Inovasi Yuan Digital dan Kontroversi Pengawasan Global yang Mengiringinya

Digital Yuan

Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, mata uang digital tengah menjadi topik hangat di berbagai negara. China, sebagai salah satu pemain utama di panggung global, telah meluncurkan Yuan Digital atau e-CNY, yang dikenal pula sebagai e-RMB.

Meskipun saat ini penggunaannya masih terbatas, potensi yang dimilikinya tidak bisa dianggap remeh. Yuan Digital tidak hanya membuka peluang baru dalam dunia keuangan, tetapi juga menimbulkan berbagai pertanyaan tentang privasi dan kebebasan individu.

Sejarah dan Pengembangan

Yuan Digital bermula dari sebuah proyek yang diluncurkan oleh Bank Sentral China (PBOC) pada tahun 2014. Saat itu, konsep mata uang digital bank sentral atau CBDC masih baru dan hanya dibahas dalam lingkaran terbatas. Namun, minat terhadap konsep ini segera meningkat, dan pada tahun 2016, PBOC mendirikan Lembaga Riset Mata Uang Digital (DCRI).

Pilot proyek Yuan Digital diluncurkan pada akhir 2019 di empat area, termasuk kota Shenzhen, Suzhou, Chengdu, dan Area Baru Xiong’an. Meskipun masih dalam tahap uji coba, penggunaan Yuan Digital telah diperluas ke 21 area di China dan bahkan digunakan pada Olimpiade Musim Dingin 2022, yang memberi kesempatan bagi orang asing untuk mengenalnya.

Menurut laporan PBOC, hingga Januari 2022, terdapat lebih dari 260 juta dompet Yuan Digital dengan transaksi mencapai 87 miliar yuan. Meskipun angka ini terdengar mengesankan, Yuan Digital hanya merepresentasikan 0,16% dari total pasokan uang.

Inovasi dan Kontroversi

Salah satu keunggulan utama Yuan Digital adalah penggunaan smart contract, yang memungkinkan pengendalian penggunaan uang oleh penerbit. Hal ini membuka kemungkinan baru dalam pembiayaan, terutama dalam industri tenaga listrik di China. Selain itu, terdapat tiga pilihan dompet dengan batasan transaksi dan verifikasi pelanggan yang berbeda, menawarkan fleksibilitas bagi pengguna.

Namun, kecanggihan teknologi ini juga menimbulkan kekhawatiran. Beberapa pihak di Amerika Serikat, misalnya, telah mengingatkan tentang “otoritarianisme digital” dan mempertanyakan apakah Yuan Digital bisa menjadi alat pengawasan oleh pemerintah China.

Kekhawatiran ini diperkuat oleh peraturan yang lebih ketat terhadap penyedia layanan pembayaran non-bank yang diumumkan China pada Desember lalu.

Yuan Digital di Kancah Global

Di luar negeri, Yuan Digital menawarkan banyak peluang baru, terutama dalam perdagangan internasional. Beberapa transaksi penting telah dilakukan menggunakan Yuan Digital, seperti pembelian minyak mentah dan emisi obligasi pertama. China juga telah membuka koridor pembayaran lintas batas baru dengan menggunakan Yuan Digital, menandakan langkah serius dalam mendorong penggunaannya secara global.

Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Yuan Digital dapat mengancam dominasi dolar AS. Dengan China sebagai mitra dagang utama bagi banyak negara, terutama di kalangan negara berkembang, penggunaan Yuan Digital dalam transaksi internasional bisa mempercepat proses “de-dollarisasi” ekonomi global.

Meskipun masih terlalu dini untuk menentukan nasib akhir Yuan Digital, tidak dapat dipungkiri bahwa inovasi ini memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap keuangan global. Di satu sisi, Yuan Digital menawarkan kemajuan dalam efisiensi dan inklusivitas sistem pembayaran.

Namun, di sisi lain, isu privasi dan pengawasan menjadi perhatian serius yang tidak bisa diabaikan. Dengan demikian, perkembangan selanjutnya dari Yuan Digital akan menjadi topik penting yang layak untuk terus diikuti dan dianalisis.

Inovasi Yuan Digital dan Kontroversi Pengawasan Global yang Mengiringinya
by Rendy Andriyanto

0 comments