Blockchain The Open Network (TON), yang terintegrasi langsung dengan aplikasi pesan populer Telegram, tengah mengukir jalannya sebagai kandidat kuat untuk menjadi everyday blockchain pertama di dunia pada 2027.
Dengan pendekatan yang mengaburkan batas antara Web2 dan Web3, TON menantang dominasi Ethereum dan Solana melalui strategi distribusi yang berbeda: menghilangkan friksi, bukan menambahkan fitur kompleks.
TON: Mimpi Web3 dalam Kemasan Web2
Berbeda dengan Ethereum yang selama hampir satu dekade belum mampu menjangkau adopsi massal akibat kerumitan UX dan biaya gas tinggi, TON justru fokus pada kesederhanaan.
Dengan lebih dari 900 juta pengguna Telegram secara global, TON memanfaatkan jaringan sosial terbesar di dunia kripto sebagai jalur distribusi Web3 paling efisien saat ini.
TON Wallet, yang tertanam langsung di Telegram, telah digunakan oleh lebih dari 100 juta pengguna. Fitur seperti staking, trading, hingga pembayaran P2P bisa diakses langsung dari chat tanpa perlu ekstensi browser, frasa seed, atau pemahaman teknis mendalam.
TON juga memperkuat infrastrukturnya dengan peluncuran TON DNS, TON Proxy, dan TON Storage, memungkinkan pengguna untuk memiliki domain terdesentralisasi, penyimpanan data, serta privasi tinggi semuanya dalam satu ekosistem yang terasa seperti aplikasi mainstream.
Dari Mini App ke Adopsi Global
Faktor pembeda terbesar TON adalah Mini Apps yang semakin menjamur di Telegram. Game viral seperti Notcoin, Hamster Kombat, dan Catizen telah sukses mengenalkan blockchain ke jutaan pengguna tanpa mereka sadari.
Inilah bentuk onboarding Web3 generasi berikutnya tanpa “onboarding” yang menyulitkan.
Menurut proyeksi, jumlah pengguna aktif harian TON bisa menembus angka 10 juta pada 2027, melonjak drastis dari 40.000 pada dua tahun lalu. Bandingkan dengan Ethereum yang stagnan di kisaran 420.000 pengguna harian, atau Solana yang meroket karena airdrop dan spekulasi.
Namun, TON menawarkan sesuatu yang lebih berkelanjutan: kebiasaan. Di Telegram, aktivitas seperti memberi tip, main game, hingga berdonasi ke channel menggunakan kripto menjadi hal rutin bukan karena kripto-nya, tapi karena pengalaman penggunaannya yang natural.
Menantang Dominasi di Pasar Amerika
Meski mayoritas pengguna TON saat ini berasal dari Asia dan Eropa, penetrasi ke pasar Amerika yang sangat kompetitif dan diatur ketat menjadi target selanjutnya. Dengan pendekatan creator-first, mikrotransaksi, dan monetisasi instan di dalam aplikasi, TON siap menawarkan alternatif nyata bagi pengguna WhatsApp dan Facebook yang belum merasakan kemudahan Web3.
Telegram sebagai aplikasi pesan keempat paling populer di dunia, menjadi kunci distribusi terbesar dalam sejarah blockchain. Dan TON adalah satu-satunya jaringan yang natively embedded di dalamnya.
Semua Jalan Menuju TON
Ethereum mungkin akan tetap menjadi pusat DeFi. Solana bisa saja menguasai likuiditas on-chain. Namun, jika tren ini terus berlangsung, TON akan mendominasi satu area yang belum disentuh secara serius oleh blockchain lain: kehidupan sehari-hari pengguna internet.
TON tak sekadar menawarkan teknologi ia mengubah kebiasaan. Dan ketika blockchain mulai digunakan tanpa disadari, itu tandanya masa depan Web3 telah tiba.