Las Vegas kembali berdenyut dengan aura teknologi paling futuristik tahun ini, dan di tengah riuhnya Consumer Electronics Show (CES) 2025, semua mata tertuju pada satu sosok ikonik dengan jaket kulit legendarisnya Jensen Huang, CEO dan pendiri Nvidia.
Pada 6 Januari lalu pukul 18:30 waktu setempat, Nvidia resmi membuka panggung CES dengan keynote yang diperkirakan akan menentukan arah inovasi teknologi global sepanjang tahun ini.
Mengapa semua perhatian tertuju pada Nvidia? Jawabannya sederhana: perusahaan ini saat ini adalah pusat gravitasi dari revolusi AI global, dengan kapitalisasi pasar menembus $3,4 triliun menjadikannya salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, sejajar dengan Apple dan Microsoft.
GPU RTX 5000 Senjata Baru di Era AI Generatif
Sorotan utama dalam keynote kali ini adalah peluncuran seri GPU RTX 5000, penerus dari lini kartu grafis yang selama ini menjadi tulang punggung perkembangan grafis tinggi dan AI generatif.
Meski detail lengkap belum diumumkan, bocoran menyebutkan bahwa RTX 5000 akan menghadirkan lompatan performa besar, efisiensi energi lebih baik, serta optimalisasi untuk pemrosesan AI dan rendering real-time fitur yang sangat dibutuhkan di dunia pengembangan konten, gaming, dan data center.
Peluncuran ini bukan hanya menarik bagi gamer dan kreator, tetapi juga perusahaan besar seperti OpenAI dan Meta, yang telah membeli chip Nvidia dalam jumlah masif. Dengan meningkatnya kebutuhan komputasi untuk model-model AI berskala besar, GPU Nvidia terutama seri H100 dan penerusnya menjadi tulang punggung infrastruktur AI dunia.
Lebih dari GPU Ambisi Nvidia di Industri Robotik dan Otomotif
Jensen Huang memanfaatkan panggung CES bukan hanya untuk menunjukkan kekuatan produknya, tetapi juga visinya. Dalam keynote, ia diperkirakan akan menyoroti ekspansi Nvidia ke sektor robotik, otomotif, dan edge computing.
Melalui platform seperti Nvidia Drive dan Isaac, Nvidia tengah menanamkan chipnya ke dalam mobil otonom dan robot cerdas, menciptakan jaringan sistem yang mampu “melihat”, “berpikir”, dan “bertindak” secara mandiri.
Dengan ekosistem AI-nya, Nvidia tidak lagi sekadar menjadi pembuat hardware, melainkan menjadi penyedia solusi AI end-to-end—dari data center hingga perangkat pintar di lapangan. Ini adalah upaya yang secara langsung menyaingi pemain seperti AMD dan Intel yang juga hadir di CES dengan produk mereka sendiri.
Rivalitas Semakin Panas Nvidia vs AMD
CES 2025 juga menyajikan duel terbuka antara Nvidia dan AMD, yang kini juga semakin agresif di bidang AI dan grafis. AMD, melalui CEO Lisa Su, juga dijadwalkan tampil dengan pengumuman produk baru, termasuk GPU dan prosesor berbasis arsitektur Zen 5.
Namun dalam konteks saat ini, Nvidia masih unggul jauh dalam hal adopsi industri. Jika AMD baru membangun fondasi, Nvidia sudah memiliki gedung pencakar langit. Itulah sebabnya keynote Nvidia menjadi momen strategis, tidak hanya sebagai ajang promosi, tetapi juga sebagai pernyataan dominasi di era AI.
Penutup: Saat Dunia Berlari dengan Silikon Nvidia
Nvidia bukan hanya mengisi headline; mereka menulis ulang aturan main industri teknologi. Dari pusat data hingga jalanan kota dengan mobil otonom, dari model AI percakapan hingga rendering film animasi, kehadiran Nvidia hampir tak terelakkan.
Dan melalui CES 2025, Jensen Huang sekali lagi menegaskan bahwa masa depan digital dibangun di atas silikon Nvidia.
Bagi investor, pengembang, maupun pegiat teknologi, momentum ini adalah panggilan untuk memperhatikan arah baru: bahwa kekuatan komputasi bukan lagi soal kecepatan semata, melainkan soal siapa yang mampu membentuk masa depan dan Nvidia saat ini tampaknya sedang duduk di kursi kemudi.