Saham Nvidia (NVDA) kembali tersenggol arus sentimen negatif pada Kamis pagi, menandai potensi penurunan tiga hari beruntun. Bukan karena Nvidia kehilangan momentum kinerja—justru sebaliknya—melainkan karena kekhawatiran yang jauh lebih besar: apakah biaya pembangunan infrastruktur AI global mulai mencapai titik jenuh?
Pemicu gejolak terbaru datang dari laporan pendapatan Oracle (ORCL). Sang raksasa basis data ini melaporkan belanja modal US$12 miliar, jauh melampaui estimasi US$8,4 miliar. Tak berhenti di sana, Oracle juga menaikkan proyeksi belanja setahun penuh menjadi US$50 miliar, naik dari US$35 miliar.
Bagi sebagian investor, angka ini mungkin menggembirakan—seakan menegaskan betapa seriusnya perusahaan besar mengejar AI. Namun bagi pasar saham, belanja yang terlalu besar justru memunculkan narasi baru:
Teknologi AI memang masa depan, tetapi apakah biaya pembangunannya mulai menjadi tidak berkelanjutan?
Nvidia, sebagai pemasok utama chip AI dunia, terseret dalam kekhawatiran ini. Saham NVDA ikut melemah seiring jatuhnya Oracle, sementara saham-saham AI lainnya ikut ketar-ketir.
Wall Street Masih Mencintai Nvidia, Tetapi Rival Tak Lagi Tidur
Padahal sebulan sebelumnya, Nvidia memukau pasar dengan pendapatan kuartal III sebesar US$57 miliar, mengalahkan konsensus, plus guidance kuartal berikutnya yang menembus US$65 miliar—melampaui ekspektasi analis.
CEO Jensen Huang bahkan mengungkap keyakinan mendalam terhadap “extraordinary returns” dari investasinya di OpenAI dan Anthropic. Optimisme itu bukan basa-basi. Nvidia hari ini berada di titik emas: permintaan chip Blackwell dan Rubin mengalir deras, hingga Huang dilaporkan meminta Taiwan Semiconductor (TSMC) meningkatkan kapasitas produksi wafers. Namun, bukan berarti semua jalannya mulus.
Rival mulai mengejar. Dan kali ini, ancamannya nyata.
- Custom AI chips buatan perusahaan besar—Amazon, Google, Meta—diprediksi mulai menggerus dominasi Nvidia.
- DeepSeek, startup Cina, baru-baru ini merilis model open-source yang harganya lebih murah dan efisiensinya mengejutkan pasar.
- China’s regulatory pressure terhadap chip Nvidia terus mengganjal permintaan, dengan pelarangan, investigasi antitrust, dan ketentuan khusus untuk chip yang dikirimkan.
UBS mengingatkan bahwa Nvidia mungkin bisa menjual US$5–10 miliar chip ke China per kuartal, tetapi risiko kompetisi tetap besar.
Drama China: Antara Peluang Besar dan Regulasi yang Lebih Besar
Pekan ini, isu lain ikut mengguncang: Donald Trump membuka peluang Nvidia menjual chip H200 ke “perusahaan yang disetujui” di China, dengan syarat perusahaan memberikan 25% revenue fee.
Namun kesepakatan itu tak semudah membalik telapak tangan. Konstitusi AS melarang pajak ekspor, sehingga mekanisme ini harus melalui kategori “biaya lisensi” atau bentuk lainnya.
Jika ini disetujui (atau tidak), implikasinya besar. Bukan hanya bagi Nvidia, tetapi bagi hubungan dagang AS–China di sektor AI.
Kini, Nvidia telah lebih dulu menyetujui perjanjian serupa pada Agustus lalu: perusahaan wajib memberikan 15% dari pendapatan penjualan chip H20 kepada pemerintah AS. Perjanjian ini menuai sorotan dari pakar hukum perdagangan internasional, menyebutnya sebagai langkah yang “tidak lazim”.
Fundamental Tetap Mengkilap, Tetapi Investor Besar Keluar
Meski Nvidia dinobatkan sebagai Best-Run Company 2025 oleh Drucker Institute, tidak semua investor besar bertahan.
- Thiel Macro menjual seluruh 537.742 sahamnya senilai US$85 juta.
- SoftBank melepas saham Nvidia senilai US$5,8 miliar.
Apakah mereka tahu sesuatu? Atau hanya profit-taking setelah rally panjang? Pertanyaan-pertanyaan ini tetap menggantung, memicu spekulasi.
Namun di sisi lain, raksasa seperti Amazon, Microsoft, dan Saudi Arabia’s Humain justru menggandakan investasinya pada infrastruktur AI dengan Nvidia sebagai pemasok inti.
Analisis Teknis: Nvidia Belum Bisa Disebut “Buy”
Dari sudut teknikal, kondisi NVDA tidak terlalu bersinar:
- Saham jatuh di bawah MA50, sinyal bahwa momentum jangka menengah melemah.
- Level MA50 berubah dari support menjadi resistance, yang harus ditembus sebelum NVDA kembali masuk zona pembelian.
- Rating EPS Nvidia tetap 99, dan Composite Rating 99, menunjukkan fundamental sangat kuat—tetapi sentimen teknikal sedang rapuh.
Jadi, Apakah Nvidia Masih Layak Dibeli?
Tetap salah satu saham AI terbaik dunia, tetapi titik entry-nya harus lebih hati-hati. Dengan permintaan chip AI yang belum menunjukkan tanda-tanda perlambatan, plus pipeline inovasi seperti Blackwell dan Rubin, Nvidia masih memiliki landasan pertumbuhan yang kokoh. Namun tekanan geopolitik, kompetisi yang semakin serius, dan biaya AI yang membengkak menjadi risiko yang tak bisa diabaikan.






