Proyek kripto milik keluarga Trump, World Liberty Financial, yang baru diluncurkan, sedang berupaya mengatasi penurunan harga tokennya, WLFI, dengan strategi pembakaran token. Upaya ini dilakukan setelah harga token anjlok drastis sejak pertama kali diperdagangkan untuk umum pada hari Senin.
Data on-chain yang dilaporkan oleh Lookonchain menunjukkan bahwa pada hari Rabu, platform tersebut telah membakar 47 juta token WLFI, secara permanen menghapusnya dari peredaran. Strategi ini lazim dilakukan dalam dunia kripto untuk mengurangi pasokan yang beredar, yang secara teori akan meningkatkan nilai token yang tersisa.
Token WLFI mulai diperdagangkan di pasar sekunder pada Senin, saat investor awal diizinkan menjual kepemilikan mereka. Token ini sempat mencapai puncaknya di harga $0,331 namun sejak itu terus menurun, bahkan turun 3,8% dalam sehari hingga mencapai 23 sen. Penurunan ini dipicu oleh aksi short selling dari para investor yang tidak berkomitmen pada pertumbuhan jangka panjang token.
Hingga saat ini, sekitar 24,66 miliar token, atau sedikit di atas 25% dari total pasokan awal 100 miliar WLFI, telah dibuka (unlocked). Pembakaran token yang telah dilakukan mewakili 0,19% dari pasokan yang beredar. Transaksi pembakaran ini dapat dilihat di Etherscan, yang menunjukkan bahwa token-token tersebut dikirim ke dompet pembakaran pada 2 September, dan kini total pasokan telah berkurang menjadi 99,95 miliar.
Untuk mengatasi penurunan harga lebih lanjut, World Liberty telah mengajukan proposal untuk program pembelian kembali dan pembakaran token. Proposal ini bertujuan untuk menciptakan kelangkaan dan mendorong kenaikan harga. Tim pengembang mengklaim bahwa dengan mengurangi token yang beredar, kepemilikan relatif dari para pemegang jangka panjang yang setia akan meningkat, sekaligus menghilangkan token yang dipegang oleh pihak yang tidak berdedikasi pada pertumbuhan WLFI.
Meski mayoritas responden menyetujui proposal ini, peluncuran token WLFI memicu perdebatan di komunitas kripto. Kevin Rusher, pendiri ekosistem RAAC, berpendapat bahwa hype seputar token ini menunjukkan bahwa industri kripto masih belum sepenuhnya matang. Menurutnya, keberlanjutan sejati akan datang dari adopsi institusional, bukan dari spekulasi jangka pendek atau token yang didukung oleh nama besar. Ia khawatir perdagangan spekulatif semacam ini akan merusak kepercayaan terhadap kripto, yang justru dibutuhkan untuk membangun sistem keuangan yang tangguh.
Senada dengan itu, Mangirdas Ptašinskas dari Galxe menyoroti lonjakan biaya gas Ethereum akibat peluncuran token ini. Ia melihat ini sebagai peringatan bagi para pengembang bahwa ekosistem kripto belum siap untuk adopsi massal. Ia menekankan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa lonjakan aktivitas perdagangan tidak menyebabkan biaya transaksi menjadi sangat mahal, yang bisa menghambat pertumbuhan dan penerimaan yang lebih luas.