Saham Meta kembali menarik perhatian setelah laporan mengungkap bahwa perusahaan akan memangkas anggaran besar-besaran untuk proyek metaverse dan mengalihkan fokus ke pengembangan kecerdasan buatan serta kacamata pintar. Langkah ini menandai perubahan strategi paling signifikan sejak Meta mengganti nama dari Facebook pada 2021 untuk menegaskan ambisi besarnya membangun dunia virtual yang saling terhubung. Kini, mimpi tersebut terlihat surut di tengah tekanan finansial dan percepatan inovasi AI global.
Menurut laporan yang beredar, termasuk dari Bloomberg dan Yahoo Finance, Mark Zuckerberg telah memerintahkan pemotongan anggaran untuk unit metaverse, termasuk Reality Labs, dan memindahkan sebagian besar pendanaan ke proyek AI serta perangkat wearable seperti kacamata pintar. Pasar langsung bereaksi positif: saham META melonjak lebih dari 3%, sinyal bahwa investor menyambut baik pergeseran strategi ini.
Di balik keputusan tersebut, Realitas Labs memang sudah lama menjadi sumber defisit. Pada kuartal terkini saja, divisi itu mencatat kerugian hingga US$4,4 miliar sementara pendapatan hanya menyentuh US$470 juta. Sejak 2020, total kerugian Reality Labs diperkirakan telah melewati US$70 miliar. Penjualan perangkat VR/AR pun masih jauh dari skala massal, kalah telak dibanding smartphone yang mengirim lebih dari 1,25 miliar unit setiap tahun, sementara pasar AR/VR diprediksi hanya mencapai sekitar 14,3 juta unit pada 2025.
Kondisi ini memperkuat alasan Meta untuk mencari pasar yang lebih cepat bertumbuh dan lebih potensial menghasilkan keuntungan yakni AI dan perangkat pintar. Produk kacamata pintar Meta, termasuk Ray-Ban smart glasses dan Ray-Ban Display seharga US$799, justru menunjukkan potensi komersial lebih besar. Kategori wearable AI bahkan diproyeksikan tumbuh lebih dari 200% dalam beberapa tahun ke depan, didorong permintaan akan perangkat ringan, portabel, dan fungsional. Selain memutar haluan bisnis, Meta juga terlihat agresif membangun kapabilitas AI: memperluas data center termasuk Hyperion, mengamankan pembiayaan dari Blue Owl, merekrut pakar AI dari berbagai perusahaan (termasuk OpenAI), serta membajak talenta desain dari Apple untuk memperkuat lini hardware konsumen.
Dengan memindahkan dana dari proyek metaverse yang terus merugi ke AI yang sedang booming, Meta mencoba membangun masa depan yang lebih stabil sekaligus mengurangi risiko finansial. Dampaknya bisa luas. Bagi Meta, ini berpotensi menjadi awal konsolidasi sebuah upaya menjauh dari proyek “lubang uang” menuju produk yang solid secara bisnis. Bagi investor, pergeseran ini memberikan optimisme bahwa margin perusahaan dapat membaik dalam 12–24 bulan mendatang. Sedangkan bagi industri teknologi, keputusan Meta ini mungkin menjadi sinyal bahwa era “metaverse besar-besaran” sedang meredup, digantikan oleh gelombang baru perangkat AI yang lebih praktis dan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun sejumlah pertanyaan penting masih tersisa.
Apakah pengurangan anggaran metaverse akan memicu PHK besar di Reality Labs? Apakah wearable AI cukup matang untuk menjadi produk mainstream yang berpotensi menyamai smartphone? Dan apakah perubahan strategi ini mampu memulihkan reputasi Meta setelah bertahun-tahun dibayangi kerugian proyek virtual? Satu hal jelas: dengan Meta menggeser fokus ke AI dan kacamata pintar, lanskap industri teknologi global sedang berubah cepat.
Jika tren ini berlanjut, masa depan bukan lagi dunia virtual dalam headset, tetapi perangkat ringan yang membuat AI hadir langsung di depan mata.






