Meskipun Salesforce (NYSE: CRM) melaporkan kinerja kuartal kedua fiskal 2026 yang melampaui ekspektasi analis, saham perusahaan justru merosot. Penyebab utamanya: investor kecewa karena manajemen tidak menaikkan proyeksi pendapatan secara agresif.
Di balik angka-angka positif, investor masih ragu dengan prospek model bisnis SaaS (software-as-a-service) di era kecerdasan buatan. Pertanyaannya: apakah penurunan ini peluang beli (buy the dip) atau tanda bahaya?
Kinerja Keuangan Q2 2026: Solid di Atas Kertas
Dalam laporan terbaru, Salesforce membukukan:
- Pendapatan: US$10,23 miliar (+10% YoY), melampaui panduan perusahaan sebesar US$10,11–10,16 miliar.
- Pendapatan berulang tahunan (ARR) Data Cloud: melonjak 120% YoY ke US$1,2 miliar. Jumlah pelanggan Data Cloud naik 140%.
- Platform (Agentforce & Data Cloud): tumbuh 16%.
- Marketing & Commerce: hanya tumbuh 3%, menjadi titik lemah.
- EPS disesuaikan: US$2,91 (+14% YoY), mengalahkan konsensus analis (US$2,78).
- Kas & investasi jangka pendek: US$15,4 miliar dengan utang US$8,4 miliar.
- Buyback & dividen: US$2,6 miliar dibagikan ke pemegang saham. Program pembelian kembali saham ditambah menjadi US$50 miliar.
Secara keuangan, Salesforce tetap sehat. Namun, pasar tampaknya lebih fokus pada arah strategis ketimbang laporan kuartalan.
Agentforce: Taruhan Besar Salesforce di Dunia AI
Kekhawatiran investor terletak pada masa depan model seat-based SaaS, yang dianggap bisa tertekan oleh otomatisasi AI. Salesforce mencoba menjawab dengan Agentforce, platform AI yang berperan sebagai “tenaga kerja digital”.
Fakta menarik:
- Total lebih dari 12.500 deal ditandatangani, dengan 6.000 di antaranya sudah berbayar.
- 40% booking berasal dari pelanggan lama, menunjukkan loyalitas yang cukup kuat.
- Peningkatan 60% kuartal-ke-kuartal pelanggan dari tahap pilot ke produksi penuh.
- Model harga FlexCredits berbasis konsumsi berhasil menarik minat 80% pemesanan baru menggunakan skema ini.
Langkah ini mengingatkan pada model bisnis beberapa perusahaan keamanan siber yang sukses mengadopsi pricing berbasis konsumsi. Jika berhasil, Salesforce bisa menjadi pionir dalam evolusi SaaS 2.0.
Sentimen Investor: Antara Kekhawatiran dan Peluang
Meski kinerja fundamental kuat, saham Salesforce sudah kehilangan lebih dari 25% nilainya sepanjang 2025. Kekhawatiran utama:
- AI bisa mengurangi kebutuhan tenaga kerja, yang artinya kursi (seats) basis pendapatan SaaS tradisional semakin berkurang.
- Apakah Agentforce cukup kuat untuk mengisi gap tersebut?
- Investor skeptis terhadap pertumbuhan SaaS di era AI-first.
Namun, valuasi Salesforce kini menarik:
- Forward P/E: 19 kali (relatif murah untuk sektor software).
- Forward price-to-sales (P/S): 5 kali.
- PEG ratio < 0,5, biasanya menandakan undervalued.
- Net cash: sekitar US$7 miliar atau US$7,35 per saham.
Dengan rasio-rasio ini, Salesforce bisa dipandang undervalued jika berhasil membuktikan diri sebagai pemain besar AI.
Outlook & Panduan Manajemen
- FY2026 revenue guidance: US$41,1–41,3 miliar (+8,5–9%).
- FY2026 EPS guidance: naik ke US$11,33–11,37.
- Q3 FY2026 guidance: revenue US$10,24–10,29 miliar (+8–9%), EPS US$2,84–2,86 (sejalan dengan ekspektasi analis).
Artinya, Salesforce lebih hati-hati dalam menaikkan ekspektasi pendapatan, meskipun optimistis pada profitabilitas.
Apa Artinya Bagi Investor?
Salesforce berada di persimpangan:
- Jika Agentforce berhasil membuktikan diri sebagai tulang punggung AI agent economy, sahamnya berpotensi rebound.
- Jika pasar tetap melihat Salesforce sebagai “AI laggard”, tekanan bisa berlanjut meski fundamentalnya solid.
Investor jangka panjang bisa melihat penurunan harga sebagai peluang akumulasi dengan valuasi yang relatif murah. Namun, risiko tetap ada terutama jika hype AI lebih banyak dimonetisasi oleh kompetitor seperti Microsoft (Azure AI + Copilot) atau Oracle (AI cloud).
Pelemahan saham Salesforce kali ini lebih disebabkan oleh sentimen pasar dan keraguan strategis, bukan kinerja fundamental. Angka-angka keuangan menunjukkan perusahaan masih sehat, dengan pertumbuhan solid di Data Cloud dan Agentforce.
Bagi investor, kuncinya adalah keyakinan terhadap transformasi Salesforce menjadi pemain utama AI agent. Jika berhasil, penurunan harga saham saat ini bisa menjadi titik masuk yang menarik.