Jun 30, 2025

PayPal Tawarkan Imbal Hasil 3.7% untuk PYUSD, Targetkan Adopsi Kripto Lebih Luas

Default Featured Image

Raksasa pembayaran global, PayPal, mengumumkan rencana peluncuran program imbal hasil sebesar 3.7% untuk saldo yang disimpan dalam stablecoin miliknya, PayPal USD (PYUSD). 

Program ini dijadwalkan meluncur musim panas tahun ini dan menandai langkah agresif perusahaan dalam mendorong adopsi aset kripto yang stabil, di tengah ekosistem pembayaran tradisional.

Menurut laporan Bloomberg pada 23 April, reward akan dibayarkan dalam bentuk PYUSD, dengan akumulasi harian dan distribusi bulanan. 

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menyimpan PYUSD dan tetap memperoleh hasil, sekaligus mempertahankan kemampuan untuk menukar ke mata uang fiat, membelanjakannya, atau mengirimkan ke pengguna lain.

Dorong Domestikasi Kripto dalam Ekosistem Pembayaran

Langkah ini datang setelah kapitalisasi pasar PYUSD sempat menyentuh $1 miliar pada pertengahan 2024, sebelum turun ke sekitar $873.3 juta saat ini, menurut data terbaru. 

!PYUSD sebagai alternatif pembayaran maupun investasi jangka pendek.

CEO Syndika, Tzahi Kanza, memperingatkan bahwa strategi ini perlu dijalankan hati-hati secara hukum.

Menurutnya, stablecoin yang memberikan imbal hasil berpotensi diklasifikasikan sebagai sekuritas, berbeda dengan stablecoin biasa yang bebas dari pengawasan regulasi pasar modal.

> “Risiko utama dari stablecoin seperti PYUSD bukan pada bunganya, tapi pada potensi lepasnya patokan nilai terhadap dolar,” jelas Kanza kepada Cointelegraph.

PayPal Kian Dalam di Dunia

 Blockchain

Langkah imbal hasil ini menjadi kelanjutan dari strategi PayPal dalam memperkuat eksistensinya di sektor kripto. 

Awal April lalu, PayPal memperluas dukungan aset digital dengan menambahkan Chainlink dan Solana, memperkaya opsi bagi pengguna AS untuk membeli, menjual, dan mentransfer token populer.

CEO Polygon Labs, Marc Boiron, bahkan menyebut integrasi stablecoin oleh perusahaan seperti PayPal dan Stripe sebagai pendorong utama pertumbuhan industri stablecoin global dalam beberapa tahun terakhir.

Stabilitas dan Strategi Persaingan

Diluncurkan pada Agustus 2023, PYUSD adalah stablecoin berbasis dolar AS yang diterbitkan oleh Paxos Trust Company atas nama PayPal. 

Token ini awalnya tersedia di jaringan Ethereum sebagai token ERC-20, namun kini juga tersedia di jaringan Solana untuk memperluas interoperabilitas dan efisiensi transaksi.

Setiap PYUSD diklaim didukung secara penuh oleh cadangan tunai, surat utang Pemerintah jangka pendek, dan aset setara tunai lainnya—dengan pengawasan dari Departemen Jasa Keuangan Negara Bagian New York.

Meskipun masih jauh dibandingkan pemimpin pasar Tether (USDT) yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar $145.3 miliar, para Analis melihat peluang kompetitif bagi PayPal jika mampu mengedepankan kepatuhan, transparansi, dan imbal hasil yang menarik.

> “Kekuatan Tether ada pada dominasinya di market, bukan pada kepatuhan regulasi atau transparansi. PayPal bisa bermain di celah itu,” kata Kanza.

PayPal Tawarkan Imbal Hasil 3.7% untuk PYUSD, Targetkan Adopsi Kripto Lebih Luas
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan