Jun 29, 2025

Nvidia atau Palantir? Ini Pilihan Terbaik untuk Investasi!

Default Featured Image

Industri kecerdasan buatan (AI) terus menjadi magnet bagi investor, dengan dua nama besar Nvidia (NVDA) dan Palantir Technologies (PLTR) berlomba menarik perhatian pasar.

Kedua perusahaan ini mengalami lonjakan luar biasa pada 2024 berkat permintaan besar untuk solusi perangkat keras dan perangkat lunak AI.

Namun, 2025 menghadirkan tantangan baru. Saham Nvidia telah turun hampir 14% sejak awal tahun, sementara Palantir mulai kehilangan momentumnya setelah awal yang solid.

Meskipun begitu, keduanya masih berada di jalur yang tepat untuk memanfaatkan peluang besar di sektor AI.

Jadi, jika harus memilih satu saham AI untuk investasi saat ini, mana yang lebih menguntungkan? Mari kita kupas lebih dalam.

Nvidia Raja AI Hardware yang Tak Tergoyahkan?

Nvidia dikenal sebagai pemain dominan di pasar chip AI, menguasai sekitar 85% pangsa pasar GPU AI yang digunakan dalam pusat data global. Namun, banyak pihak meragukan apakah Nvidia bisa mempertahankan pertumbuhan luar biasa yang telah dicapainya.

Ada beberapa faktor yang menimbulkan kekhawatiran, seperti:

* Pembatasan ekspor chip AI ke China, yang menghambat pasar utama Nvidia.
* Persaingan dari chip kustom, seperti yang dikembangkan oleh Amazon, Google, dan Meta untuk memangkas biaya AI mereka.
* Potensi perlambatan belanja AI, yang dapat mempengaruhi penjualan chip Nvidia.

Meski begitu, laporan keuangan terbaru Nvidia memberikan jawaban yang meyakinkan. Pendapatan kuartal keempat 2025 naik 78% menjadi $39,3 miliar, jauh melampaui ekspektasi Wall Street.

Laba bersih juga melonjak 71% menjadi $0,89 per saham.

Tak hanya itu, Nvidia juga memberikan proyeksi optimis dengan pendapatan kuartal berikutnya diperkirakan mencapai $43 miliar, meningkat 65% YoY. Salah satu faktor kunci? Prosesor AI generasi terbaru Blackwell.

Blackwell: Senjata Baru Nvidia untuk Dominasi AI

* 25x lebih cepat & 20x lebih hemat biaya dibandingkan chip AI sebelumnya (H100).
* Mampu menangani seluruh siklus AI (pretraining, post-training, dan inferensi).
* Dapat digunakan di berbagai lingkungan, dari cloud hingga perusahaan skala besar.

Tak heran jika analis masih optimis terhadap Nvidia. Dengan dominasi di pasar GPU dan permintaan AI yang masih tinggi, saham Nvidia diprediksi naik hingga 51% dalam 12 bulan ke depan.

Palantir Pemain AI Software dengan Potensi Besar

Berbeda dengan Nvidia yang fokus pada perangkat keras, Palantir membangun perangkat lunak AI yang digunakan oleh perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia.

Menurut IDC, pasar perangkat lunak AI global diperkirakan tumbuh dari $28 miliar pada 2023 menjadi $153 miliar pada 2028, dengan CAGR lebih dari 40% per tahun.

Palantir mulai merasakan dampaknya:

* Pendapatan 2024 naik 29%, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan 17% pada 2023.
* Total kontrak yang belum dipenuhi (RDV) melonjak 40% ke $5,4 miliar di Q4 2024.
* Jumlah pelanggan meningkat 43% YoY, menunjukkan permintaan yang terus bertumbuh.

Strategi utama Palantir adalah menarik pelanggan baru dan memperluas penggunaan platform AI-nya, Artificial Intelligence Platform (AIP). Semakin lama pelanggan menggunakan AIP, semakin besar kemungkinan mereka untuk menandatangani kontrak yang lebih besar.

Selain itu, Palantir juga terus meningkatkan margin keuntungan. Pada Q4 2024, margin operasionalnya naik 11 poin persentase. Laba bersihnya pun tumbuh 64% YoY menjadi $0.41 per saham.

Namun, ada satu tantangan besar bagi Palantir: valuasi saham yang sangat mahal.

Saat ini, saham Palantir diperdagangkan dengan valuasi lebih tinggi dari Nvidia, meskipun tingkat pertumbuhannya lebih rendah. Ini membuat analis memperkirakan kenaikan saham Palantir hanya 15% dalam setahun ke depan, jauh lebih kecil dibanding Nvidia.

Jadi, Mana yang Lebih Baik untuk Investasi?

Jika memilih antara Nvidia dan Palantir, jawabannya tergantung pada strategi investasi:

1. Nvidia cocok untuk investor yang mencari pertumbuhan stabil dengan kepemimpinan pasar yang kuat di sektor AI hardware.
2.  Palantir cocok bagi mereka yang percaya pada masa depan AI software dan siap menghadapi volatilitas jangka pendek.

Namun, berdasarkan fundamental keuangan dan prospek pertumbuhan, Nvidia tampaknya menjadi pilihan yang lebih menarik saat ini. Dengan valuasi yang lebih masuk akal, inovasi Blackwell, serta dominasi di pasar chip AI, Nvidia memiliki potensi kenaikan harga saham yang lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan dibanding Palantir.

Jika harus memilih satu saham AI untuk investasi saat ini, Nvidia adalah pemenangnya!

Nvidia atau Palantir? Ini Pilihan Terbaik untuk Investasi!
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan