Jun 29, 2025

Thailand Ambil Langkah Berani dengan Pertimbangkan Spot Bitcoin ETF dan Blokir Polymarket

Default Featured Image

Thailand kembali menjadi pusat perhatian dalam dunia kripto. Pada 14 Januari, Komisi Sekuritas dan Bursa Thailand (SEC) mengumumkan sedang mempertimbangkan izin untuk melisting Spot Bitcoin ETF di bursa lokal. 

Langkah ini menandai potensi perubahan besar dalam regulasi kripto di negara tersebut, sekaligus menunjukkan ambisi Thailand untuk meningkatkan adopsi kripto sambil memastikan perlindungan investor.

### Spot Bitcoin ETF untuk Investor Thailand

Menurut Sekretaris Jenderal SEC Thailand, Pornanong Budsaratragoon, regulator kini mengevaluasi kemungkinan bagi investor ritel dan institusi untuk memperdagangkan Spot Bitcoin ETF secara langsung.

“Kita harus beradaptasi dengan adopsi kripto yang terus meningkat secara global. Investor membutuhkan lebih banyak opsi aset kripto dengan perlindungan yang memadai,” ujarnya kepada Bloomberg.

Meski sebelumnya Thailand hanya menawarkan akses tidak langsung melalui produk fund-of-funds yang diperkenalkan One Asset Management pada Juni 2024, langkah baru ini akan membuka pintu bagi listing ETF Bitcoin lokal pertama.

### Inovasi Stablecoin dan Sandbox Kripto di Phuket

Selain ETF, SEC Thailand juga mengevaluasi potensi penerbitan stablecoin berbasis obligasi korporasi untuk meningkatkan akses pasar utang. Usulan ini didukung oleh Thaksin Shinawatra, pemimpin de facto Partai Pheu Thai yang berkuasa.

Thaksin juga mengajukan gagasan membangun sandbox Bitcoin di Phuket untuk mendorong adopsi kripto dalam transaksi terkait pariwisata, memperkuat posisi Thailand sebagai tujuan wisata berbasis teknologi keuangan.

### Langkah Tegas Thailand Terhadap Polymarket

Di sisi lain, Thailand menunjukkan sikap tegas terhadap Polymarket, platform prediksi berbasis kripto yang dianggap melanggar hukum setempat. Divisi Penindakan Kejahatan Teknologi Thailand (TCSD) menyatakan akan mengusulkan pemblokiran Polymarket karena dianggap sebagai platform judi ilegal yang menggunakan kripto untuk taruhan.

Menurut Letnan Jenderal Polisi Trairong Phiwpaen, sifat anonim dan lintas batas dari transaksi blockchain mempersulit penegakan hukum. 

Thailand mengikuti langkah negara lain seperti Singapura, yang memblokir Polymarket pada 12 Januari, dan Taiwan, yang lebih dulu melarang platform ini pada November 2024.

Thailand berada di peringkat ke-16 dalam Crypto Adoption Index 2024 versi Chainalysis, menunjukkan partisipasi aktif di sektor ritel dan layanan kripto terpusat. Meski begitu, tantangan hukum seperti kasus Polymarket menyoroti perlunya keseimbangan antara inovasi dan regulasi dalam ekosistem kripto negara ini.

Dengan potensi izin Spot Bitcoin ETF dan langkah-langkah inovatif lainnya, Thailand menunjukkan niat serius untuk menjadi pemain utama di panggung kripto global.

Thailand Ambil Langkah Berani dengan Pertimbangkan Spot Bitcoin ETF dan Blokir Polymarket
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan