China Dorong Ekspor Baterai, Ekspor Naik 220% di Tengah Krisis Kapasitas
Setelah bertahun-tahun investasi masif, industri baterai China kini menghadapi dilema klasik: kapasitas berlebih. Rata-rata utilisasi pabrik anjlok hanya sepertiga dari total kapasitas nasional pada 2024.
Akibatnya, banyak produsen kecil tersingkir, sementara raksasa seperti CATL dan Trina Solar memilih satu jalan: ekspansi global.
Langkah itu ternyata membuahkan hasil. Menurut data China Energy Storage Alliance, industri penyimpanan energi China berhasil meraih sekitar 200 kontrak ekspor dengan total kapasitas 186 gigawatt-jam (GWh) hanya dalam paruh pertama 2025 melonjak 220% dibanding tahun sebelumnya.
Namun, dari total ekspor tersebut, hanya 3% yang menuju Amerika Serikat, sebagian besar akibat tarif tinggi yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap produk energi asal Asia.
Sebaliknya, pasar utama kini justru datang dari Eropa, Timur Tengah, dan Australia yang masing-masing menyumbang hampir 60% dari total pesanan.
Tarif Tinggi Paksa Pabrikan China Berproduksi di Luar Negeri
Kebijakan proteksionis AS memicu langkah baru: relokasi industri. Produsen seperti JinkoSolar dan Trina Solar kini membangun basis produksi di Asia Tenggara untuk menghindari bea masuk yang bisa mencapai 3.521%.
“Sekarang tidak cukup hanya mengekspor. Anda harus memproduksi secara lokal jika ingin bertahan,” tegas Gao Jifan, Chairman Trina Solar. Saat ini, sekitar 80% kapasitas produksi luar negeri untuk panel surya dan sel baterai milik perusahaan China sudah tersebar di Vietnam, Malaysia, dan Thailand tren yang juga merembet ke sektor penyimpanan energi.
Beijing Turut Dorong: Investasi Rp460 Triliun untuk 180 GW Energi Baru
China tidak hanya agresif di luar negeri. Di dalam negeri, pemerintah Beijing menyiapkan 250 miliar yuan (sekitar $32 miliar) untuk membangun 180 gigawatt (GW) kapasitas penyimpanan energi baru hingga 2027.
Dukungan kebijakan ini langsung terasa. Dari 55 perusahaan penyimpanan energi yang terdaftar di bursa China, 47 di antaranya mencetak laba pada paruh pertama 2025.
Pemimpin pasar, CATL, membukukan pendapatan RMB178,9 miliar ($25,15 miliar) dan laba bersih naik 33,3% secara tahunan.
Kenaikan permintaan global untuk sel baterai energi terutama karena transisi menuju energi bersih menjadi pendorong utama performa ini.
Tren Global: Investasi Baterai Dunia Akan Capai $1,2 Triliun
Laporan terbaru Wood Mackenzie memperkirakan investasi global untuk penyimpanan baterai akan menembus $1,2 triliun pada 2034, guna mendukung pembangunan 5.900 GW kapasitas tenaga surya dan angin baru.
Teknologi grid-forming battery menjadi kunci menjaga stabilitas sistem listrik di era dominasi energi terbarukan.
Pasar Baterai AS Meledak: 15 Kali Lipat Sejak 2020
Meski tertinggal dalam ekspor, pasar baterai Amerika Serikat tengah meledak. Harga baterai yang turun 40% sejak 2022 membuat teknologi ini kini menyaingi pembangkit gas alam dan batu bara.
Kini, AS memiliki hampir 30.000 MW kapasitas penyimpanan baterai utilitas, naik 15 kali lipat dibanding 2020. Negara bagian California memimpin dengan 13.000 MW, atau 42% dari total nasional, dan menjadi pionir dalam kombinasi solar + battery sebagai solusi beban puncak.
Laporan Lazard’s 2025 LCOE+ menegaskan bahwa pembangkit baru berbasis energi terbarukan kini menjadi sumber listrik paling kompetitif, bahkan tanpa subsidi. Dalam konteks lonjakan konsumsi energi akibat booming AI dan industri hijau, hal ini menandai perubahan strategis dalam peta energi global.
China di Pusat Revolusi Energi Dunia
Dengan ekspansi global agresif dan dukungan domestik yang kuat, China semakin memantapkan diri sebagai pemain kunci dalam rantai pasok energi bersih dunia. Namun, kebijakan tarif AS, persaingan teknologi, dan dinamika geopolitik akan menentukan sejauh mana dominasi ini bisa bertahan di tengah percepatan transisi energi global.