Di tengah peningkatan tensi dagang global dan langkah tarif agresif terbaru dari Presiden AS Donald Trump, harga emas global tetap relatif stabil pada Kamis (10 Juli), menunjukkan bahwa pasar sedang berada dalam fase menahan napas memilih bertahan alih-alih bereaksi berlebihan.
Harga spot gold naik tipis 0,1% menjadi USD 3.317,44 per ons, sementara kontrak futures emas AS ditutup di level USD 3.325,70. Penguatan harga ini terjadi bersamaan dengan menguatnya indeks dolar AS sebesar 0,2%, yang biasanya menjadi sentimen negatif bagi logam mulia karena membuatnya lebih mahal bagi investor luar negeri.
Namun, daya tahan harga emas di tengah tekanan dolar menunjukkan bahwa daya tarik emas sebagai aset lindung nilai masih sangat kuat terutama di tengah geopolitik yang makin tidak menentu.
Dolar Menguat, Tapi Nafsu Lindung Nilai Belum Surut
Biasanya, ketika dolar AS menguat, permintaan emas melunak karena harganya jadi relatif lebih mahal bagi negara dengan mata uang lain. Tapi kali ini, dinamika pasar menunjukkan sesuatu yang berbeda.
“Kecuali ada eskalasi geopolitik besar, saya tidak melihat emas menembus USD 3.400 dalam waktu dekat. Saat ini emas cenderung bergerak dalam rentang terbatas,” kata Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures.
Dalam sebuah sinyal yang tak bisa diabaikan oleh investor global, Exxon Mobil raksasa energi asal Amerika Serikat memberikan peringatan bahwa laba mereka untuk kuartal kedua tahun ini kemungkinan akan merosot hingga $1,5 miliar dibandingkan kuartal sebelumnya.
Penyebabnya? Penurunan tajam harga minyak dan gas alam global, dua komoditas vital yang menjadi tulang punggung pendapatan Exxon.
Sinyal ini diumumkan lewat pengajuan dokumen regulasi pada Senin, dan mengindikasikan tekanan berat yang juga kemungkinan akan dialami oleh perusahaan-perusahaan migas besar lainnya ketika laporan keuangan kuartal kedua mulai dirilis beberapa minggu ke depan.
Harga Minyak Jatuh, Tekanan Menguat
Selama periode April hingga Juni 2025, harga rata-rata minyak mentah Brent acuan global untuk harga minyak tercatat di level $66,71 per barel, turun 11% dari kuartal sebelumnya.
Penurunan ini terjadi di tengah peningkatan pasokan dari aliansi produsen minyak OPEC+, yang kian membuat pasar kebanjiran suplai dan memperlemah harga.
Tak hanya minyak, harga gas alam di AS juga turun 9%, memperparah tekanan terhadap pendapatan sektor hulu Exxon, yang sangat tergantung pada kedua komoditas tersebut.
"Pasar kini m
Di tengah tensi global yang belum sepenuhnya reda, harga emas dunia kembali menjadi cermin ketidakpastian. Senin lalu (7 Juli), Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru sebesar 25% untuk seluruh produk impor dari Jepang dan Korea Selatan yang akan mulai berlaku 1 Agustus 2025.
Langkah mengejutkan ini langsung mengguncang pasar dan menyulut kembali minat terhadap aset safe haven seperti emas meskipun penguatan dolar AS sempat menahan lonjakan harga logam mulia tersebut.
Pada awal perdagangan, harga emas spot sempat terjun lebih dari 1%, namun pulih kembali menjadi hanya turun 0,1% di level $3.332,62 per ounce pada pukul 13:49 waktu New York.
Penguatan dolar AS sebesar 0,4% terhadap sekeranjang mata uang utama masih menjadi faktor dominan yang menekan harga emas, karena membuat logam mulia ini lebih mahal bagi pembeli di luar Amerika Serikat.
“Emas mulai merangkak naik sebagai respons atas tarif Trump terhadap Korea dan Jepang,” ujar Tai Wong, pedagang logam independen. “Namun instrumen lain di pasar justru menunjukkan reaksi berlawanan; indeks saham utama malah terkoreksi.”
Mengapa Tarif Ini Penting?
Langkah proteksionis terbaru dari Trump tidak hanya menyasar dua negara sekutu penting AS di Asia Timur, tetapi
0 comments