Jun 30, 2025

Trump Mengecualikan Beberapa Produk Teknologi Tertentu Dari Tarif, Bagaimana Dampaknya Terhadap Kripto?

Default Featured Image

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengeluarkan kebijakan yang cukup mengejutkan pasar global dengan memberikan pengecualian tarif terhadap berbagai produk teknologi penting. Produk-produk yang dibebaskan dari tarif timbal balik ini meliputi ponsel pintar, chip komputer, laptop, serta perangkat elektronik lainnya seperti modem, kartu penyimpanan, dioda, dan semikonduktor. Keputusan ini dianggap sebagai langkah strategis yang memberikan angin segar bagi industri teknologi Amerika yang selama ini menjadi salah satu sektor paling terdampak oleh memanasnya perang dagang global.

Menurut Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, kebijakan ini diambil untuk mengurangi tekanan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar yang mulai kehilangan daya saing akibat tarif tinggi. Dengan adanya pembebasan ini, banyak analis memperkirakan bahwa saham-saham teknologi akan mulai pulih, dan pasar secara keseluruhan akan menunjukkan reaksi yang lebih stabil. Hal ini terbukti dari respons cepat pasar keuangan, di mana indeks S&P 500 melonjak lebih dari 10% dan harga Bitcoin mengalami kenaikan sekitar 9% hanya dalam satu hari.

Kenaikan harga Bitcoin yang menembus $85.000 pada 12 April juga menandakan bahwa pasar kripto sangat responsif terhadap kebijakan ekonomi makro, terutama jika berkaitan dengan kestabilan perdagangan internasional. Hubungan erat antara saham teknologi dan aset kripto membuat investor semakin yakin bahwa suasana pasar sedang menuju arah yang lebih positif.

Selain itu, Trump juga menetapkan jeda selama 90 hari terhadap penerapan tarif timbal balik dan menurunkan besaran tarif menjadi 10% untuk negara-negara yang tidak memberlakukan tarif balasan terhadap produk-produk Amerika. Langkah ini dipandang sebagai bentuk strategi diplomasi ekonomi yang bertujuan membuka kembali ruang negosiasi antara AS dan Tiongkok.

Namun, beberapa pihak tetap skeptis. Trader makro Raoul Pal menyatakan bahwa kebijakan tarif ini lebih sebagai alat negosiasi ketimbang solusi permanen. Max Keiser juga menilai bahwa pelonggaran tarif tidak cukup untuk menurunkan imbal hasil obligasi. Terbukti, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun melonjak hingga 4,5% karena kekhawatiran investor terhadap arah ekonomi jangka panjang. Kepercayaan terhadap dolar AS dan obligasi juga masih goyah, menandakan bahwa tantangan makro ekonomi belum sepenuhnya mereda.

Trump Mengecualikan Beberapa Produk Teknologi Tertentu Dari Tarif, Bagaimana Dampaknya Terhadap Kripto?
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan