Jun 25, 2024

Prediksi Harga Bitcoin: Analis Perkirakan BTC Turun ke $50K Sebelum Lonjakan Parabola

Harga Bitcoin (BTC) diprediksi akan mengalami penurunan signifikan hingga mencapai $50.000 sebelum memulai lonjakan parabola yang lebih besar, menurut beberapa analis terkemuka di dunia kripto. Formasi pola harga “double-top” yang saat ini terbentuk menjadi indikasi utama dari potensi penurunan ini.

Pola Double-Top: Sinyal Bearish yang Kuat

Markus Thielen, pendiri 10x Research, dalam catatan analis yang diterbitkan pada 24 Juni, menjelaskan bahwa Bitcoin sedang mengikuti pola double-top secara teknikal dan saat ini sedang menguji level support-nya.

Pola ini terbentuk ketika harga mencapai dua puncak yang serupa dengan sedikit penurunan di antaranya, mempertahankan support di atas garis umum yang dikenal sebagai “neckline.” Pola ini biasanya diselesaikan ketika harga turun di bawah neckline, berpotensi jatuh sebesar jarak antara puncak dan neckline.

“Bitcoin bisa beralih dari perdagangan dalam kisaran saat ini ($60.000-$70.000) ke formasi puncak, yang berpotensi menyebabkan penurunan lebih tajam,” kata Thielen. “Formasi ini bisa dengan mudah melihat penurunan ke $50.000—jika tidak $45.000.”

Thielen menambahkan bahwa meskipun ada dampak positif potensial dari pemilihan umum di AS dan Indeks Harga Konsumen (CPI) akhir tahun ini, harga Bitcoin masih bisa mengalami koreksi yang lebih tajam.

Dampak Penurunan dan Spekulasi Pasca-Halving

Perdagangan Bitcoin belakangan ini memang menunjukkan volatilitas yang tinggi. Setelah mencapai hampir $70.000, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa, harga BTC kini turun ke $63.000. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penjualan cepat oleh para penambang, pengambilan keuntungan oleh investor di dekat puncak seumur hidup, dan aliran keluar dari dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang terdaftar di AS.

Sejumlah pedagang kripto terkemuka berspekulasi tentang harga Bitcoin setelah peristiwa halving pada 20 April lalu, yang memotong hadiah blok penambang Bitcoin sebesar 50%, dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Pedagang kripto Jelle mencatat bahwa aksi harga Bitcoin saat ini masih bermain “serupa” setelah siklus halving 2016 dan “berputar-putar di sekitar puncak siklus sebelumnya.”

Jelle menyatakan bahwa ini adalah bagian dari “efek shakeout,” di mana banyak ketidakpastian dilepaskan pada harga saat ini. “Entah ini sudah sangat berakhir, atau kita sudah dekat dengan titik terendah,” tambah Jelle dalam sebuah postingan X pada 24 Juni.

Perspektif dan Harapan Jangka Pendek

Sementara itu, pedagang kripto Rekt Capital percaya bahwa ada potensi yang cukup besar untuk pergerakan naik lebih lanjut dalam jangka pendek. Dalam sebuah postingan pada 24 Juni, dia mengatakan bahwa pasar saat ini kira-kira 40% melalui fase “bull market.”

Hal Ini menunjukkan bahwa penurunan terbaru dalam harga BTC di bawah $60.000 memberi kesempatan bagi pembeli untuk membeli lebih banyak saat harga turun sebelum Bitcoin memasuki “tren naik parabola.”

Di sisi lain, data ekonomi yang akan datang juga bisa memainkan peran penting dalam pergerakan harga Bitcoin. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk Mei, indikator inflasi favorit Federal Reserve, diperkirakan menunjukkan kenaikan bulanan paling lambat dalam tiga tahun terakhir. Hal ini bisa memperkuat argumen untuk pemotongan suku bunga Fed yang baru mulai September, yang berpotensi memberikan dukungan pada aset berisiko termasuk Bitcoin.

Dalam buletin mingguan yang dibagikan dengan CoinDesk, Greg Magadini, direktur derivatif di Amberdata, mengatakan, “Data ekonomi yang kuat baru-baru ini telah memaksa hasil obligasi lebih tinggi dan logam mulia lebih rendah pada hari Jumat. Ini terus menghambat aset keras digital seperti kripto.”

Dengan banyak gubernur Fed yang dijadwalkan berbicara, serta data PDB dan PCE yang akan dirilis minggu ini, para ekonom memperkirakan tidak ada perubahan signifikan pada indeks harga PCE dan hanya sedikit kenaikan 0,1% pada inti PCE, yang merupakan peningkatan tahunan sebesar 2,6%.

Prediksi Harga Bitcoin: Analis Perkirakan BTC Turun ke $50K Sebelum Lonjakan Parabola
by Rendy Andriyanto

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan