Pergerakan saham FedEx Corporation (NYSE: FDX) menjadi sorotan pasar setelah ditutup melemah 2,98% ke level US$224,18 pada sesi perdagangan terbaru. Penurunan ini lebih tajam dibandingkan kinerja indeks utama Wall Street: S&P 500 (-0,69%), Dow Jones (-0,55%), dan Nasdaq (-0,82%).
Meski koreksi harian cukup signifikan, saham FedEx masih membukukan kenaikan 6,24% dalam sebulan terakhir. Angka ini melampaui pertumbuhan sektor transportasi (+5,11%) dan bahkan lebih unggul dibandingkan kenaikan indeks S&P 500 (+3,79%).
Menanti Laporan Keuangan 18 September 2025
Investor kini menunggu laporan keuangan FedEx yang akan dirilis pada 18 September 2025. Berdasarkan konsensus analis:
- EPS (Earnings Per Share): diperkirakan mencapai US$3,71, naik 3,06% YoY.
- Pendapatan: diproyeksikan US$21,76 miliar, meningkat tipis 0,82% YoY.
- Proyeksi setahun penuh: EPS US$18,49 (+1,65%) dengan pendapatan US$89,39 miliar (+1,67%).
Pertumbuhan ini memang tidak spektakuler, namun tetap menunjukkan bahwa FedEx masih menjaga momentum positif meski persaingan logistik global semakin ketat.
Valuasi Saham FedEx: Masih Menarik?
Dari sisi valuasi, FedEx tergolong relatif murah dibandingkan industri:
- Forward P/E Ratio: 12,5 (lebih rendah dari rata-rata industri 13,4).
- PEG Ratio: 1,2 (lebih menarik dibandingkan rata-rata industri 1,6).
Hal ini membuat saham FedEx terlihat undervalued bagi sebagian analis, terutama dengan label Zacks Rank #2 (Buy), yang berarti ada prospek kenaikan dalam jangka pendek.
Industri Angkutan Kargo: Masih Kompetitif
FedEx beroperasi di sektor Transportation, Air Freight and Cargo, yang saat ini berada di peringkat 99 dari 250 industri versi Zacks, atau masuk dalam top 41%. Menurut riset, industri dengan peringkat 50% teratas biasanya mengungguli yang terbawah dengan rasio 2 banding 1.
Namun, persaingan tetap ketat: rival seperti UPS, DHL, hingga pemain e-commerce raksasa seperti Amazon yang membangun armada logistik sendiri, berpotensi menekan margin keuntungan FedEx dalam jangka panjang.
Investor Perlu Perhatikan Apa?
Ada tiga hal yang kini harus diperhatikan oleh investor FedEx:
- Revisi estimasi analis: jika proyeksi EPS naik, biasanya harga saham ikut terangkat.
- Kinerja kuartalan 18 September: hasil di atas ekspektasi bisa jadi katalis positif, sebaliknya jika meleset akan menekan saham lebih jauh.
- Prospek makroekonomi: permintaan global, inflasi, hingga biaya bahan bakar akan sangat memengaruhi margin usaha logistik.
Peluang atau Risiko?
Saham FedEx memang sempat tertekan di sesi terakhir, tapi valuasi yang lebih rendah dari industri memberi ruang bagi investor jangka menengah dan panjang untuk masuk.
Namun, investor tetap perlu berhati-hati: pertumbuhan FedEx relatif moderat, dan volatilitas saham bisa meningkat jelang rilis laporan keuangan.
Penurunan saham FedEx pada awal September bukan hanya reaksi pasar sesaat, melainkan juga refleksi ekspektasi investor menjelang laporan keuangan. Dengan valuasi yang relatif murah, peringkat industri yang cukup kuat, dan prospek pertumbuhan positif meski tipis, FedEx masih menyimpan daya tarik.
Pertanyaannya: apakah rilis laporan 18 September akan menjadi momentum kebangkitan saham FDX, atau justru memicu koreksi lebih dalam?