Industri kecerdasan buatan kembali diguncang kabar besar. Nvidia sang “mesin pemompa tenaga AI global” baru saja merilis laporan kinerja kuartal ketiganya, dan hasilnya membuat Wall Street kembali menatap perusahaan ini dengan rasa kagum yang sulit disembunyikan.
Investor pun menyambutnya dengan euforia: saham NVDA melesat lebih dari 5% hanya dalam hitungan menit setelah laporan dirilis.
Pada Q3, Nvidia mencatat pendapatan sebesar $57,01 miliar dengan EPS $1,30, melampaui ekspektasi analis yang memproyeksikan $55,2 miliar dan EPS $1,26. Angka ini melonjak tajam dari tahun sebelumnya, ketika pendapatan masih berada di $35,1 miliar.
Lonjakan tersebut menegaskan satu hal: mesin pertumbuhan Nvidia kini sepenuhnya disokong oleh hausnya dunia terhadap chip AI berperforma tinggi.
Penjualan Blackwell Membanjir
Tak ada frasa yang lebih menggambarkan situasi saat ini selain ucapan CEO Jensen Huang:
“Blackwell sales are off the charts, dan cloud GPUs habis terjual.”
Chip generasi Blackwell yang menjadi tulang punggung data center AI modern tampaknya bukan sekadar produk yang laku keras; ia kini menjadi simbol “minyak baru” era digital.
Cloud provider global dikabarkan kehabisan stok, menandakan bahwa permintaan dari sektor AI generatif, model foundation, hingga startup raksasa AI terus menanjak.
Tak hanya itu, Nvidia juga memproyeksikan pendapatan Q4 sebesar $65 miliar, lebih tinggi dari estimasi Wall Street di angka $62 miliar. Untuk ukuran perusahaan yang sudah menembus valuasi $5 triliun bulan lalu, pertumbuhan ini bukan hanya besar tetapi luar biasa.
$51 Miliar dari Satu Segmen
Segmen data center kembali menjadi primadona dengan kontribusi $51,2 miliar, melampaui estimasi $49,3 miliar. Ini menegaskan dominasi Nvidia dalam pasar GPU cloud suatu wilayah yang semakin seksi seiring ekspansi masif AI generatif.
Apa yang membuat pendapatan sektor ini begitu kuat? Jawabannya: CUDA. Ekosistem software proprietary Nvidia menjadikan GPU mereka bersifat “lengket” sekali perusahaan besar mengadopsinya, mereka cenderung menetap.
Bahkan A100 yang sudah berusia 6 tahun tetap relevan karena optimalisasi software berkelanjutan. Sebuah tamparan halus untuk investor seperti Michael Burry, yang pekan lalu mengkritik perusahaan AI karena “memperindah laporan laba” melalui depresiasi perangkat keras yang dianggap terlalu rendah.
Saham-saham AI Ikut Terseret Naik
Keberhasilan Nvidia bukan hanya milik satu perusahaan. Efek domino langsung terlihat di after-hours:
- AMD naik hampir 4%
- Micron (MU) naik lebih dari 3%
- Big Tech seperti Amazon, Meta, Google, dan Microsoft ikut menguat
Ini menggambarkan satu hal: Nvidia bukan sekadar perusahaan hardware; ia adalah barometer kesehatan seluruh ekosistem AI global.
Investor Besar Mulai Realokasi Pertanda Apa?
Meski Nvidia mengilap, beberapa raksasa finansial justru melepas kepemilikannya:
- Peter Thiel menjual seluruh posisi senilai sekitar $100 juta
- SoftBank menjual sekitar $5,8 miliar saham Nvidia untuk mendanai ekspansi AI-nya sendiri
Tindakan ini bukan cerminan keraguan terhadap Nvidia melainkan sinyal bahwa pertempuran AI global kian intens dan masing-masing pihak mulai memperkuat “amunisi” mereka.
Berkibarnya Pasar AI Menuju 2030
Lisa Su, CEO AMD, baru-baru ini menyebut bahwa pasar data center dapat menyentuh $1 triliun pada 2030 sebuah angka yang mengindikasikan bahwa perlombaan teknologi ini baru dimulai.
Nvidia dengan arsitektur Blackwell Ultra-nya kini berada di posisi terdepan, tetapi kompetisi jelas belum selesai.
Apakah Ini Puncaknya, atau Awal dari Era Baru?
Dengan pendapatan yang meledak, proyeksi yang kuat, dan dominasi ekosistem AI yang sulit ditandingi, Nvidia mengirimkan pesan jelas ke pasar: AI bukan hype ia adalah mesin ekonomi terbesar generasi ini.
Namun bagi investor, pertanyaannya kini bukan lagi “seberapa cepat Nvidia tumbuh”, melainkan:
“Berapa lama dunia bisa mengikuti kecepatan Nvidia?”






