Laporan Kuat, Tapi Pasar Panik
Saham Netflix Inc. (NASDAQ: NFLX) anjlok hingga 10% pada perdagangan Rabu pagi waktu AS, sehari setelah perusahaan melaporkan kinerja keuangan kuartal ketiga 2025. Padahal, laporan keuangannya tak buruk pendapatan melonjak 17,2% menjadi US$11,51 miliar, sejalan dengan ekspektasi analis.
Tapi ada satu batu sandungan: biaya pajak dari Brasil yang menekan margin dan membuat laba bersih tak sesuai prediksi.
Reaksi pasar ini memicu perdebatan: apakah ini tanda perlambatan bisnis Netflix, atau justru peluang emas bagi investor untuk membeli saham dengan harga diskon?
Netflix Masih Tumbuh Kencang, Tapi Ada Hambatan Teknis
Secara fundamental, Netflix masih mencatat performa yang sehat.
Pertumbuhan dua digit pada pendapatan berasal dari keempat wilayah utama operasinya, menandakan bahwa ekspansi globalnya tetap solid.
Menariknya, Netflix kini tidak lagi melaporkan jumlah pelanggan baru sebuah strategi untuk mengalihkan fokus dari angka keuangan semata ke profitabilitas dan diversifikasi pendapatan.
Yang paling menonjol adalah kinerja divisi periklanan (ad-supported tier).
Perusahaan mencatat kuartal terbaik untuk penjualan iklan, bahkan melipatgandakan komitmen iklan di pasar AS dalam penawaran upfronts.
Artinya, bisnis iklan kini menjadi pilar baru dalam strategi pertumbuhan Netflix setelah pasar streaming berbayar mulai matang.
Namun, masalah muncul dari sisi bawah garis laba. Netflix mencatat margin operasional 31,5% secara penyesuaian, tapi setelah memperhitungkan biaya pajak dari Brasil, margin itu turun menjadi 28%.
Laba per saham (EPS) naik dari US$5,40 menjadi US$5,87, tapi tetap meleset dari perkiraan analis di US$6,97.
Singkatnya: performa bagus, tapi tidak sempurna.
Pajak Brasil Jadi Batu Sandungan Tak Terduga
Sumber utama masalah Netflix kali ini datang dari sengketa pajak di Brasil. Negara tersebut tengah melakukan penyesuaian pajak digital yang memengaruhi perusahaan multinasional, termasuk layanan streaming seperti Netflix.
Meskipun sifatnya sementara, biaya pajak tambahan ini langsung memengaruhi margin dan menjadi alasan utama investor menarik keuntungan setelah reli panjang saham Netflix selama 2025.
Beberapa analis menilai, sentimen negatif ini lebih bersifat teknikal ketimbang fundamental. Seperti disampaikan seorang analis Wall Street, “Investor hanya butuh alasan untuk melakukan profit-taking setelah valuasi Netflix melonjak terlalu cepat.”
Pendapatan Naik, Belanja Konten Meningkat
Manajemen Netflix tetap optimistis untuk kuartal keempat 2025.
Perusahaan memperkirakan pendapatan naik 16,7% menjadi US$11,96 miliar, sedikit di atas perkiraan konsensus US$11,9 miliar.
Namun, laba per saham diproyeksikan turun ke US$5,45, karena belanja konten meningkat menjelang akhir tahun salah satu strategi kunci Netflix untuk memperkuat daya saing di pasar global yang semakin ramai.
Dengan kata lain, Netflix memilih berinvestasi untuk masa depan ketimbang menjaga margin jangka pendek. Dan pasar iklan, yang kini menjadi mesin pertumbuhan baru, diyakini akan memberikan hasil lebih besar di 2026 seiring peningkatan minat pengiklan global terhadap format video digital.
Buy the Dip
Meski saham Netflix terkoreksi tajam, banyak analis justru melihat ini sebagai peluang beli.
Laporan dari beberapa lembaga riset besar di Wall Street menyebut bahwa tidak ada masalah mendasar dalam bisnis Netflix, dan prospek jangka panjang masih sangat menarik.
Morgan Stanley, misalnya, menilai bahwa model bisnis berbasis iklan dan konten lokal bisa memperpanjang siklus pertumbuhan Netflix, sementara Goldman Sachs mempertahankan rekomendasi “Buy” dengan target harga US$720 per saham, mengingat tren konsumsi video global yang terus meningkat.
Sentimen Negatif Tak Mengubah Narasi Besar Netflix
Penurunan saham Netflix kali ini lebih menggambarkan reaksi sesaat pasar terhadap beban pajak sementara dan valuasi tinggi, bukan tanda kemunduran bisnis. Dengan bisnis iklan yang tumbuh cepat, portofolio konten global yang semakin kuat, dan strategi belanja konten yang agresif, Netflix tetap menjadi pemimpin tak tergoyahkan di industri streaming global.
Investor cerdas justru melihat volatilitas seperti ini sebagai peluang. Karena di balik koreksi tajam, nilai fundamental Netflix masih kuat dan prospeknya terus berkembang.
Investasi Saat Harga Turun Bisa Jadi Peluang
Saham perusahaan besar seperti Netflix memang tak selalu naik lurus. Tapi bagi investor yang berpikir jangka panjang, koreksi harga justru bisa jadi momentum untuk masuk. Mulai perjalanan investasimu sekarang pantau saham AS dan diversifikasi portofoliomu lewat aplikasi Nanovest.
Mulai dari Rp 5.000, kamu bisa ikut memiliki potongan saham Netflix dan perusahaan global lainnya. Investasi jadi mudah, aman, dan kekinian.



