Jun 30, 2025

Twenty One Capital Borong 4,812 BTC Senilai $458 Juta Jelang IPO

Default Featured Image

Perusahaan investasi kripto, Twenty One Capital, mencuri perhatian market setelah mengumumkan pembelian besar-besaran 4,812 Bitcoin (BTC) senilai $458.7 juta menjelang proses pencatatan publik. 

Aksi ini menempatkan perusahaan sebagai salah satu pemegang Bitcoin korporat terbesar di dunia.

Transaksi tersebut diungkapkan dalam dokumen 8-K yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada 9 Mei. Rata-rata harga pembelian tercatat sebesar $95,319.83 per BTC.

Strategi Treasury Berbasis Bitcoin

Pembelian ini merupakan bagian dari perjanjian kombinasi bisnis antara Twenty One dan Cantor Equity Partners, sebuah SPAC (specialpurpose acquisition company) yang didukung oleh raksasa investasi Cantor Fitzgerald. 

Dana akuisisi BTC tersebut awalnya difasilitasi oleh Tether melalui skema PIPE (private investment in public equity) yang mencakup $385 juta dalam bentuk convertible notes, dan $200 juta dalam bentuk ekuitas biasa.

Menurut rencana, Bitcoin akan ditransfer dari wallet yang ditunjuk Tether ke Twenty One Capital saat transaksi selesai. Perusahaan juga membuka opsi untuk menambah pendanaan hingga $100 juta tambahan dalam waktu 30 hari setelah tanggal transaksi awal.

> “Twenty One Capital secara efektif memborong setengah miliar dolar BTC hanya dalam dua minggu sejak pengumuman,” ungkap Jeff Park, Head of Alpha Strategies di Bitwise.

Menuju Panggung Publik dengan Visi Bitcoin-Native

Dengan pembelian ini, Twenty One Capital resmi menjadi pemegang Bitcoin korporat terbesar ke-17 secara global, dan kelima terbesar di antara perusahaan swasta—berdasarkan data dari BitcoinTreasuries.net. 

Saat resmi melantai nanti, perusahaan diperkirakan akan memegang lebih dari 42,000 BTC, menempatkannya sejajar dengan nama-nama besar seperti MicroStrategy.

Didukung oleh Tether, Bitfinex, dan SoftBank Group, Twenty One dibentuk untuk menjadi entitas publik yang berorientasi penuh pada kepemilikan Bitcoin. 

Fokusnya bukan pada metrik keuangan tradisional, melainkan pada akumulasi maksimal BTC per lembar saham yang dimiliki.

Perusahaan ini juga berencana mengembangkan infrastruktur dan produk finansial native Bitcoin, termasuk instrumen pasar modal dan solusi korporasi yang selaras dengan prinsip desentralisasi Bitcoin. 

Setelah proses akuisisi selesai, Twenty One Capital akan diperdagangkan di Nasdaq dengan ticker “XXI”.

Sementara itu, saham Cantor Equity Partners akan tetap diperdagangkan di Nasdaq dengan kode “CEP” hingga transaksi resmi rampung.

Twenty One Capital Borong 4,812 BTC Senilai $458 Juta Jelang IPO
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan