Jun 30, 2025

Semler Scientific Gandakan Taruhan di Bitcoin, Meski Harga Anjlok 32%

Default Featured Image

Di dunia bisnis, ada garis tipis antara keberanian dan kebodohan. Namun dalam kasus Semler Scientific, perusahaan teknologi kesehatan yang berbasis di AS, garis itu tampaknya sengaja dilangkahi dengan penuh keyakinan meski baru saja mencatat kerugian belum terealisasi sebesar $41,8 juta dari kepemilikan Bitcoin mereka pada kuartal pertama 2025.

Alih-alih mundur, perusahaan justru menggandakan taruhannya. Semler tengah merencanakan penjualan sekuritas senilai $500 juta (sekitar Rp8 triliun), dan sebagian besar dari dana itu akan digunakan untuk membeli lebih banyak Bitcoin.

Evolusi Gaya Investasi yang Tak Terduga

Semler Scientific mungkin bukan nama yang biasa bersanding dengan kata “crypto whale.” Sebagai penyedia solusi teknologi untuk sektor kesehatan, core business mereka adalah diagnostik dan software, bukan investasi digital.

Tapi sejak 2023, perusahaan ini mulai membangun posisi agresif di Bitcoin sebagai strategi diversifikasi neraca keuangan mereka mirip dengan pendekatan kontroversial MicroStrategy.

Per 31 Maret 2025, Semler mengaku memiliki 3.182 BTC, senilai sekitar $263,5 juta, menjadikannya perusahaan publik ke-12 dengan kepemilikan BTC terbesar di dunia bahkan melampaui perusahaan game raksasa asal Hong Kong, Boyaa Interactive.

Bitcoin Turun, Nilai Aset Tergerus

Kepemilikan ini tentu datang dengan risiko. Harga Bitcoin, yang sempat menyentuh $93.500 pada awal Januari, ditutup di $82.350 pada akhir Maret, mencatat koreksi 12% selama kuartal. Bahkan, penurunan berlanjut hingga menyentuh titik terendah di bawah $75.000 pada 7 April, dengan koreksi total mencapai 32% dari rekor tertingginya.

Akibatnya, Semler mencatat kerugian belum terealisasi senilai hampir $42 juta hanya dalam tiga bulan.

Tipis Tapi Tetap Jalan

Meski melakukan ekspansi besar ke aset kripto, Semler tetap mencatat pendapatan dari lini bisnis utamanya. Untuk kuartal pertama 2025, perusahaan memperkirakan pendapatan sekitar $8,8 – 8,9 juta, namun juga mencatat kerugian operasional sebesar $1,3 – 1,5 juta. Kas yang dimiliki per akhir Maret adalah sekitar $10 juta jumlah yang sangat kecil dibanding nilai kepemilikan BTC mereka.

Selain itu, perusahaan juga berpotensi harus membayar hampir $30 juta untuk menyelesaikan investigasi sipil oleh Departemen Kehakiman AS isu hukum yang bisa menjadi hambatan tambahan dalam jangka pendek.

Strategi Gila atau Visioner?

Apa yang membuat berita ini mengguncang adalah langkah terbaru Semler: perusahaan telah mengajukan pernyataan ke SEC (Otoritas Pasar Modal AS) untuk menjual sekuritas senilai hingga $500 juta. Dana ini, menurut dokumen resmi, akan digunakan untuk keperluan umum perusahaan, termasuk pembelian Bitcoin tambahan.

“Kami tetap fokus pada akuisisi dan penyimpanan Bitcoin sambil terus mendukung inovasi di bidang kesehatan,” ujar CEO Doug Murphy-Chutorian pada pernyataan sebelumnya.

Namun mereka juga mengakui bahwa harga saham SMLR telah turun 36% sejak awal 2025, dan volatilitasnya kemungkinan besar akan berlanjut.

Apa Kata Pasar?

Langkah ini menuai reaksi beragam. Sebagian analis menyebut ini sebagai bentuk “Bitcoin maximalism korporat” yang berbahaya, terutama di tengah gejolak harga dan regulasi yang belum jelas.

Namun ada pula yang melihat ini sebagai peluang jangka panjang, terutama jika Bitcoin kembali reli menembus ATH baru.

Apalagi dengan latar belakang halving Bitcoin yang baru saja terjadi di awal April, banyak pihak memproyeksikan tekanan pasokan akan mendorong harga naik dalam 6–12 bulan mendatang.

Berani Bertaruh, atau Terlalu Yakin?

Langkah Semler mengingatkan kita pada prinsip lama Warren Buffett: “Be fearful when others are greedy, and be greedy when others are fearful.” Tapi ketika perusahaan teknologi kesehatan mulai berspekulasi besar dalam aset kripto yang volatil, kita perlu bertanya apakah ini strategi keuangan jangka panjang, atau bentuk pelarian dari stagnasi bisnis utama?

Waktu akan menjadi hakim terbaik. Tapi untuk saat ini, satu hal jelas: Semler bermain besar. Dan seperti semua taruhan besar di dunia kripto, hasil akhirnya bisa jadi legenda… atau peringatan.

Semler Scientific Gandakan Taruhan di Bitcoin, Meski Harga Anjlok 32%
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan