Investasi saham, termasuk di bursa Amerika Serikat, dikenal memiliki potensi keuntungan yang besar. Namun, untuk mendapatkan hasil optimal, investor perlu memilih strategi investasi yang tepat dan sesuai dengan profil risikonya.
Salah satu strategi yang populer di kalangan investor global adalah growth investing. Strategi ini berfokus pada perusahaan dengan potensi pertumbuhan tinggi, meskipun harga sahamnya terlihat mahal saat ini. Lalu, apa itu growth investing, siapa yang disebut growth investor, dan bagaimana strategi mereka dalam memilih saham?
Artikel ini akan membahasnya secara lengkap dan mudah dipahami.
Apa Itu Growth Investing?
Growth investing adalah strategi investasi saham yang berfokus pada perusahaan dengan potensi pertumbuhan bisnis yang tinggi di masa depan, baik dari sisi pendapatan, laba, inovasi, maupun ekspansi pasar.
Dalam strategi ini, investor tidak terlalu mempermasalahkan apakah harga saham saat ini mahal atau murah. Fokus utama growth investor adalah seberapa besar peluang perusahaan tersebut tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
Perusahaan yang masuk kategori growth biasanya:
-
Sedang melakukan ekspansi agresif
-
Mengembangkan produk atau teknologi baru
-
Belum membagikan dividen karena laba digunakan untuk reinvestasi
-
Memiliki pertumbuhan pendapatan dan laba di atas rata-rata industri
Siapa Itu Growth Investor?
Growth investor adalah investor yang membeli saham perusahaan dengan harapan memperoleh keuntungan besar dari kenaikan harga saham (capital gain) seiring berkembangnya bisnis perusahaan tersebut.
Berbeda dengan investor konservatif, growth investor:
-
Bersedia membeli saham di harga mahal
-
Lebih toleran terhadap volatilitas
-
Berorientasi jangka menengah hingga panjang
-
Tidak terlalu mengandalkan dividen
Tujuan utama mereka adalah membeli saham hari ini dan menjualnya di masa depan dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Karakteristik Saham Growth (Growth Stock)
Saham yang digemari growth investor umumnya memiliki ciri-ciri berikut:
-
Pertumbuhan pendapatan dan laba konsisten
-
Fokus pada ekspansi dan inovasi
-
Valuasi tinggi (PER besar)
-
Jarang atau tidak membagikan dividen
-
Umumnya berasal dari sektor teknologi, digital, atau industri disruptif
Karena karakteristik inilah, growth stock sering terlihat mahal, tetapi dianggap sepadan dengan potensi pertumbuhannya.
Tentang Growth Stocks
Growth stocks adalah saham dari perusahaan yang diperkirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan rata-rata pasar atau industrinya. Pertumbuhan ini biasanya terlihat dari peningkatan pendapatan, laba, jumlah pengguna, atau ekspansi bisnis yang agresif.
Saham growth umumnya berasal dari perusahaan yang masih berada dalam fase pengembangan. Alih-alih membagikan dividen, perusahaan growth memilih menginvestasikan kembali laba untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya. Inilah sebabnya growth stocks sering memiliki harga saham yang relatif mahal.
Ciri-Ciri Growth Stocks
Agar mudah dikenali, berikut karakteristik utama growth stocks:
-
Pertumbuhan pendapatan dan laba tinggi
Biasanya mencatatkan kenaikan di atas rata-rata industri setiap tahunnya. -
Valuasi mahal (PER tinggi)
Harga saham sering terlihat “tidak murah” jika dilihat dari rasio valuasi tradisional. -
Jarang membagikan dividen
Laba digunakan untuk ekspansi, riset, dan pengembangan produk. -
Berbasis inovasi dan teknologi
Banyak berasal dari sektor teknologi, digital, atau industri disruptif. -
Volatilitas tinggi
Harga saham bisa naik tajam, tetapi juga mudah terkoreksi saat sentimen berubah.
Contoh Saham Growth di Bursa Amerika Serikat
Bursa saham Amerika Serikat dikenal sebagai “rumah” bagi banyak saham growth kelas dunia. Beberapa contoh yang sering dikaitkan dengan growth investing antara lain:
-
Amazon (AMZN)
Fokus pada ekspansi ekosistem e-commerce, cloud computing (AWS), dan teknologi logistik. -
Netflix (NFLX)
Bertumbuh melalui inovasi konten, ekspansi global, dan model bisnis berbasis teknologi. -
Tesla (TSLA)
Mengandalkan inovasi kendaraan listrik, energi terbarukan, dan teknologi otonom.
Perusahaan-perusahaan ini pada awalnya tidak memprioritaskan laba atau dividen, tetapi fokus memperbesar skala bisnis—yang pada akhirnya mendorong harga saham naik signifikan.
Strategi Growth Investor dalam Memilih Saham
Karena risikonya relatif tinggi, growth investing membutuhkan analisis yang lebih mendalam. Berikut strategi utama yang biasa diterapkan growth investor:
1. Menganalisis Riwayat Pertumbuhan Pendapatan
Growth investor melihat konsistensi pertumbuhan pendapatan dan laba, idealnya selama 5–10 tahun terakhir. Perusahaan dengan tren pertumbuhan stabil menunjukkan bisnis yang sehat dan berkelanjutan.
2. Memproyeksikan Pertumbuhan Masa Depan
Investor juga memperhatikan:
-
Proyeksi pendapatan 3–5 tahun ke depan
-
Laporan analis (equity research)
-
Rencana ekspansi dan inovasi perusahaan
Tujuannya adalah menilai apakah pertumbuhan masih bisa berlanjut, bukan sekadar sukses di masa lalu.
3. Memperhatikan Profit Margin
Profit margin yang meningkat menandakan efisiensi operasional yang baik. Meski tidak selalu tinggi, margin yang terus membaik menjadi sinyal positif bagi growth investor.
4. Mengukur Return on Equity (ROE)
ROE menunjukkan seberapa efektif manajemen menggunakan modal pemegang saham untuk menghasilkan laba. ROE yang stabil atau meningkat biasanya menjadi indikator kualitas manajemen perusahaan growth.
5. Memantau Performa Harga Saham
Growth investor juga melihat tren harga saham dalam beberapa tahun terakhir. Saham dengan pertumbuhan harga tahunan di atas rata-rata pasar (misalnya ≥15%) sering dianggap layak untuk strategi growth investing.
Risiko Growth Investing
Meskipun menjanjikan keuntungan besar, growth investing memiliki risiko yang perlu dipahami:
-
Harga saham bisa turun tajam saat sentimen negatif muncul
-
Valuasi tinggi membuat saham sensitif terhadap berita buruk
-
Tidak ada dividen sebagai penopang return
-
Lebih cocok untuk investor dengan toleransi risiko tinggi
Karena itu, strategi ini lebih sesuai untuk investor yang sabar dan berorientasi jangka panjang.
Perbedaan Growth Investor dan Value Investor
Growth Investor
-
Fokus pada pertumbuhan masa depan
-
Tidak terlalu peduli PER tinggi
-
Menggunakan rasio PEG (Price Earnings to Growth)
-
Mengandalkan capital gain
Value Investor
-
Fokus pada fundamental dan valuasi murah
-
Mengutamakan PER rendah
-
Sering mempertimbangkan dividen
-
Lebih konservatif
Singkatnya:
-
Growth investor membeli potensi
-
Value investor membeli harga murah
Kesimpulan
-
Growth investing adalah strategi investasi saham berbasis potensi pertumbuhan bisnis
-
Growth investor mengejar capital gain jangka panjang
-
Saham growth umumnya mahal, volatil, tetapi berpotensi memberi keuntungan besar
-
Cocok untuk investor dengan profil risiko tinggi dan visi jangka panjang






1 Komentar
Gimana caranya