Kekurangan:
– Harga sangat fluktuatif
– Mining/staking membutuhkan modal besar
Token
Token adalah aset kripto yang dibuat menggunakan blockchain pihak lain, seperti Ethereum, BNB Chain, Solana, atau Avalanche.
Ciri-ciri Token:
-
Tidak punya blockchain sendiri
-
Dibuat lewat smart contract
-
Utilitas sangat beragam
-
Bisa digunakan sebagai alat tukar atau representasi aset
Contoh Token:
-
USDT (Stablecoin, berjalan di Ethereum dan jaringan lain)
-
LINK (Utility Token)
-
UNI (Governance Token)
-
SHIB (Meme Coin)
Kelebihan:
-
Fungsi lebih beragam
-
Dukungan ekosistem luas
-
Mudah dibuat dan diintegrasikan
Kekurangan:
– Banyak token tidak punya utilitas jelas
– Lebih berisiko dari native coin
Jenis Crypto Berdasarkan Fungsinya
Untuk pemahaman lebih jelas, crypto juga bisa dikelompokkan berdasarkan utilitasnya:
1. Payment Coin
Digunakan sebagai alat tukar atau penyimpanan nilai.
Contoh:
-
Bitcoin (BTC)
-
Litecoin (LTC)
-
Bitcoin Cash (BCH)
2. Smart Contract Platform
Blockchain yang mendukung pengembangan aplikasi terdesentralisasi (dApps).
Contoh:
-
Ethereum (ETH)
-
Solana (SOL)
-
Avalanche (AVAX)
3. Stablecoin
Nilainya stabil karena dipatok ke aset tertentu seperti USD, emas, atau algoritma.
Contoh:
-
USDT
-
USDC
-
DAI
4. Utility Token
Digunakan untuk mengakses layanan dalam ekosistem tertentu.
Contoh:
-
Chainlink (LINK)
-
The Graph (GRT)
-
Filecoin (FIL)
5. Governance Token
Memberikan hak suara untuk menentukan arah proyek.
Contoh:
-
UNI
-
AAVE
-
MKR
6. Security Token
Representasi kepemilikan aset real-world (properti, saham, obligasi).
Contoh:
-
INX
-
tZERO
7. Meme Coin
Kripto berbasis komunitas yang awalnya dibuat sebagai guyonan.
Contoh:
-
Dogecoin (DOGE)
-
Shiba Inu (SHIB)
Contoh Cryptocurrency Populer
1. Bitcoin (BTC)
Aset crypto pertama dan paling bernilai. Disebut “emas digital”. Suplainya terbatas, sehingga dianggap cocok untuk penyimpanan nilai (store of value).
2. Ether (ETH)
Aset utama jaringan Ethereum yang mendukung smart contract, DeFi, NFT, dan ribuan aplikasi Web3.
3. Litecoin (LTC)
Versi lebih cepat dari Bitcoin dengan waktu blok 2,5 menit. Biaya transaksi lebih rendah.
4. Binance Coin (BNB)
Token ekosistem Binance dan BNB Chain. Digunakan untuk fee transaksi hingga program DeFi.
5. Dogecoin (DOGE)
Kripto komunitas dengan suplai tidak terbatas. Populer berkat meme dan dukungan komunitas besar.
6. Ripple (XRP)
Kripto yang digunakan untuk transfer lintas negara dengan kecepatan tinggi. Banyak dipakai institusi finansial.
Cara Memilih Jenis Cryptocurrency yang Tepat
1. Perhatikan Popularitas & Sentimen Komunitas
Crypto yang dibahas komunitas besar biasanya lebih aman dan likuid.
Pantau di: X (Twitter), Reddit, Discord, Telegram.
2. Telusuri Fundamental Proyek
Periksa:
-
siapa timnya
-
tujuan proyek
-
whitepaper
-
roadmap
-
mitra & ekosistem
Fundamental kuat = risiko lebih rendah.
3. Pahami Teknologi yang Digunakan
Teknologi menentukan keamanan, kecepatan, dan skalabilitas.
Perhatikan:
-
blockchain yang digunakan
-
konsensus (PoW, PoS, dll)
-
smart contract
-
keamanan jaringan
4. Cek Riwayat & Pola Harga
Pahami tren harga jangka panjang:
-
ATH (harga tertinggi)
-
ATL (harga terendah)
-
volatilitas
-
pola pergerakan
Hal ini membantu memahami risiko.
Rekomendasi Crypto Berdasarkan Jenisnya
Native Coin Terbaik
-
Bitcoin (BTC)
-
Ethereum (ETH)
-
Solana (SOL)
-
Avalanche (AVAX)
Stablecoin Paling Stabil
-
USDT
-
USDC
-
DAI
Utility Token Potensial
-
Chainlink (LINK)
-
Filecoin (FIL)
-
The Graph (GRT)
Governance Token Terpercaya
-
Uniswap (UNI)
-
Aave (AAVE)
Meme Coin Populer
-
Dogecoin (DOGE)
-
Shiba Inu (SHIB)
Mulai Investasi Crypto di Nanovest
Ingin mulai berinvestasi crypto dengan aman? Di Nanovest, kamu bisa membeli crypto populer seperti Bitcoin, Ethereum, hingga Solana dengan modal mulai Rp5.000, biaya rendah, dan proses transaksi super cepat. Cocok untuk pemula maupun pengguna berpengalaman.
FAQ
Apa saja jenis-jenis cryptocurrency?
Jenis crypto meliputi native coin, token, payment coin, smart contract platform, stablecoin, utility token, governance token, security token, dan meme coin.
Apa perbedaan coin dan token?
Coin punya blockchain sendiri, sedangkan token berjalan di blockchain lain menggunakan smart contract.
Jenis crypto apa yang cocok untuk pemula?
Biasanya coin besar seperti Bitcoin, Ethereum, atau stablecoin.
Apa jenis crypto yang paling aman?
Native coin berkapitalisasi besar seperti BTC dan ETH.






