Laporan Keuangan yang Tak Pernah Membosankan
Tak ada rapat investor Tesla yang berjalan biasa. Dan laporan keuangan kuartal ketiga 2025 sekali lagi membuktikan hal itu. Dari pendapatan rekor, margin laba yang merosot tajam, hingga pernyataan nyeleneh Elon Musk tentang “robot army”, semua hadir dalam satu sesi yang mengguncang pasar dan komunitas investor global.
Tesla Inc. (NASDAQ: TSLA) melaporkan pendapatan US$28,1 miliar, melampaui rekor sebelumnya sekaligus menegaskan dominasi perusahaan di pasar kendaraan listrik (EV).
Namun, di balik pencapaian itu, margin operasi Tesla anjlok dari 10,8% tahun lalu menjadi hanya 5,8% penurunan yang memicu kekhawatiran soal profitabilitas di tengah perang harga dan peningkatan biaya R&D.
Pendapatan Naik, Tapi Margin Tesla Tertekan Berat
Angka penjualan Tesla memang mencengangkan. Perusahaan berhasil mengantarkan jumlah kendaraan listrik tertinggi dalam sejarahnya pada Q3, terutama dari Model 3 dan Model Y.
Namun, kenaikan volume tidak sejalan dengan profitabilitas. Penurunan margin disebabkan oleh tiga faktor utama:
- Kebijakan potongan harga agresif Tesla untuk menjaga permintaan di tengah persaingan ketat,
- Penghapusan insentif pajak EV AS senilai US$7.500 per unit, dan
- Kenaikan biaya riset dan pengembangan (R&D) untuk proyek ambisius seperti robot humanoid Optimus, autonomous driving, dan AI infrastruktur.
Selain itu, perusahaan menunda ekspansi besar-besaran pada truk listrik Tesla Semi hingga akhir 2026, menandakan penyesuaian prioritas bisnis jangka pendek.
“Kami akan tetap berhati-hati dalam ekspansi produksi, karena fokus kami adalah profitabilitas jangka panjang, bukan volume semata,” ujar CFO Vaibhav Taneja dalam panggilan investor.
Namun analis menilai, dengan margin yang turun hampir setengah, Tesla menghadapi masa transisi kritis di mana investasi besar untuk masa depan AI bisa sementara menekan performa finansial saat ini.
Musk Bahas “Kompensasi” dan… Kendali atas Robot Army
Jika penurunan margin membuat analis khawatir, maka ucapan Elon Musk di sesi Q&A membuat semua orang terperangah.
CEO Tesla itu membahas langsung paket kompensasi barunya sesuatu yang jarang dilakukan di rapat laba perusahaan publik. Rencana ini akan dibawa ke pemungutan suara pemegang saham pada 6 November 2025, dan menjadi topik panas di Wall Street karena nilainya bisa mencapai puluhan miliar dolar dalam bentuk saham.
CFO Taneja menegaskan bahwa pihak Tesla tidak menyebutnya sebagai “kompensasi”, karena Musk berencana tidak menjual sahamnya, melainkan meningkatkan kepemilikan dan kendali voting di Tesla.
Musk sendiri menjelaskan bahwa melalui paket ini, porsi sahamnya bisa naik dari 13% menjadi di kisaran 20–25% tingkat kepemilikan yang menurutnya “cukup untuk memberi pengaruh kuat, tapi tidak absolut.”
Namun alasannya seperti biasa disampaikan dengan gaya khas Musk.
“Jika saya membangun pasukan robot raksasa, apakah saya bisa begitu saja disingkirkan oleh dewan di masa depan? Itu yang saya khawatirkan,” ujar Musk.
“Saya tidak ingin mengendalikan robot army itu sepenuhnya, tapi saya ingin punya pengaruh kuat terhadapnya.”
Pernyataan tersebut langsung viral di media sosial, menimbulkan debat antara mereka yang menganggap Musk jenius visioner dan mereka yang menilai komentarnya “nyaris absurd.”
Paket Gaji Raksasa dan Kritik dari Pemegang Saham
Proposal kompensasi Musk bukan hanya soal jumlah saham tapi juga soal visi kendali jangka panjang atas arah Tesla, terutama dalam era AI dan otomasi. Namun, tidak semua pihak setuju.
Dua lembaga penasihat besar pemegang saham, ISS dan Glass Lewis, secara terbuka menolak paket kompensasi tersebut, menyebutnya “tidak proporsional dan berisiko tata kelola.”
Musk merespons dengan cara yang tidak kalah keras. Dalam panggilan itu, ia menyebut kedua lembaga tersebut sebagai “corporate terrorists” yang “tidak punya friggin’ clue” tentang bagaimana perusahaan inovatif beroperasi.
Meski begitu, sebagian analis pasar justru menilai paket kompensasi berbasis target kinerja (milestone-based) ini dapat menjadi insentif positif bagi Tesla dan pemegang saham asalkan Musk memenuhi target inovasi dan keuangan yang ketat.
AI, Robotika, dan Profitabilitas
Fokus Tesla kini tak lagi sekadar kendaraan listrik, tetapi ekosistem teknologi masa depan berbasis AI dan robotika. Dari sistem Full Self-Driving (FSD) hingga robot Optimus, perusahaan berambisi menjadikan AI sebagai sumber pendapatan utama berikutnya.
Namun, strategi ini datang dengan harga mahal: peningkatan belanja R&D yang menekan margin dan memicu perdebatan tentang prioritas bisnis jangka pendek.
Sementara itu, penghapusan kredit pajak EV AS dan kompetisi dari BYD, Rivian, dan Lucid akan semakin menekan margin dan harga di segmen kendaraan listrik global. Tesla kini berada di persimpangan strategis antara mempertahankan dominasi di pasar EV dan berinvestasi besar di teknologi masa depan yang belum tentu langsung menghasilkan.
Antara Rekor dan Risiko
Laporan Q3 2025 Tesla bisa dibilang sebagai cerminan dari dualitas perusahaan itu sendiri spektakuler namun rentan, inovatif tapi berisiko tinggi. Pendapatan rekor membuktikan kekuatan merek dan permintaan global, tapi margin yang menurun mengingatkan bahwa pertumbuhan tak selalu berarti profitabilitas.
Dan di tengah semua angka dan analisis, Elon Musk tetap menjadi pusat gravitasi Tesla dengan karisma, kontroversi, dan ambisi yang selalu memecah opini publik.
Saat Inovasi Jadi Taruhan, Saatnya Investasi Cerdas
Tesla bukan hanya tentang mobil listrik, tapi tentang masa depan AI, robotika, dan energi bersih. Mulailah berinvestasi di saham global seperti Tesla, Nvidia, dan Alphabet melalui Nanovest, platform investasi modern yang memungkinkan kamu mulai dari Rp 5.000.
Pantau tren teknologi, diversifikasi portofolio, dan jadilah bagian dari perubahan besar dunia. Investasi masa depan dimulai dari sekarang.



