Raksasa otomotif asal Amerika Serikat, General Motors Company (NYSE: GM), akan merilis laporan keuangan kuartal ketiga tahun fiskal 2025 pada Selasa, 21 Oktober, sebelum pasar dibuka.
Investor kini bersiap menyimak hasil terbaru perusahaan yang tengah berjuang menjaga profitabilitas di tengah tarif impor tinggi dan kompetisi sengit di industri kendaraan listrik (EV).
Proyeksi Laba Turun, Tapi GM Masih Konsisten Kalahkan Ekspektasi
Analis memperkirakan laba per saham (EPS) GM pada kuartal ini akan mencapai US$2,26, turun 23,7% dibandingkan US$2,96 di periode sama tahun lalu. Meski begitu, GM punya rekam jejak kuat: selama empat kuartal terakhir, perusahaan selalu berhasil melampaui ekspektasi Wall Street.
Untuk sepanjang tahun fiskal 2025, GM diproyeksikan membukukan EPS sebesar US$9,43, turun 11% dari 2024. Namun pada 2026, laba per saham diperkirakan akan kembali tumbuh 4,7% menjadi US$9,87, menandakan potensi rebound jangka menengah.
Di pasar saham, GM tidak sepenuhnya tertinggal. Dalam 52 minggu terakhir, harga saham GM naik 16,1%, sedikit mengungguli kinerja Consumer Discretionary Sector SPDR Fund (XLY) dan S&P 500 Index, yang masing-masing naik 15,9% dan 13,4%.
Dampak Tarif dan Penjualan Otomotif yang Menurun
Meski kinerja top-line terlihat solid, tarif tinggi dari kebijakan perdagangan baru pemerintah AS telah menjadi batu sandungan besar bagi GM. Dalam laporan Q2 2025, pendapatan bersih GAAP perusahaan anjlok 35,4% year-over-year menjadi US$1,9 miliar, memicu kekhawatiran investor terhadap margin keuntungan jangka panjang.
Dari sisi penjualan, GM mencatat penurunan 2,7% dalam penjualan otomotif menjadi US$42,9 miliar, sedangkan pendapatan total turun 1,8% menjadi US$47,1 miliar. Meski demikian, hasil itu masih 1,9% di atas ekspektasi analis, menunjukkan efisiensi dan ketahanan operasional di tengah tekanan pasar.
Kinerja bottom-line juga lebih baik dari perkiraan: EPS Q2 2025 mencapai US$2,53, melampaui konsensus sebesar 5,9%, meski secara tahunan turun 17,3%.
GM di Tengah Transformasi Industri Otomotif
General Motors tengah menjalani transisi besar menuju kendaraan listrik dan layanan berbasis software dua area yang digadang akan menjadi mesin pertumbuhan baru perusahaan.
Divisi Cruise, yang berfokus pada kendaraan otonom, serta unit GM Financial dan software-enabled services kini menjadi pilar utama dalam strategi diversifikasi.
Namun, di sisi lain, biaya pengembangan EV dan ketidakpastian regulasi tarif menjadi penghalang bagi ekspansi agresif. GM juga menghadapi tekanan dari kompetitor seperti Tesla, BYD, dan Rivian, yang mempercepat produksi EV global dengan efisiensi biaya yang lebih tinggi.
Sentimen Pasar: Moderat Tapi Optimistis
Dari 29 analis yang meliput saham GM, mayoritas masih memandang positif:
- 13 Strong Buy
- 2 Moderate Buy
- 11 Hold
- 3 Strong Sell
Secara keseluruhan, rating konsensus tetap “Moderate Buy”, dengan target harga rata-rata US$60,69 menunjukkan potensi kenaikan sekitar 9,6% dari harga saat ini.
Para analis menilai GM punya fundamental kuat dan momentum jangka menengah positif, namun potensi jangka pendeknya akan sangat ditentukan oleh bagaimana perusahaan menavigasi kebijakan tarif dan menjaga margin di tengah peralihan ke elektrifikasi.
Apa yang Akan Jadi Fokus Investor di Laporan Q3?
Investor akan menyoroti beberapa faktor utama dalam laporan Q3 mendatang:
- Dampak berkelanjutan tarif impor terhadap margin dan harga jual kendaraan.
- Kinerja unit EV dan software services, yang kini mulai berkontribusi signifikan terhadap pendapatan non-otomotif.
- Panduan (guidance) manajemen untuk Q4 dan 2026, terutama terkait volume penjualan dan strategi biaya.