Jun 30, 2025

Mining Bitcoin dengan PC Gaming? Ini Realita Pahitnya di Era ASIC

Default Featured Image

Harga Bitcoin yang kembali mendekati $95.000 dan lonjakan biaya transaksi pasca-halving 2024 membuat banyak orang terutama gamer bertanya satu hal klasik: Bisakah saya menambang Bitcoin dengan PC gaming saya? Secara teori jawabannya ya. Tapi secara ekonomi dan efisiensi, jawabannya: lebih baik jangan.

Di tengah narasi besar soal kebangkitan crypto mining dari rumah, kenyataannya tidak sesederhana menginstal software dan menonton BTC masuk ke dompet.

Kilas Balik Dari CPU ke ASIC, Era GPU Sudah Lewat

Bitcoin dirancang dengan proof-of-work (PoW), di mana setiap blok BTC baru dihasilkan melalui kompetisi menebak angka hash yang sesuai dengan target jaringan. Di 2009, siapa pun bisa melakukannya pakai laptop.

Namun hari ini, diperlukan rata-rata 10³¹ tebakan untuk mencetak satu blok valid angka yang secara literal lebih besar dari jumlah bintang di galaksi kita.

Itulah kenapa perangkat khusus bernama ASIC (Application-Specific Integrated Circuit) kini mendominasi industri mining. Mereka dirancang khusus hanya untuk satu tugas: menambang Bitcoin dengan algoritma SHA-256.

Hasilnya? Jutaan kali lebih efisien dibanding GPU, bahkan yang sekelas Nvidia RTX 4090.

RTX 4090 vs ASIC Nerf Gun Lawan Meriam Perang

Sekilas, kartu grafis seperti RTX 4090 terdengar seperti monster dan memang benar, untuk gaming atau AI. Tapi dalam Bitcoin mining, RTX 4090 hanya menghasilkan ratusan megahash per detik.

Sementara satu Antminer S21 Pro bisa mencapai 200 terahash per detik. Ini artinya GPU tertinggal sejauh satu juta kali dalam performa murni.

Di sisi lain, GPU juga kalah telak dalam efisiensi energi. RTX 4090 menyedot sekitar 450 watt untuk performa minim. ASIC memang boros (3.500 watt ke atas), tapi output per watt-nya jauh lebih unggul.

Biaya listrik dan potensi kerusakan hardware dari mining nonstop akan membuat GPU menjerit.

Mining di PC Gaming Kalkulasi yang Gagal dari Awal

Mari bicara ROI (return on investment). Bahkan jika memakai listrik murah dan mining 24 jam penuh, penghasilan dari GPU mining Bitcoin hampir nol atau negatif. Mining solo? Nyaris mustahil menang lotere blok. Mining pool? Kontribusi terlalu kecil untuk menghasilkan payout yang layak.

Belum lagi risiko wear and tear dari GPU gaming yang tidak dirancang untuk beban kerja 24/7. Banyak produsen bisa menolak garansi jika GPU rusak karena mining.

Alternatif Cerdas Mining Altcoin, Bukan Bitcoin

Meski Bitcoin bukan target ideal bagi gamer, masih ada harapan di dunia altcoin:

* Ethereum Classic (ETC): Masih memakai algoritma Ethash. Cocok untuk GPU seperti 6700XT atau 3080. Reward saat ini: 3.2 ETC per blok setiap 13 detik.
 
* Ravencoin (RVN): Pakai KAWPOW, algoritma anti-ASIC. Dirancang untuk GPU dengan blok 1 menit dan reward 2.500 RVN.
 
* Monero (XMR): Lebih ringan, bisa ditambang pakai CPU dan GPU. Ideal buat mereka yang ingin mining pasif dari rumah.

Gunakan situs seperti WhatToMine untuk memeriksa profitabilitas berdasarkan GPU yang kamu miliki.

Jangan Terjebak Romantisme Mining BTC dari Rumah

Bitcoin mining bukan lagi aktivitas rumahan. Dengan dominasi ASIC dan tingginya difficulty rate, mencoba menambang BTC pakai PC gaming di 2025 ibarat mengayuh sepeda menanjak ke puncak Everest.

Namun, untuk gamer yang tetap ingin mencoba mining dan memonetisasi idle time GPU, menambang altcoin masih masuk akal. Asal tahu batas, pahami risiko, dan tidak berharap kaya dalam semalam.

Mining Bitcoin dengan PC Gaming? Ini Realita Pahitnya di Era ASIC
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan