Jun 29, 2025

SEC memberi sinyal pergeseran dalam kebijakan regulasi kripto, menilai kembali pendaftaran perusahaan

Default Featured Image

SEC Pertimbangkan untuk Meninggalkan Proposal Registrasi bagi Perusahaan Kripto

Ketua sementara SEC, Mark Uyeda, mengumumkan pada 10 Maret bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) sedang mempertimbangkan untuk membatalkan proposal yang mewajibkan beberapa perusahaan kripto untuk mendaftar sebagai sistem perdagangan alternatif (ATS).

Dalam acara “Konferensi Tahunan Washington 2025 dari Institute of International Bankers”, Uyeda mengatakan bahwa ia telah meminta staf SEC untuk mengevaluasi cara membatalkan ketentuan ini. Namun, rencana ini masih dalam tahap peninjauan dan belum difinalisasi.

Latar Belakang Proposal ATS

Proposal yang diperkenalkan pada 2022 bertujuan untuk memperluas pengawasan terhadap sektor kripto, dengan mengklasifikasikan beberapa platform aset digital di bawah kerangka regulasi yang sama dengan platform perdagangan tradisional.

Aturan ini akan memperluas definisi ATS, yang sebelumnya hanya mencakup bursa efek alternatif, untuk mencakup beberapa platform perdagangan aset digital, termasuk bursa terpusat dan protokol DeFi.

Saat pertama kali diajukan, proposal ini mendapat tentangan dari industri kripto, karena dianggap sebagai upaya mengendalikan pasar kripto secara berlebihan.

Uyeda mengakui bahwa menggabungkan regulasi pasar Treasury dengan peningkatan pengawasan terhadap perusahaan kripto adalah sebuah kesalahan.

> “Menurut saya, menghubungkan regulasi pasar Treasury dengan upaya berlebihan untuk menekan pasar kripto adalah kesalahan.”

Dukungan dari Industri dan Kongres

Pernyataan Uyeda disambut positif oleh Bill Hughes, pengacara di Consensys, yang menyebut bahwa keputusan SEC untuk membatalkan aturan ini adalah “perkembangan yang menggembirakan”.

Selain itu, Komite Jasa Keuangan DPR AS juga menyatakan dukungan terhadap keputusan Uyeda melalui pernyataan resmi.

Uyeda menambahkan bahwa ia telah meminta staf SEC untuk memperbarui diskusi dengan Departemen Keuangan, Federal Reserve, dan pelaku pasar lainnya, guna meninjau kembali rencana regulasi ATS di pasar sekuritas pemerintah.

Pendekatan Baru SEC terhadap Kripto

SEC menunjukkan perubahan pendekatan dalam regulasi kripto di bawah pemerintahan baru.

Kini, regulator lebih terbuka untuk bekerja sama dengan lembaga pemerintah lainnya serta mempertimbangkan masukan dari publik dan industri kripto.

Komisioner Hester Peirce baru-baru ini mengonfirmasi bahwa SEC sedang bekerja sama dengan Commodity Futures Trading Commission (CFTC) dalam regulasi aset digital.

Peirce menekankan bahwa masukan dari industri kripto sangat penting dalam proses regulasi, karena pihak yang terkena dampak harus memiliki peran dalam pembentukan aturan.

Sebagai bagian dari Crypto Task Force yang dipimpin oleh Peirce, SEC akan mengadakan serangkaian diskusi publik mengenai berbagai aspek industri kripto untuk mengumpulkan masukan dari masyarakat.

Selain itu, Crypto Task Force juga telah mengadakan pertemuan dengan perusahaan kripto untuk membahas berbagai kebijakan, termasuk kemungkinan mengizinkan staking dalam produk investasi yang diperdagangkan di bursa (ETP).

SEC memberi sinyal pergeseran dalam kebijakan regulasi kripto, menilai kembali pendaftaran perusahaan
by Nona dari Nanovest


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan