Current News
by Nanovest Research Team
Negara-negara Asia Berlomba Menjadi Crypto Hub
Beberapa bulan terakhir, negara-negara di Asia berlomba untuk menjadi pemimpin industri Web3.0 yang saat ini sedang berkembang pesat, karena lingkungan peraturan yang tidak menguntungkan di AS mendorong perusahaan-perusahaan kripto untuk mencari peluang yang lebih baik di tempat lain. Industri aset kripto disambut dengan baik oleh beberapa kota di Asia. Dapat dikatakan bahwa persaingannya pun semakin memanas untuk memenangkan predikat “Crypto Hub”
Menjelang akhir tahun 2022, Hong Kong memberi pesan bahwa kota ini siap berbisnis dengan industri aset digital. Selain Hong Kong, kota-kota dan negara-negara lain di Asia juga memiliki ambisi yang sama, seperti Singapura, Jepang, dan juga Uni Emirat Arab, yang memposisikan diri mereka sebagai bagian dari ekonomi aset digital baru ini. Di Singapura, mulai diberlakukan persyaratan peraturan yang lebih ketat pada mereka yang menawarkan layanan kripto, ada kekhawatiran bahwa bisnis kripto tidak lagi merasa harus beroperasi di negara kota tersebut. Sedangkan Jepang mengatakan bahwa mereka melihat masa depan dalam teknologi blockchain dan menerbitkan
Current News
by Nanovest Research Team
1. Jatuh Bangun Bitcoin Dua Minggu Pertama Mei, Membuktikan Resistensi Bitcoin
Dua minggu pertama bulan Mei adalah minggu-minggu yang sangat menegangkan bagi dunia kripto, terlebih terhadap Bitcoin (BTC), koin dengan kapitalisasi terbesar di dunia. Sebelumnya, Bitcoin menanjak pada akhir April dan menurun pada awal bulan Mei karena pengambilalihan First Republic Bank. Pada awal minggu kedua ini, Bitcoin mengalami pergerakan yang dinamis. Pada hari Selasa (9/5) kemarin, Bitcoin bergerak di sekitar pertengahan $27.000 pada hari Selasa, yang disebabkan oleh laporan inflasi AS terbaru pada hari Rabu (10/5). Setelah terbitnya laporan inflasi AS, Bitcoin mengalami sedikit kenaikan sekitar 0.45%. Lalu, terjadi penurunan kapitalisasi karena rumor yang tersebar di internet bahwa pemerintah AS akan menjual aset Bitcoin sebesar $324 juta, dilansir dari coindesk.com. Kemudian, Bitcoin kembali naik karena investor kembali bertransaksi kripto, termasuk Bitcoin, karena krisis bank AS yang menghantui.
Namun, krisis perbankan yang dikhawatirkan para investor justru menjadi kabar baik menurut analis Bank of America, Alkesh Shah. Hal ini dapat mendorong investor untuk melakukan diversifikasi instrumen investasi. Terdapat pendapat lain yang mengatakan jika holder jangka pendek Bitcoin bisa jadi alasan penurunan harga
0 comments