Google Pamer Kekuatan di Tengah Ledakan AI
Raksasa teknologi Alphabet Inc., induk dari Google (NASDAQ: GOOGL), kembali menunjukkan tajinya di era kecerdasan buatan (AI). Dalam laporan keuangan kuartal ketiga (Q3) 2025, perusahaan mencatat pendapatan US$102,4 miliar, melampaui ekspektasi analis Wall Street sebesar US$99,85 miliar.
Angka ini juga naik signifikan dibanding US$88,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kabar menggembirakan ini langsung memicu euforia di pasar saham. Saham Google melonjak lebih dari 5% pada perdagangan Kamis pagi setelah laporan keuangan dirilis.
Google Cloud Jadi “Bintang Panggung”
Unit bisnis Google Cloud tampil sebagai penggerak utama pertumbuhan. Pendapatan segmen ini naik 34% YoY menjadi US$15,2 miliar, jauh di atas perkiraan analis sebesar US$14,8 miliar.
Yang menarik, nilai backlog (kontrak jangka panjang yang belum terealisasi) melonjak ke US$155 miliar, menandakan permintaan layanan cloud Google semakin kuat terutama dari perusahaan yang mengintegrasikan AI ke operasional mereka.
CEO Alphabet Sundar Pichai menyebut bahwa AI telah menghasilkan “miliaran dolar” pendapatan bagi Google Cloud dalam kuartal ini.
“Kami menandatangani lebih banyak kontrak senilai di atas US$1 miliar pada 2025 ini dibanding dua tahun sebelumnya digabung,” ujar Pichai dalam panggilan konferensi dengan investor.
AI Infrastructure Jadi Fokus Investasi Besar
Tak heran jika Google semakin agresif dalam memperkuat infrastruktur AI-nya. Alphabet menaikkan proyeksi capital expenditure (capex) tahunan ke US$92 miliar (dari estimasi sebelumnya US$85 miliar), dengan fokus utama pada pengembangan chip AI (TPU) dan pusat data generasi baru.
CFO Alphabet Anat Ashkenazi menjelaskan bahwa permintaan untuk infrastruktur AI “melampaui pasokan yang ada.” Langkah ini menegaskan bahwa Google tidak ingin tertinggal dalam perlombaan AI melawan Microsoft (Azure + OpenAI) dan Amazon (AWS) yang juga berinvestasi besar di bidang serupa.
Kolaborasi Besar-Besaran di Ekosistem AI
Salah satu pendorong besar pertumbuhan Cloud adalah kemitraan strategis dengan perusahaan AI papan atas.
- OpenAI, pengembang ChatGPT, resmi menambah Google sebagai salah satu penyedia infrastruktur cloud-nya sejak Juli.
 - Meta Platforms (META) dikabarkan menandatangani kontrak senilai US$10 miliar untuk menggunakan layanan Google Cloud demi mendukung ekspansi AI-nya.
 - Sementara itu, Anthropic rival OpenAI menandatangani kesepakatan untuk menggunakan hingga 1 juta TPU (Tensor Processing Units) milik Google Cloud. Analis Bank of America memperkirakan kesepakatan ini bisa menghasilkan pendapatan tahunan hingga US$10 miliar bagi Alphabet.
 
Dengan berbagai kesepakatan besar tersebut, posisi Google dalam industri AI semakin kokoh dan menjanjikan.
Tantangan dari Chat GPT dan Persaingan di Bisnis Pencarian
Meski begitu, tak semua kabar menggembirakan. OpenAI baru-baru ini meluncurkan ChatGPT Atlas Web Browser, langkah yang langsung menempatkan perusahaan tersebut dalam kompetisi langsung dengan mesin pencari Google.
Kehadiran browser AI ini sempat menekan harga saham Alphabet, karena investor mulai mempertanyakan apakah Google mampu mempertahankan dominasi historisnya di pasar pencarian digital.
Analis Rob Sanderson dari Loop Capital menyebut:
“Apakah Google bisa mempertahankan posisi dominannya di bisnis Search merupakan ketidakpastian struktural yang signifikan.”
Namun, Google tampaknya belum kehilangan momentum. Pendapatan dari Search mencapai US$56,6 miliar, di atas ekspektasi pasar sebesar US$55 miliar. Pichai menegaskan bahwa AI justru meningkatkan jumlah kueri pencarian dan memperluas cara orang berinteraksi dengan Google.
“Ini adalah momen ekspansi,” tegasnya.
Alphabet Sedang Memasuki Fase “Supercycle AI”
Jika ditarik lebih luas, performa Q3 Alphabet menandakan transisi perusahaan menuju ekonomi AI. Dengan portofolio kuat mulai dari Search, YouTube, Android, hingga Cloud Google kini bergerak ke arah “supercycle” baru di mana AI menjadi fondasi setiap lini bisnis.
Investor pun semakin optimistis. Selain pertumbuhan pendapatan dua digit, Google juga berhasil menunjukkan efisiensi margin laba bersih dengan EPS mencapai US$2,87, melampaui estimasi US$2,27 dan naik dari US$2,12 tahun lalu.
Google Sedang Menulis Babak Baru Ekonomi Digital
Laporan Q3 2025 menegaskan bahwa Google bukan sekadar pemain lama yang bertahan melainkan inovator yang berevolusi cepat di tengah gelombang AI global. Dengan Cloud dan AI yang tumbuh pesat, serta pipeline kontrak bernilai miliaran dolar, Alphabet tampaknya siap memasuki babak baru yang bisa mengubah peta kekuatan teknologi dunia.
Namun, di balik euforia tersebut, satu pertanyaan besar tetap menggantung: apakah dominasi Google Search akan tetap kokoh di era Chat GPT dan browser AI baru?
Hanya waktu dan strategi AI mereka yang bisa menjawabnya.

		

