Jun 30, 2025

Web3 Terancam? Infrastruktur Terpusat Bisa Hancurkan Desentralisasi!

Default Featured Image

Dalam ekosistem Web3, desentralisasi adalah prinsip utama. Namun, ironisnya, banyak aplikasi dan layanan yang mengusung label “Web3” masih bergantung pada infrastruktur terpusat, seperti server cloud raksasa milik Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, atau Microsoft Azure.

Ketergantungan ini bertolak belakang dengan nilai inti Web3: kemandirian, ketahanan terhadap sensor, dan distribusi kekuasaan.

Pertanyaannya, bisakah Web3 tetap disebut “terdesentralisasi” jika infrastrukturnya masih dikendalikan oleh segelintir perusahaan besar?

Web3 Masih Terjebak dalam Jerat Sentralisasi

Menurut laporan terbaru, pasar open data — data terbuka yang dapat diakses oleh publik telah mencapai lebih dari $350 miliar. Sayangnya, meskipun data ini terbuka, sebagian besar masih disimpan dan dikelola oleh infrastruktur terpusat.

Mengapa ini berbahaya?

1. Kerentanan Sensor & Pemblokiran
* Contoh nyata terjadi pada 2022 ketika MetaMask tiba-tiba memblokir pengguna dari wilayah tertentu setelah penyedia infrastrukturnya, Infura, mengikuti sanksi AS.

Padahal, MetaMask adalah dompet Web3, tetapi tetap rentan karena infrastruktur di belakangnya masih bergantung pada layanan terpusat.

1. Risiko Downtime dan Serangan
* Layanan seperti Solana dan Polygon pernah mengalami gangguan karena overload pada penyedia Remote Procedure Call (RPC) terpusat, yang seharusnya tidak terjadi dalam sistem desentralisasi.
2. Ketidakmampuan Menyaingi Big Tech
* Infrastruktur AI dan blockchain saat ini masih didominasi oleh perusahaan besar seperti OpenAI dan Google. Tanpa desentralisasi, Web3 hanya menjadi versi baru dari Web2 dengan sedikit modifikasi.

Solusi Infrastruktur Desentralisasi yang Sesungguhnya

Untuk benar-benar mewujudkan Web3 yang bebas dari kendali perusahaan besar, infrastruktur data harus dialihkan ke jaringan yang trustless, open-source, dan berbasis blockchain.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:

1. AI Terbuka dengan Biaya Lebih Murah

Peluncuran model AI DeepSeek mengguncang pasar teknologi AS dan menghapus hampir $1 triliun kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan besar. Salah satu alasannya?

DeepSeek berbasis open-source, berbeda dengan model seperti GPT-4 yang dikembangkan oleh OpenAI dengan dana ratusan juta dolar.

Sebagai perbandingan:

* DeepSeek R1 hanya menghabiskan $5,5 juta untuk pelatihan akhir.
* GPT-4 milik OpenAI membutuhkan lebih dari $100 juta.

Namun, meskipun AI open-source lebih murah, infrastrukturnya masih bergantung pada server cloud terpusat. Dengan menggunakan jaringan komputasi terdesentralisasi seperti Akash Network, biaya pelatihan model AI bisa ditekan hingga 85% lebih rendah dibandingkan layanan cloud tradisional.

2. Data Riset yang Bebas dari Kendali Jurnal Akademik

Dalam dunia akademik, banyak penelitian berkualitas tinggi terkunci di balik paywall jurnal mahal. Ini menghambat perkembangan ilmu pengetahuan karena hanya segelintir orang yang bisa mengaksesnya.

Dengan blockchain dan zero-knowledge machine learning, peneliti dapat berbagi data secara anonim dan mendapatkan insentif finansial tanpa perantara jurnal besar.

3. Hosting DApp Tanpa Sensor & Downtime

Sebagian besar aplikasi Web3 masih mengandalkan layanan cloud tradisional. Ini menciptakan titik kegagalan tunggal yang bertentangan dengan prinsip desentralisasi.

Solusinya? Menggunakan penyedia data on-chain seperti Chainlink untuk mendapatkan data harga pasar secara real-time, alih-alih bergantung pada API terpusat.

Masa Depan Web3 Desentralisasi atau Ilusi?

Pasar infrastruktur Web3 masih berkembang pesat. Saat ini, permintaan layanan RPC (Remote Procedure Call) dalam ekosistem Web3 sudah mencapai 100 miliar permintaan per tahun, dengan nilai pasar mencapai $100 juta–$200 juta.

Diperkirakan angka ini akan melonjak menjadi 1 triliun permintaan per hari seiring pertumbuhan teknologi blockchain dan AI.

Jika infrastruktur Web3 tidak segera beralih ke model desentralisasi, maka konsep Web3 yang kita kenal selama ini bisa jadi hanya sekadar label tanpa substansi.

Jadi, apakah Web3 benar-benar terdesentralisasi atau hanya sekadar branding?

Web3 Terancam? Infrastruktur Terpusat Bisa Hancurkan Desentralisasi!
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan