Jun 29, 2025

The Fed Tahan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Default Featured Image

Presiden Federal Reserve Bank San Francisco, Mary Daly, pada hari Selasa mengatakan bahwa meskipun kemajuan menuju inflasi 2% mungkin tidak selalu terlihat atau berjalan mulus, tidak ada alasan untuk berkecil hati. Menurutnya, bank sentral AS sebaiknya tetap mempertahankan suku bunga pinjaman jangka pendek pada level saat ini hingga kemajuan tersebut lebih jelas terlihat.

> “Kebijakan moneter perlu tetap ketat sampai saya benar-benar melihat bahwa kita terus membuat kemajuan dalam menurunkan inflasi,” kata Daly dalam konferensi perbankan komunitas yang diselenggarakan oleh American Bankers Association di Phoenix, Arizona.

Dengan kondisi ekonomi dan pasar tenaga kerja yang masih kuat, Daly menekankan pentingnya kehati-hatian sebelum melakukan perubahan kebijakan agar tekanan terhadap inflasi tetap terjaga.

Dampak Kebijakan Pemerintahan Trump terhadap Ekonomi

Pada pertemuan bulan lalu, bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25%-4,50% dan diperkirakan akan tetap di level tersebut selama beberapa pertemuan ke depan. Para pembuat kebijakan masih mengamati data ekonomi serta dampak dari kebijakan tarif, imigrasi, pajak, dan kebijakan lainnya dari pemerintahan Trump terhadap inflasi dan tingkat pengangguran.

Daly mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi, pasokan tenaga kerja, dan inflasi, tergantung pada detail, cakupan, skala, dan waktunya. Namun, saat ini belum cukup informasi bagi The Fed untuk mengambil keputusan.

> “Kita harus bersabar,” ujarnya. Menurut Daly, kebijakan moneter saat ini berada di posisi yang tepat untuk merespons secara efektif jika diperlukan.

Inflasi berdasarkan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi target The Fed di angka 2%, tercatat sebesar 2,6% pada akhir tahun lalu. Beberapa analis memperkirakan inflasi bulan lalu telah turun menjadi 2,4%. Sementara itu, tingkat pengangguran pada Januari berada di 4%, lebih rendah dari yang dianggap berkelanjutan dalam jangka panjang oleh sebagian besar pejabat The Fed.

Pandangan Daly mengenai perlunya mempertahankan suku bunga sejalan dengan salah satu pejabat The Fed yang paling hawkish, Gubernur The Fed Michelle Bowman. Pada hari sebelumnya, Bowman mengatakan bahwa ia ingin mendapatkan “keyakinan lebih besar” bahwa inflasi akan terus turun sebelum memutuskan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut.

Daly juga menyoroti ketidakpastian yang muncul akibat banyaknya perintah eksekutif dan kebijakan baru dari pemerintahan Trump.

> “Kita masih membutuhkan lebih banyak informasi untuk menentukan langkah yang benar-benar harus diambil,” katanya. “Dan itulah yang akan saya lakukan: terus mengawasi dengan cermat dan berhati-hati dalam menilai situasi, agar kita tidak terburu-buru mengambil keputusan yang akhirnya disesali.”

The Fed Tahan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan