Jun 26, 2025

Saham Nvidia Diprediksi Melonjak Setelah Laporan Keuangan Q2

Default Featured Image

Nvidia, perusahaan raksasa bidang teknologi yang mendominasi pasar chip pusat data untuk kecerdasan buatan (AI), siap untuk mengeluarkan laporan keuangan kuartal kedua tahun fiskal 2025 pada 28 Agustus mendatang. 

Dengan nilai perusahaan mencapai $2,6 triliun, Nvidia saat ini mewakili 5,8% dari nilai indeks S&P 500. Namun, sejak pertengahan Juli, saham Nvidia dan indeks S&P 500 sama-sama mengalami penurunan. Banyak yang percaya bahwa laporan keuangan mendatang bisa menjadi katalis yang membawa Nvidia dan pasar saham AS keluar dari keterpurukan ini.

### Dominasi Nvidia di Pasar AI

Nvidia telah menjadi pionir dalam pengembangan chip pusat data yang dirancang untuk memproses beban kerja AI. Produk unggulan perusahaan, GPU H100, telah menjadi pilihan utama sejak tahun lalu. 

Namun, Nvidia terus mendorong batasan performa dengan peluncuran GPU H200 yang mampu melakukan inferensi AI hampir dua kali lebih cepat dari H100, dengan konsumsi energi setengahnya. Tak hanya itu, Nvidia sedang mempersiapkan chip berbasis arsitektur Blackwell, GB200, yang diproyeksikan mampu melakukan inferensi AI lima kali lebih cepat dari H100. Chip ini akan mulai dikirimkan dalam skala besar pada tahun 2025.

Dengan pangsa pasar GPU pusat data yang mencapai 98% pada tahun 2023, Nvidia memiliki pasar yang kuat di industri ini. Meskipun persaingan mulai meningkat dengan masuknya produsen chip lain seperti Advanced Micro Devices (AMD), permintaan untuk produk Nvidia diperkirakan akan tetap melampaui pasokan dalam waktu dekat.

Pada kuartal pertama tahun fiskal 2025, Nvidia mencatatkan pendapatan sebesar $26 miliar, meningkat 262% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari angka tersebut, $22,6 miliar berasal dari segmen pusat data, yang mencatatkan pertumbuhan 427% berkat melonjaknya permintaan GPU.

Untuk kuartal kedua yang akan diumumkan pada 28 Agustus, Nvidia memproyeksikan pendapatan sebesar $28 miliar. Para analis Wall Street, yang awalnya memperkirakan angka $26,6 miliar, kini telah merevisi estimasi mereka menjadi $28,5 miliar. 

Banyak yang percaya bahwa proyeksi Nvidia mungkin masih terlalu konservatif, dan hasil akhirnya bisa melebihi ekspektasi. Jika Nvidia kembali melampaui perkiraan ini, saham perusahaan bisa melonjak signifikan, mengikuti pola yang sama seperti pada kuartal-kuartal sebelumnya. 

Setelah laporan kuartal pertama dirilis, saham Nvidia melonjak 9,3% pada hari berikutnya. Jika laporan kuartal kedua kembali melampaui ekspektasi, tidak menutup kemungkinan saham Nvidia bisa naik setidaknya 9% lagi.

Dengan valuasi yang tinggi dan rasio harga terhadap pendapatan (P/E) sebesar 58,2 atau hampir dua kali lipat dari Nasdaq-100, saham Nvidia saat ini bisa dikatakan mahal. Namun, selama pertumbuhan cepat ini berlanjut, valuasi tersebut mungkin bisa dipertahankan.

Saham Nvidia Diprediksi Melonjak Setelah Laporan Keuangan Q2
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan