Bitcoin Berpotensi Sentuh Rekor Baru, Namun Masih Ada Risiko Koreksi Besar
Harga Bitcoin (BTC) berpeluang kembali menembus rekor tertingginya di level $125.100 dalam waktu dekat, meski para analis memperingatkan potensi terjadinya satu koreksi besar sebelum reli berikutnya dimulai. Analis teknikal kawakan Peter Brandt menyebutkan bahwa pergerakan harga saat ini bisa berujung pada dua skenario besar: “Kemungkinan pertama, akan terjadi guncangan kuat di pasar yang diikuti dengan rekor baru dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, skenario lainnya bisa jauh lebih bearish,” ujarnya. Brandt menambahkan bahwa jika pola parabola harga saat ini terlanggar, penurunan hingga 75% bisa terjadi, dengan potensi harga kembali ke kisaran $50.000–$60.000.
Pasar Kripto Kembali Bergejolak
Gejolak besar sempat melanda pasar kripto pada Jumat lalu setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor 100% untuk produk asal Tiongkok. Kebijakan ini memicu aksi jual besar-besaran yang menyebabkan lebih dari $19 miliar posisi terlikuidasi. Akibatnya, Bitcoin sempat anjlok dari sekitar $121.000 ke level terendah $102.000, sebelum akhirnya pulih ke kisaran $112.400 pada akhir pekan.
Charles Edwards, pendiri Capriole Investments, menilai insiden ini menjadi pengingat bagi investor untuk lebih berhati-hati menggunakan leverage. “Bahkan leverage kecil seperti 1,5x sudah sangat berisiko di kondisi seperti ini,” ujarnya. Meski begitu, Edwards tetap optimis bahwa volatilitas saat ini bersifat sementara dan tren jangka menengah Bitcoin masih berpotensi naik.
Optimisme Investor Masih Terjaga
Meskipun Bitcoin tercatat turun 7,5% dalam sepekan terakhir, sejumlah analis tetap memandang positif prospeknya. Arthur Hayes, pendiri BitMEX, menyebutkan bahwa sinyal pelonggaran kebijakan moneter dari The Federal Reserve membuka peluang besar bagi aset kripto. Melalui unggahan di platform X, ia mengatakan, “Sekarang saatnya beli — semuanya.”
Langkah bank sentral AS yang mengakhiri kebijakan pengetatan likuiditas (quantitative tightening) diperkirakan akan memperbesar aliran dana ke aset berisiko seperti kripto, seiring menurunnya suku bunga dan meningkatnya likuiditas.
Data Ekonomi AS Jadi Penentu
Analis Swyftx, Pav Hundal, menilai bahwa data ekonomi Amerika Serikat saat ini menjadi faktor utama bagi pergerakan harga Bitcoin. Inflasi yang naik hingga 2,9% di bulan Agustus, sementara harga minyak dan permintaan global menurun, memberi ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga lebih lanjut. “Kondisi ini ideal bagi pertumbuhan Bitcoin,” ujarnya.
Sementara itu, ekonom makro Lyn Alden memprediksi bahwa kuartal mendatang kemungkinan akan menjadi periode positif bagi pasar kripto secara keseluruhan.