Lima Raksasa, Satu Pekan Penentu Pasar Global
Pekan ini, lima perusahaan teknologi terbesar dunia Google (GOOG, GOOGL), Meta (META), Microsoft (MSFT), Amazon (AMZN), dan Apple (AAPL) bersiap mengumumkan hasil keuangan kuartalan yang bisa mengguncang pasar global.
Di tengah ekspektasi tinggi terhadap kinerja AI dan cloud computing, laporan mereka akan menjadi barometer kesehatan industri teknologi sekaligus arah baru bagi pasar saham Amerika Serikat.
Sementara Nvidia (NVDA) dan AMD (AMD) baru akan melaporkan hasilnya bulan depan, fokus investor pekan ini akan bertumpu pada seberapa besar investasi AI mulai memberikan hasil konkret serta apakah Apple mampu mempertahankan momentum penjualan iPhone 17 di tengah pasar ponsel yang kian jenuh.
AI dan Cloud Jadi Poros Utama Pertumbuhan Big Tech
Bagi sebagian besar raksasa teknologi, AI bukan lagi sekadar tren, tetapi strategi bisnis utama. Perusahaan seperti Amazon, Google, dan Microsoft terus bersaing dalam hal kecepatan ekspansi data center, peningkatan GPU, dan efisiensi energi untuk menopang pertumbuhan cloud berbasis AI.
Menurut Karl Keirstead, analis dari UBS, suasana optimisme mulai meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Ia mencatat bahwa pelanggan cloud Amazon, Google, dan Microsoft menunjukkan pandangan yang lebih positif, menandakan permintaan komputasi AI mulai meluas ke sektor enterprise.
- Google Cloud diproyeksikan mencatat pertumbuhan 32% YoY,
- Microsoft Azure tumbuh 39% YoY,
- sedangkan Amazon Web Services (AWS) tumbuh 17% YoY, tertinggal dari dua pesaingnya.
Namun Keirstead menekankan bahwa selisih tersebut lebih disebabkan oleh dominasi Microsoft di pasar AI, terutama karena kerja sama eksklusif dengan OpenAI, bukan karena AWS kehilangan pangsa pasar tradisional.
“Isu utama AWS bukan soal kehilangan klien, melainkan persepsi bahwa eksposur mereka terhadap AI masih terbatas,” tulis Keirstead.
Langkah Balasan Amazon
Amazon mungkin tertinggal dalam headline AI, tapi bukan berarti diam. Perusahaan baru saja mengumumkan Project Rainier, supercluster raksasa yang akan menghubungkan ratusan ribu chip Trainium2 di seluruh AS.
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat posisi AWS dalam mendukung perusahaan AI seperti Anthropic, yang kini mengembangkan Claude AI model generasi berikutnya.
Ironisnya, meskipun AWS sempat mengalami gangguan global besar minggu lalu yang membuat sebagian besar situs internet lumpuh, harga saham Amazon justru naik 2% pada hari kejadian pertanda kepercayaan investor terhadap kekuatan fundamental AWS tetap tinggi.
AI Picu Lonjakan Pendapatan Iklan dan Cloud
Google berada dalam posisi unik. Selain memimpin pasar cloud AI, perusahaan juga menikmati efek limpahan (spillover) dari adopsi generative AI di mesin pencari.
Menurut BofA Global Research, pergeseran perilaku pencarian ke hasil berbasis AI justru meningkatkan permintaan iklan berbayar (paid ads), karena menurunnya lalu lintas organik membuat bisnis berlomba untuk beriklan.
CEO Google, Sundar Pichai, sebelumnya menyebut bahwa Google Cloud kini memiliki pendapatan tahunan mencapai US$50 miliar, sebagian besar didorong oleh peningkatan kontrak AI enterprise.
Namun, tantangan baru muncul: OpenAI meluncurkan ChatGPT Atlas Browser, yang oleh sebagian analis dianggap ancaman langsung terhadap dominasi browser Google Chrome yang kini menguasai 72% pasar global.
Meskipun begitu, analis menilai Google masih memiliki waktu panjang untuk beradaptasi, mengingat ekosistem produknya sudah tertanam dalam kehidupan digital konsumen dan korporasi.
Azure Naik Daun, Tapi Harus Tunjukkan Diversifikasi
Bagi Microsoft, momentum AI terasa paling kuat. Permintaan luar biasa dari OpenAI telah mendongkrak pendapatan Azure, sekaligus mempertegas posisi Microsoft sebagai tulang punggung komputasi AI dunia.
Namun, investor kini menuntut pembuktian bahwa pertumbuhan Azure tidak sepenuhnya bergantung pada AI, melainkan juga berasal dari bisnis cloud tradisional seperti software enterprise, data storage, dan keamanan siber.
Laporan keuangan Microsoft juga datang setelah kesepakatan baru dengan OpenAI, yang mengubah struktur kepemilikan dan kolaborasi keduanya. Meski kehilangan hak eksklusif sebagai penyedia cloud utama OpenAI, Microsoft tetap menjadi pihak paling diuntungkan karena OpenAI berkomitmen menghabiskan US$250 miliar untuk infrastruktur Azure di masa mendatang.
AI Dongkrak Bisnis Iklan, Tapi Beban Belanja Masih Berat
Berbeda dengan empat raksasa lainnya, Meta Platforms tidak menjual teknologi AI atau layanan cloud. Namun, AI telah menjadi mesin utama dalam sistem periklanan Meta, yang kini mampu menargetkan audiens lebih presisi.
CEO Mark Zuckerberg juga menggelontorkan miliaran dolar untuk membangun pusat data AI dan server Llama 3, sembari meluncurkan produk hardware seperti kacamata pintar dengan layar digital terintegrasi.
Meski begitu, investor masih menyoroti tingginya capex (capital expenditure) Meta. Jika pertumbuhan iklan tidak sebanding dengan besarnya belanja infrastruktur, tekanan terhadap margin laba bisa meningkat.
iPhone 17 Jadi Penyelamat, Valuasi Tembus US$4 Triliun
Sementara kompetitor fokus pada AI dan cloud, Apple tetap mengandalkan lini iPhone-nya sebagai mesin utama laba. Laporan terbaru dari Counterpoint Research menunjukkan penjualan iPhone 17 melonjak 14% lebih tinggi dibanding iPhone 16 dalam 10 hari pertama peluncuran di AS dan China.
Kinerja gemilang ini mendorong kapitalisasi pasar Apple menembus US$4 triliun, menjadikannya perusahaan ketiga di dunia setelah Nvidia dan Microsoft yang mencapai tonggak tersebut.
Namun analis Edison Lee dari Jefferies memperingatkan tanda-tanda pendinginan penjualan di beberapa pasar, dengan waktu tunggu pengiriman iPhone (lead time) mulai memendek indikasi potensi penurunan permintaan.
Apple juga masih menghadapi tekanan untuk membuktikan relevansi di era AI. Meski telah memperkenalkan fitur “Apple Intelligence” dan versi baru Siri berbasis AI, perusahaan belum menunjukkan monetisasi konkret dari teknologi tersebut.
Pekan Penentu Narasi Industri Teknologi
Laporan keuangan minggu ini bukan sekadar deretan angka. Ini adalah ujian nyata bagi narasi besar AI dan cloud, sekaligus bukti apakah hype AI benar-benar sudah menghasilkan keuntungan nyata.
Sementara Apple mengandalkan produk konsumen premium, Amazon, Google, Microsoft, dan Meta berkompetisi di sisi infrastruktur membangun fondasi digital masa depan berbasis AI, data, dan komputasi awan.
Hasil laporan keuangan pekan ini bisa menentukan arah pasar teknologi global menjelang akhir 2025 apakah tren AI masih menjadi katalis utama, atau sudah mulai kehilangan tenaga.
Pantau Raksasa Teknologi Dunia dan Mulai Investasimu Sekarang
Pergerakan saham Big Tech bisa menentukan arah pasar global. Mulai berinvestasi di perusahaan seperti Apple, Microsoft, Google, Amazon, dan Meta lewat Nanovest platform investasi global yang memungkinkan kamu membeli saham AS mulai dari Rp 5.000.
Ikuti momentum AI dan inovasi digital dunia, dan biarkan uangmu tumbuh bersama masa depan teknologi. Karena dalam dunia investasi, yang cepat membaca tren dialah yang memimpin.



