Jun 29, 2025

Microsoft & Meta Kebut Investasi AI, DeepSeek Bikin Wall Street Terkejut

Default Featured Image

Laporan keuangan Microsoft (MSFT) dan Meta (META) pada Rabu (29/1) menegaskan satu hal: kecerdasan buatan (AI) bukan sekadar tren, melainkan kunci masa depan bisnis teknologi. Kedua raksasa ini tidak hanya mencatat pertumbuhan pesat dalam bisnis AI, tetapi juga berkomitmen menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk memperkuat infrastruktur AI mereka di tahun ini.

Namun, ada satu kejutan yang mengubah dinamika industri: DeepSeek, startup AI asal Tiongkok, yang dikabarkan mampu menyaingi model AI terkemuka dengan biaya jauh lebih rendah. Wall Street sempat terkejut, tetapi pemimpin teknologi AS justru melihatnya sebagai peluang.

AI Jadi Mesin Uang Baru bagi Big Tech

Dalam laporan kuartalannya, Meta melaporkan bahwa layanan AI mereka telah mencapai 700 juta pengguna aktif bulanan, sementara solusi pemasaran AI-powered mereka, Advantage+, tumbuh hingga 70%. Tak hanya itu, pendapatan dan laba kuartalan Meta melampaui ekspektasi analis.

Microsoft menunjukkan kinerja impresif, CEO Satya Nadella mengungkapkan bahwa pendapatan AI perusahaan mencapai $13 miliar dalam kuartal ini, melampaui proyeksi sebelumnya yang hanya $10 miliar. Meskipun pendapatan cloud Microsoft sedikit di bawah ekspektasi, lonjakan AI menjadi pendorong utama optimisme investor.

IBM (IBM) tidak mau ketinggalan, Arvind Krishna selaku CEO  menyatakan bahwa bisnis AI IBM membukukan hampir $2 miliar hanya dalam kuartal terakhir 2024, menyumbang 40% dari total $5 miliar sejak layanan AI mereka pertama kali diluncurkan.

Baik Microsoft maupun Meta siap mengalokasikan anggaran besar untuk mempercepat dominasi mereka dalam sektor AI.

Microsoft menargetkan belanja infrastruktur AI sebesar $80 miliar di tahun fiskal 2025, dengan $30,7 miliar telah dikeluarkan dalam dua kuartal pertama meningkat 56% dari tahun sebelumnya.

Meta juga agresif, dengan potensi investasi AI hingga $65 miliar di tahun ini. CEO Mark Zuckerberg menegaskan bahwa belanja besar untuk AI akan menjadi keunggulan strategis dalam jangka panjang.

Namun, di tengah ambisi besar ini, muncul tantangan baru yang tak terduga: DeepSeek, startup AI asal Tiongkok, yang mengklaim model AI-nya seefektif OpenAI tetapi dengan biaya jauh lebih rendah.

Terlepas dari kegelisahan pasar, para eksekutif teknologi AS melihat DeepSeek sebagai inovasi yang bisa mempercepat pertumbuhan AI secara keseluruhan.

Nadella menyebut peningkatan efisiensi DeepSeek sebagai fenomena alami dalam evolusi AI, mengingat Microsoft juga telah mengalami peningkatan efisiensi dalam pelatihan dan inferensi AI selama bertahun-tahun.

Zuckerberg bahkan menganggap keberhasilan DeepSeek sebagai validasi dari strategi open-source Meta. DeepSeek menunjukkan bahwa standar AI global akan terbentuk melalui model open-source, dan Zuckerberg berharap standar tersebut tetap didominasi oleh perusahaan Amerika.

Di sisi lain, kepercayaan terhadap dominasi AI AS semakin diperkuat dengan laporan bahwa SoftBank sedang dalam pembicaraan untuk menginvestasikan hingga $25 miliar di OpenAI, menjadikannya investor terbesar di perusahaan pembuat ChatGPT tersebut. Investasi ini akan menambah komitmen SoftBank sebelumnya sebesar $15 miliar dalam kemitraan OpenAI dan Oracle (ORCL).

Microsoft & Meta Kebut Investasi AI, DeepSeek Bikin Wall Street Terkejut
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan