Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team Laporan Inflasi September 2023 Inflasi berdasarkan Consumer Price Index for All Urban Consumers (CPI-U) naik 0,4% secara bulanan pada bulan September 2023 ini. Angka ini menurun dari 0,6% pada perhitungan inflasi bulanan pada bulan Agustus. Secara tahunan angka inflasi berada pada level 3,7% atau masih sama dengan level inflasi bulan Agustus. Menurut BLS Indeks tempat tinggal (shelter) menyumbang lebih dari setengah peningkatan. Indeks shelter naik 0,6% secara bulanan dan 7,2% secara tahunan. Indeks lain yang menjadi penentu inflasi September adalah harga bensin (gasoline index) yang naik 2,1% seacar bulanan dan 3,0% secara tahunan. Indeks energi naik 1,5% sebara bulanan dan -0,5% secara tahunan. Harga bahan bakar selain bensin juga menunjukan tren kenaikan di mana indeks bahan bakar (fuel oil) telah naik 8,5% secara bulanan namun masih turun 5,1% dibandingkan tahun yang lalu. Di lain pihak pada indeks energi, layanan gas dari pipa tercatat mengalami penurunan -1,9% dibandingkan bulan lalu dan bahkan telah turun 19,9% dibandingkan tahun yang lalu. Indeks makanan naik 0,2% secara bulanan dan 3,7% secara tahunan. Sementara indeks layanan kesehatan naik 0,3% dibandingkan bulan lalu namun secara tahunan sudah turun
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team Makroekonomi AS Awal Oktober 2023 Pada paruh pertama 2023, kondisi pasar saham AS begitu positif. Fenomena ini menghilangkan kekhawatiran resesi yang timbul pada akhir 2022 di mana banyak yang beranggapan jika tingginya suku bunga The Fed akan membawa AS masuk ke dalam krisis keuangan setidaknya selama 12 bulan ke depan. Demam teknologi AI menuntun pergerakan indeks, khususnya sektor teknologi, untuk tetap bullish. Namun pada paruh kedua 2023 ini, sepertinya indeks membutuhkan dorongan lain untuk tetap bullish. Indeks Dow Jones Industrial Average, kecuali pada akhir Agustus bergerak datar, cenderung negatif seakan menutupi kinerja awal tahun. Pada awal Oktober ini, inflasi masih sulit untuk melewati level 3%, di lain pihak harga minyak mulai menunjukkan tren kenaikan pasca pemangkasan produksi OPEC+. Yield obligasi pemerintah AS yang mencapai titik tertinggi sejak 2007 juga membawa tekanan bagi pergerakan indeks. Apakah berarti The Fed akan tetap menaikkan suku bunga secara agresif kembali? Sehingga kekhawatiran resesi muncul lagi di penghujung tahun ini? Seperti yang kita ketahui inflasi AS mulai menunjukkan kecenderungan naik kembali. Walaupun demikian inflasi inti (core inflation
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team Tesla & EV Industry Sepanjang Q2 2023, tercatat 7% dari penjualan kendaraan di AS adalah kendaraan listrik (EV - electric vehicle), lebih tepatnya sekitar 285 ribu unit EV telah terjual sepanjang April-Juni 2023. Di Tiongkok, penjualan EV sekitar 17% dari seluruh penjualan kendaraan atau sekitar 1,2 juta unit. Saat ini pasar EV mencapai $388 miliar, dan diperkirakan akan mencapai hampir $1 triliun pada 2030, padahal pada tahun 2020 angka ini hanya mencapai $24 miliar. Banyak yang yakin jika angka 5% dari penjualan seluruh kendaraan adalah threshold untuk untuk menjangkau early adopters ataupun early majority. Tanda-tanda ini secara khusus bisa dilihat dari statistik penjualan di negara bagian California, di mana Tesla (TSLA) baru saja telah menjadi produsen kendaraan paling laku mengalahkan Toyota, Honda, Ford dan Chevrolet. Selain Tesla, terdapat beberapa produsen kendaraan listrik seperti Rivian (RIVN), Lucid Group (LCID), XPeng (XPEV) dan NIO (NIO) aka
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team The Fed Tahan Suku Bunga Seperti yang sudah diduga sebelumnya, The Federal Reserve dalam pertemuan FOMC kali ini menahan suku bunga di posisi 5,25% - 5,50%. Ini merupakan kali kedua tahun 2023 The Fed menahan suku bunga tahun ini. Setahun lebih belakangan ini, setiap pertemuan FOMC hampir dipastikan suku bunga naik. Suku bunga acuan AS telah naik lebih dari 500 basis points (bps) sejak awal 2022. Hal ini untuk menahan laju inflasi AS yang tajam sejak 40 tahun terakhir. Kebijakan suku bunga yang agresif ini tentu saja membuat ancaman resesi menguat utamanya pada akhir 2022. Diyakini ekonomi AS akan menanggung sekitar $1 triliun biaya tambahan per tahun akibat kenaikan suku bunga ini. Selain itu suku bunga yang tinggi akan berimbas kepada belanja rumah tangga dan korporat. Namun itulah mengapa The Fed mengambil kebijakan ini. Intinya untuk mengurangi permintaan di tingkat konsumen selanjutnya diharapkan akan menurunkan harga berbagai barang dan jasa. Tahun ini kita sudah melihat beberapa bank yang kolaps akibat aset mereka yang turun harga karena suku bunga yang tinggi. Namun The Fed tetap yakin jika secara keseluruhan industri perbankan AS masih aman dan tangguh. The Fed juga menyatakan jika ekonomi AS bertumbuh secara ‘solid’, sebelumnya The Fed
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team 1. Inflasi Agustus Mencapai 3,7% Angka inflasi AS pada bulan Agustus 2023 menurut The Consumer Price Index for All Urban Consumers (CPI-U) naik 3,7% secara tahunan menurut perhitungan Bureau of Labor Statistics (BLS) AS. Sedangkan untuk bulanan inflasi AS mencapai 0,6%, tertinggi untuk tahun 2023. Inflasi tahunan AS mulai menunjukan kecenderungan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Inflasi AS y-o-y dari bulan Mei, Juni dan Juli masing-masing 4,0%, 3,0% dan 3,2%. Indeks komoditas energi, khususnya harga bensin (gasoline) meyumbang peningkatan signifikan pada inflasi Agustus. Indeks komoditas energi, harga bensin dan bahan bakar lain masing-masing naik 10,5%, 10,6%, 9,1% secara bulanan. Namun secara tahunan ketiga indeks ini masih turun masing-masing -3,6%, -4,2% dan -14,8%. Secara umum indeks energi telah turun 3,6% secara tahunan namun secara bulanan sudah naik 5,6%. Indeks makanan dan indeks lainnya (selain makanan dan energi) kompak naik 4,3% dalam setahun, dan masing-masing 0,2% dan 0,3% secara bulanan. Indeks tempat tinggal (shelter) menunjukan peningkatan berturut-turut dalam 40 bulan terakhir. Indeks layanan transportasi naik 10,3% y-o-y. Namun harga kendaraan bekas (mobil dan truk) malah
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team 1. Perbankan AS Sedia Payung (Sebelum Hujan) Sejumlah bank di AS, khususnya bank kelas menengah, menyediakan dana cair untuk menjaga likuiditas jika terjadi resesi dalam waktu dekat. Tentunya hal ini untuk menghindari kasus SVB yang terjadi awal tahun ini. Umumnya publik AS masih khawatir jika hal serupa terulang. Seperti yang kita ketahui kasus SVB dan Signature Bank dipicu oleh bank-run besar-besaran yang tidak mampu ditopang oleh dana cair kedua bank tersebut. Walaupun memiliki aset yang cukup, aset-aset tersebut tidak bisa cair dalam waktu dekat. Salah satu cara dengan menjual aset tersebut dengan harga jauh di bawah harga pasaran ataupun modal awal. Resesi AS sendiri ditenggarai kemungkinannya makin kecil untuk terjadi dalam 12 bulan mendatang, namun langkah perbankan AS ini dinilai sebagai respons yang masuk akal jika ingin tetap beroperasi. Baru-baru ini Goldman Sachs merevisi kemungkinan resesi AS pada 12 bulan mendatang datang 20% ke 15%. Namun tetap saja kemungkinan resesi masih ada. Total dana cair yang disediakan industri perbankan AS sampai 30 Agustus tercatat $3,3 triliun. Angka ini naik 6,5% dari posisi pada akhir tahun 2022 yang berada pada $3,1 triliu
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team 1. AS Merevisi Pertumbuhan GDP Q2 2023 Setelah optimis GDP AS akan tumbuh 2,4% di Q2 2023, Departemen Perdagangan AS merevisi perkiraan GDP berkisar 2,1%. Angka ini kurang lebih sama dengan pertumbuhan GDP AS di Q1 2023. Faktor utama ekonomi AS tumbuh tidak secepat dari yang diperkirakan adalah menyusutnya persedian barang oleh para pelaku bisnis. Selain itu juga dilaporkan pasar pekerjaan yang semakin ketat. Dari sisi pelaku ekonomi, revisi ini tentunya bukanlah sesuatu yang menggembirakan mengingat rasa optimisme setelah laporan pertumbuhan Q1 yang tumbuh di atas ekspektasi. Investasi pelaku bisnis terhadap persediaan barang menyusut $1,8 miliar, sedangkan pada Q1 2023 investasi persediaan justru meningkat $9,3 miliar. Selain berkurangnya persediaan barang produksi, faktor lain adalah berkurangnya pengeluaran bisnis untuk barang intelektual yang mana sektor ini menyumbang dua pertiga dari keseluruhan kegiatan ekonomi AS. Saat ini ketahanan ekonomi AS sedang diuji dengan tingginya biaya kredit akibat suku bunga acuan The Fed yang agresif. Walaupun demikian diyakini bahwa hantu resesi tidaknya terlalu mengkhawatirkan seperti yang diperkirakan sebelumnya. Sebagian besar ekonom sudah meninggalkan pandangan bahwa ekonomi AS akan
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team 1. Powell: Suku Bunga Akan Naik Lagi, Wall Street Justru Menguat Pada iven Jackson Hole Economic Symposium tahun ini, ketua The Fed, Jerome Powell, mengungkapkan jika perlu ada kebijakan yang lebih agresif untuk menanggulangi inflasi. Dengan kata lain suku bunga akan tetap naik. Seperti yang kita ketahui inflasi yang makin turun dalam 14 bulan, namun justru sedikit naik pada bulan Juli. Kemungkinan besar koreksi terhadap suku bunga ini akan terjadi pada tahun ini mengingat The Fed akan menggelar FOMC sebanyak 2 kali pada sisa 2023 ini. Namun Powell juga menambahkan jika telah mengalami kemajuan berarti dalam menghadapi inflasi. Kebijakan yang akan diambil akan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pasar saham sepertinya sudah mengerti dan maklum akan kebijakan The Fed ini dengan asumsi kenaikan suku bunga tidak seagresif kebijakan sebelumnya. Hampir semua indeks acuan AS ditutup menguat pada perdagangan Jumat waktu setempat. Sampai saat ini semua kekhawatiran resesi dan jatuhnya pasar saham masih bisa diimbangi oleh kinerja perusahaan publik AS secara umum. 2. Tiongkok Pangkas Suku Bunga Beda AS, beda Tiongkok dalam urusan suku bunga.
Current News Oleh Nanovest Research & Strategy Team 1. NY Fed: Inflasi AS Akan Lebih Cepat Mendingin Salah satu yang menjadi tekanan pasar saat ini adalah tingginya suku bunga kredit. Suku bunga yang tinggi ini dikhawatirkan akan mengurangi pertumbuhan laba hampir semua perusahaan publik. Kebijakan suku bunga tinggi ini dilakukan untuk menekan inflasi yang sempat mencapai rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Walaupun angka inflasi ini sudah jauh lebih terkendali namun laporan angka inflasi terakhir menjadi momok pasar dalam beberapa minggu terakhir. Angka inflasi pada Juli 2023 ini mencapai 3,2%, naik dari angka inflasi Juni 3,0%. Namun menurut survey dari The New York Federal Reserve, salah satu cabang The Fed, mengungkapkan jika tingginya angka inflasi nantinya tidak akan seperti yang diperkirakan sebelumnya. NY Fed melaporkan jika angka inflasi setahun mendatang hanya akan mencapai 3,5%, padahal sebelumnya angka ini ada pada 3,8%. Untuk tiga sampai lima tahun ke depan inflasi diperkirakan bergerak di antara 2,9%-3,0%. Belum dijelaskan lebih lanjut mengenai asumsi-asumsi yang dipakai NY Fed dalam survey ini namun biasanya asumsi yang dipakai adalah keadaan makro ekonomi dan tren yang terjadi dalam 1 tahun belakangan ini. Lantas bagaimana dengan suku bunga?
What is Happening in the Market?