Nvidia kembali mencetak headline besar. Minggu ini, perusahaan chip AI terbesar dunia mengumumkan investasi raksasa senilai $100 miliar ke OpenAI, menambah daftar panjang transaksi yang semakin memicu tanda tanya: apakah ledakan ekonomi AI benar-benar organik, atau sekadar “uang berputar” dari Nvidia sendiri?
Langkah ini memperkuat dominasi Nvidia sebagai pemasok utama chip AI tapi juga menyalakan kekhawatiran lama: risiko gelembung finansial ala era dot-com.
Skema “Uang Berputar”: Investasi yang Kembali ke Nvidia
Nvidia dikenal bukan hanya menjual chip, tapi juga mendanai pelanggannya sendiri. Contoh paling mencolok:
- OpenAI, penerima dana terbaru, kembali menggunakan modal itu untuk membangun data center berbasis GPU Nvidia.
- CoreWeave, startup cloud, mendapat investasi miliaran dari Nvidia sekaligus membeli 250.000 GPU senilai $7,5 miliar dari Nvidia. Nvidia bahkan menandatangani kontrak $6,3 miliar untuk menyewa kapasitas cloud CoreWeave yang tidak terjual.
- Lambda, perusahaan data center lain, menyewakan chip Nvidia kembali ke… Nvidia sendiri, dengan dana yang diperoleh dari utang berbasis GPU.
Hasilnya: setiap miliaran dolar yang digelontorkan Nvidia berpotensi kembali masuk ke neraca perusahaan dalam bentuk penjualan chip. Menurut riset NewStreet Research, setiap $10 miliar investasi Nvidia ke OpenAI dapat berbalik menghasilkan $35 miliar pendapatan GPU setara 27% dari revenue tahunan Nvidia.
Deja Vu Dot-Com: Bayangan Krisis Teknologi 2000-an
Bagi analis, pola ini mengingatkan pada praktik “revenue roundtripping” saat gelembung dot-com pecah awal 2000-an. Kala itu, Cisco, Nortel, dan Lucent meminjamkan dana ke startup untuk membeli produk mereka sendiri.
Hasilnya? Saat pasar jatuh, perusahaan-perusahaan itu terjebak dengan utang macet dan valuasi runtuh hingga 90%.
Seaport Global menyebut langkah Nvidia sebagai “bubble-like behavior”. Sementara Stacy Rasgon dari Bernstein Research menilai aksi ini “jelas menyalakan alarm soal circular financing,” meski belum sampai tahap krisis.
Strategi Nvidia: Jaminan Modal, Risiko Depresiasi
Bagi startup seperti OpenAI dan CoreWeave, sokongan Nvidia ibarat “orang tua jadi co-signer” hipotek: membuat bunga utang lebih murah. Startup yang biasanya dikenai bunga 15% kini bisa meminjam dengan bunga setara Microsoft, 6–9%.
Namun, ada sisi gelapnya:
- Nvidia kini menanggung risiko depresiasi chip AI bernilai puluhan ribu dolar per unit.
- Jika hype AI tidak sejalan dengan permintaan riil, stok GPU bisa menumpuk tanpa pembeli.
- Investor bertanya: apakah Nvidia benar-benar menjual ke pasar, atau hanya mengatur siklus uang masuk–keluar?
AI Bubble: Real Demand vs Financial Engineering
Hype AI generatif memang nyata. OpenAI, Anthropic, hingga startup di Inggris dan Asia sedang membangun data center raksasa. Nvidia bahkan berinvestasi £2 miliar di startup AI Inggris, sebagian besar untuk membiayai infrastruktur GPU.
Namun, jika sebagian besar permintaan chip ternyata ditopang oleh skema sirkular Nvidia, maka valuasi Nvidia kini perusahaan publik paling bernilai di dunia bisa rapuh.
Bagi Wall Street, pertanyaannya sederhana tapi krusial: berapa banyak dari pertumbuhan AI saat ini yang benar-benar berasal dari permintaan pengguna, dan berapa yang hanya rekayasa finansial Nvidia?
Outlook: Jalan Tipis Antara Inovasi dan Gelembung
Nvidia saat ini berada di persimpangan: apakah ia akan dikenang sebagai motor revolusi AI global, atau justru pemicu gelembung finansial terbesar sejak dot-com?
Satu hal jelas: pasar AI kini bukan sekadar soal teknologi, tapi juga permainan keuangan berlapis. Dan ketika perusahaan dengan valuasi setinggi Nvidia mulai bertaruh pada investasi sirkular, dampaknya bukan hanya pada Nasdaq tapi bisa menular ke perekonomian global.