Departemen Keuangan Amerika Serikat tengah menyiapkan kebijakan baru yang berpotensi memberikan keuntungan pajak besar bagi perusahaan-perusahaan raksasa. Aturan ini dirancang sebagai solusi atas hambatan pajak yang selama ini membatasi pemanfaatan insentif penelitian dan pengembangan (research and development/R&D), terutama bagi perusahaan dengan skala laba sangat besar.
Pedoman pajak tersebut diperkirakan akan dirilis dalam waktu dekat dan memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan insentif R&D yang sebelumnya sulit dimanfaatkan secara penuh. Kebijakan ini berkaitan langsung dengan undang-undang pajak yang digagas Presiden Donald Trump, yang memberikan kelonggaran signifikan terhadap pengurangan pajak atas belanja riset. Namun, aturan pajak minimum perusahaan sebesar 15% yang diperkenalkan pada era pemerintahan sebelumnya justru menjadi penghalang utama bagi banyak korporasi.
Pajak minimum ini berlaku bagi perusahaan dengan pendapatan di atas US$1 miliar dan dirancang untuk memastikan korporasi besar tetap membayar pajak dalam jumlah tertentu. Sayangnya, ketentuan tersebut membuat sebagian besar potongan pajak R&D tidak dapat diklaim sepenuhnya. Akibatnya, banyak perusahaan teknologi, farmasi, dan manufaktur—yang sangat bergantung pada inovasi—menghadapi beban pajak yang lebih tinggi dari perkiraan.
Melalui pedoman baru ini, Departemen Keuangan berupaya menyeimbangkan kembali tujuan fiskal dan kebutuhan dunia usaha. Jika aturan ini diterapkan, perusahaan dapat kembali menikmati manfaat penuh dari insentif R&D, termasuk potongan pajak retroaktif yang nilainya diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar AS. Bagi sektor teknologi dan manufaktur, kebijakan ini berpotensi meningkatkan arus kas dan mendorong investasi lanjutan di bidang inovasi.
Sejumlah perusahaan besar sebelumnya telah mengungkapkan bahwa potongan R&D dalam jumlah besar justru berisiko memicu kewajiban pajak minimum atau menghambat klaim kredit pajak yang seharusnya bisa mereka manfaatkan. Dengan adanya penyesuaian kebijakan, risiko tersebut diharapkan dapat ditekan.
Langkah ini juga mencerminkan tren yang lebih luas dalam kebijakan fiskal AS, di mana pemerintah berupaya melonggarkan penerapan pajak minimum melalui berbagai penyesuaian teknis. Beberapa sektor bahkan telah menerima pengecualian, sementara jenis keuntungan tertentu tidak lagi dimasukkan dalam perhitungan pajak minimum.
Dari sudut pandang pasar keuangan, perubahan kebijakan pajak seperti ini menjadi faktor penting dalam analisis fundamental perusahaan. Insentif pajak dapat berdampak langsung pada profitabilitas, valuasi saham, hingga sentimen investor. Bagi investor global, memahami dinamika kebijakan fiskal AS menjadi kunci dalam membaca peluang dan risiko di pasar saham Amerika.
Melalui platform investasi digital seperti Nanovest, investor Indonesia kini dapat lebih mudah memantau dan mengakses aset global, termasuk saham perusahaan yang terdampak langsung oleh perubahan kebijakan pajak tersebut. Pemahaman yang tepat terhadap faktor makro dan regulasi dapat membantu investor mengambil keputusan yang lebih terukur di tengah dinamika pasar global.






