Persaingan kendaraan listrik (EV) di China semakin panas. Bulan Agustus mencatatkan rekor baru bagi XPeng dan Nio, sementara Xiaomi terus mengukuhkan diri sebagai penantang serius Tesla.
Di sisi lain, Li Auto menunjukkan tanda-tanda melemah, dan BYD yang biasanya dominan kini menghadapi stagnasi di pasar domestik.
XPeng dan Nio Pimpin Laju Pertumbuhan
XPeng (XPEV) mencetak rekor dengan 37.709 unit terjual, naik 2,7% dibanding Juli dan melesat 168,7% dibanding tahun lalu. Meski sedikit di bawah proyeksi Deutsche Bank (39.000 unit), performa ini didorong oleh tingginya permintaan sedan murah Mona M03 serta peluncuran versi terbaru XPeng P7.
Sementara itu, Nio (NIO) melaporkan 31.305 unit, meningkat hampir 49% dari Juli dan 55,2% dibanding tahun lalu. Lonjakan ini didorong oleh lini merek baru:
- Onvo L90 SUV besar, terjual 16.434 unit, melonjak 175% dari Juli.
- Firefly, merek terjangkau, menyumbang 4.346 unit, naik 83,7%.
Data ini menunjukkan Nio yang sempat kehilangan momentum, kini bangkit berkat strategi diversifikasi merek.
Xiaomi: Penantang Baru Tesla
Raksasa teknologi Xiaomi (XIACY) mencatat lebih dari 30.000 unit untuk bulan kedua berturut-turut. Model SU7 sedan konsisten mengungguli Tesla Model 3, sementara crossover YU7 mulai menutup jarak dengan Tesla Model Y.
Meski belum merilis angka resmi, analis memproyeksikan Xiaomi bisa mencapai rekor 34.000 unit Agustus lalu. Dengan tren ini, Xiaomi berpotensi menyalip Tesla di penjualan lokal China sebelum akhir 2025.
Li Auto dan BYD: Tren Menurun
Li Auto (LI) menjual 28.529 unit, anjlok 40,7% dibanding tahun lalu dan turun 7,2% dari Juli. SUV dan MPV Li Auto yang berbasis Extended-Range EV (EREV) mulai ditinggalkan konsumen karena minat bergeser ke BEV murni.
BYD (BYDDF) masih memimpin sebagai produsen EV terbesar dunia dengan 373.626 unit, tetapi pertumbuhan domestik nyaris stagnan (+0,15% YoY). Penjualan PHEV anjlok 22,7% dibanding tahun lalu, meski ekspor ke luar negeri tumbuh 156,9% YoY.
Tantangan utama BYD kini bukan hanya kompetisi harga, tetapi juga penurunan laba 30% di Q2, pertama kali sejak 2022.
Tesla Tertinggal di Negeri Tirai Bambu
Tesla tidak merilis data bulanan, tetapi perkiraan Deutsche Bank menunjukkan penjualan 53.000 unit, naik 29% MoM namun masih turun 17% YoY.
Tesla mencoba memulihkan momentum dengan Model Y L berkapasitas tiga baris kursi dan potongan harga untuk Model 3 LR RWD sebesar RMB 10.000 ($1.402). Namun, langkah ini dianggap reaktif menghadapi gempuran model lokal yang lebih terjangkau dan inovatif.
Persaingan Global EV: China Jadi Medan Utama
Pasar EV China kini bukan hanya ajang perebutan konsumen domestik, tetapi juga medan uji dominasi global. Beberapa tren penting yang patut dicermati:
- BEV vs. PHEV — Minat terhadap kendaraan listrik murni (BEV) semakin meningkat, sementara PHEV mengalami penurunan tajam.
- Brand Diversifikasi — Nio sukses menggarap pasar dengan strategi multi-brand, memberi pelajaran bagi produsen lain.
- Tekanan Margin — Perang harga membuat banyak produsen, termasuk Tesla dan BYD, harus mengorbankan margin demi mempertahankan pangsa pasar.
- Ekspansi Global — Ekspor BYD melonjak dan menjadi penyelamat profitabilitas, sementara XPeng dan Xiaomi berpotensi mengikuti jejak serupa.
Dengan XPeng, Nio, dan Xiaomi mencetak momentum positif, lanskap kendaraan listrik China tengah mengalami redistribusi kekuatan. Tesla, yang dulu menjadi benchmark global, kini menghadapi tantangan serius di pasar terbesar dunia.
Pertanyaannya: apakah Tesla bisa bangkit melawan gempuran lokal, atau justru dominasi EV global akan berpindah ke tangan produsen China?