Jun 29, 2025

Trump Ancam Tarif 25% untuk Mobil, Farmasi, dan Semikondukto

Default Featured Image

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada hari Selasa mengumumkan rencananya untuk menerapkan tarif impor mobil sekitar 25%, serta tarif serupa pada impor semikonduktor dan farmasi. Langkah ini menjadi bagian dari serangkaian kebijakan yang berpotensi mengubah dinamika perdagangan internasional.

Pada hari Jumat sebelumnya, Trump menyatakan bahwa tarif impor mobil akan diberlakukan mulai 2 April, sehari setelah anggota kabinetnya menyampaikan laporan mengenai berbagai opsi tarif impor. Ini adalah bagian dari upayanya untuk merombak sistem perdagangan global.

Trump telah lama mengkritik perlakuan yang menurutnya tidak adil terhadap ekspor otomotif AS di pasar luar negeri. Uni Eropa, misalnya, menerapkan tarif 10% untuk impor kendaraan, empat kali lipat dari tarif AS sebesar 2,5% untuk mobil penumpang. Namun, AS sendiri menerapkan tarif 25% untuk impor truk pickup dari negara-negara selain Meksiko dan Kanada, yang membuat kendaraan tersebut sangat menguntungkan bagi produsen otomotif di Detroit.

Kepala perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, dijadwalkan bertemu dengan pejabat AS Menteri Perdagangan Howard Lutnick, calon Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, dan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett di Washington pada hari Rabu untuk membahas tarif yang diusulkan Trump.

Ketika ditanya apakah Uni Eropa dapat menghindari tarif balasan yang ia usulkan minggu lalu, Trump kembali mengklaim bahwa Uni Eropa telah memberikan sinyal untuk menurunkan tarif mobil AS hingga setara dengan tarif AS, meskipun anggota parlemen UE membantah klaim tersebut. Trump juga berencana menekan pejabat UE agar meningkatkan impor mobil dan produk lain dari AS.

Tarif Farmasi dan Semikonduktor

Saat berbicara dengan wartawan di Mar-a-Lago, Florida, Trump mengumumkan bahwa tarif untuk sektor farmasi dan chip semikonduktor akan dimulai dari “25% atau lebih tinggi” dan akan meningkat secara signifikan dalam setahun.

Namun, ia tidak memberikan tanggal pasti untuk pengumuman tarif ini dan menyatakan ingin memberikan waktu bagi perusahaan farmasi dan chip untuk membangun pabrik di AS guna menghindari tarif tersebut. Trump juga mengatakan bahwa beberapa perusahaan terbesar di dunia akan segera mengumumkan investasi baru di AS dalam beberapa minggu ke depan, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Sejak menjabat empat minggu lalu, Trump telah menerapkan tarif 10% untuk semua impor dari China sebagai respons terhadap kegagalan negara tersebut menghentikan perdagangan fentanyl. Ia juga mengumumkan dan kemudian menunda selama sebulan dengan tarif 25% untuk barang dari Meksiko serta barang non-energi dari Kanada.

Selain itu, ia telah menetapkan tanggal 12 Maret sebagai awal penerapan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium, dengan menghapus pengecualian bagi Kanada, Meksiko, Uni Eropa, dan mitra dagang lainnya. Trump juga menyatakan bahwa tarif ini akan mencakup ratusan produk turunan baja dan aluminium, seperti pipa listrik hingga pisau buldoser.

Minggu lalu, ia menginstruksikan tim ekonominya untuk menyusun rencana tarif balasan yang akan disesuaikan dengan tarif yang diterapkan setiap negara, produk per produk.

Ancaman Tarif Otomotif

Penerapan tarif impor mobil sebesar 25% akan menjadi perubahan besar bagi industri otomotif global yang sudah mengalami ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan Trump.

Situasi serupa pernah terjadi pada 2018 dan 2019, ketika Departemen Perdagangan AS melakukan penyelidikan terhadap impor mobil dengan alasan keamanan nasional dan menemukan bahwa impor melemahkan industri dalam negeri. Saat itu, Trump mengancam akan menerapkan tarif 25% pada mobil, tetapi akhirnya tidak mengambil tindakan, sehingga otoritas tarif dari penyelidikan tersebut berakhir.

Namun, penelitian yang dilakukan dalam penyelidikan 2018 kemungkinan dapat digunakan kembali atau diperbarui sebagai bagian dari upaya baru untuk menerapkan tarif otomotif.

Trump Ancam Tarif 25% untuk Mobil, Farmasi, dan Semikondukto
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan